Gianyar ‘Mimpikan’ Angdes Nyaman

GIANYAR, NusaBali

Setidaknya, sistem  transportasi yang jaya di era 1980 – 1990-an ini untuk melayani pelajar dan pengumpan bus Sarbagita, jalur Gianyar – Denpasar, dan sekitarnya.  

Hal itu terungkap dalam acara pemaparan draft laporan akhir studi revitalisasi Angdes Kabupaten Gianyar di ruang Sidang I Kantor Bupati Gianyar, Jumat (18/12). Angdes di Gianyar tercatat 169 armada pada 2006, kini tersisa 61 armada. Angka ini menandakan masyarakat makin meninggalkan angkutan umum.

Kepala Dishubinfokom Gianyar Cokorda Gde Agusnawa berandai-andai, jika nanti angdes berhasil direvitalisasi, maka pelbagai manfaat bisa didapat. Diantaranya, siswa akan memiliki kepastian pemberangkatan ke sekolah dengan naik angdes. Karena angdes akan dilengkapi jadwal keberangkatan. Pola ini akan dapat menekan terjadinya permasalahan laluilintas.

Aparat kepolisian juga akan dapat menindak tegas siswa atau pelajar yang mengendarai, tanpa surat-surat.

Selain itu, kata Cok Agusnawa, untuk meringankan beban orang tua yang selama ini mengantar-jemput anak ke sekolah. Kata dia,  program ini salah satu bentuk dukungan terhadap Gianyar sebagai Kabupaten Layak Anak. ‘’Angdes kami harap menjadi tulang punggung sistem transportasi darat. Untuk itu, revitalisasi angdes perlu diwujudkan,’’ jelasnya..

Ketua Tim Penyusun Revitalisasi Angkutan Umum Alit Sutanaya mengatakan, jumlah kendaraan bermotor di Gianyar mencapai 217.169 unit dengan 183.371 unit diantaranya sepeda motor. Keberadaan angdes tidak mampu menyaingi kenyamanan dan efisiensi pergerakan kendaraan pribadi.

Kata dia, revitalisasi bisa berupa perbaikan jaringan trayek dengan melayani penumpang umum dan pelajar, perbaikan kualitas layanan, dan pembatasan penggunaan kepemilikan kendaraan pribadi. Potensi pengguna angdes dari kalangan siswa atau pelajar di Gianyar cukup besar yakni 28.271 orang.

Saat ini, lanjut dia, mayoritas siswa berkendaraan pribadi ke sekolah karena tidak ada angkutan umum yang dipercaya. Pelbagai permasalahan dihadapi angdes saat ini yakni rendahnya koneksitas trayek, biaya mahal, usia angkutan umum rata – rata using atau diatas 20 tahun, dan lainnya. 7 lsa