nusabali

Lembu Diiringi Parade Pemain Drama

Persiapan Palebon Tokoh Drama Gong AA Raka Payadnya

  • www.nusabali.com-lembu-diiringi-parade-pemain-drama

Lembu ini pakai pelana. Ini semacam eksperimen budaya, namun tetap manut (sesuai) pakem bebalian. (Cokorda Ngurah Suyadnyua/Cok Wah).

GIANYAR, NusaBali

Kiprah kesenimanan Anak Agung Raka Payadnya (almarhum) menjadi kenangan tersendiri bagi para pencinta kesenian tradisional Bali, khususnya drama gong era 1970 - 1990an. Guna mengenang dan memberikan penghormatan terakhir atas kepulangan dramawan tradisional Bali ternama ini, salah seorang penggemar AA Raka Payadnya dari Puri Langon Ubud, Cokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, mempersembahkan Lembu Cemeng untuk palebon almarhum.

Lembu itu dipersembahkan bersama komunitas pragina drama gong se Bali. Lembu akan menjadi sarana palebon jenasah almarhum pada Saniscara Pahing Warigadean, Sabtu (17/12/2022), di Setra Desa Adat/Kelurahan Abianbase, Keamatan Gianyar, Gianyar. Lembu langsung ’diarsiteki’ oleh Cok Wah sejak sebulan lalu itu hingga Sabtu (10/12) kemarin, sudah mencapai 70 persen.

Dalam proses pembuatan Lembu, Cok Wah dibantu undagi Bade dan Lembu asal Lingkungan Padangtegal, Ubud, I Wayan Juliarta,40, alias Gadink. Dibandingkan sejumlah Lembu yang dikreasikan Cok Wah sebelumnya, Lembu ini agak spesial karena dilengkapi pelana. "Saya coba kreasikan Lembu ini pakai pelana. Ini semacam eksperimen budaya, namun tetap manut (sesuai) pakem bebalian," ujar Cok Wah di kediamannya,  Puri Langon Ubud, Sabtu (10/12).

Cok Wah yang pencinta seni budaya Bali ini menjelaskan, sebagaimana pelana adalah bantalan untuk tempat duduk penunggang pada punggung hewan tumpangan. Saat diarak ke setra (kuburan) pada palebon nanti, Lembu ini pasti akan ditunggangi oleh seorang pangater (pengantar). Tak kalah utama, fungsi pelana sekaligus untuk memudahkan buka-tutup saat tubuh Lembu diisi upakara dan segenap kelengkapan palebon. Pelana ini juga dikreasikan hingga tampak estetik.

Lembu tersebut panjang badan 180 cm dan Panjang total 3 meter, tinggi badan 3 meter, dan bataran 2 meter. Usungan dengan bambu memakai ceraki (kotak) pengusung untuk 40 orang. Lembu akan diberangkatkan dari Puri Langon Ubud pada Rabu (14/12) pagi, hingga di sisi timur Balai Budaya Gianyar. Di lokasi ini, bataran Lembu akan dipasangi empat roda, lanjut dituntun menuju arah selatan sekitar 800 meter, jaba Puri Abianbase di Kelurahan Abianbase, Gianyar.

Satu hal menarik dalam prosesi ini yakni pergerakan Lembu akan diiringi parade seni budaya. Parade melibatkan puluhan pemain drama gong yang dikoordinir seniman, Anak Agung Ariyana, asal Puri Petak, Kecamatan Gianyar. Parade juga akan melibatkan sejumlah krama dan sameton ageng Puri Abianbase, rumah tinggal almarhum semasa hidup. "Dari kontak yang saya terima, misalnya, ada 30 orang dari Sekaa Drama Gong Apuan, Bangli, akan ikut parade seni budaya ini," ujar pemilik Sanggar Seni Candra Bhuwana (CW) Ubud ini.

Cok Wah mengakui Lembu dan parade seni budaya  tersebut merupakan apresiasi mendalam dirinya dan komunitas seniman drama gong terhadap kiprah almarhum dalam melestarikan kesenian Bali.  Setahunya, almarhum adalah seniman tradisional Bali terbaik yang dimiliki Bali. Tak hanya pencetus drama gong di Bali, almarhum sejak tahun 1967 hingga era 1970 - 1990an adalah dramawan paling kharismatis hingga disegani penonton dan para seniman di Bali. "Saya tahu persis jika Ida (almarhum) main drama, dengan peran raja. Karakternya sangat kuat, sulit dicarikan penggantinya," jelas putra Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Agung Suyasa (almarhum).  

Cok Wah mengaku terkagum dengan pesan-pesan moral almarhum saat di panggung drama gong. Tontonan yang dihadirkan benar-benar jadi tuntunan hidup untuk kebanyakan masyarakat. "Maklum juga pada era drama gong berjaya, nggak ada IT seperti sekarang. Maka hiburan yang memberi tuntunan hidup hanya ada pada kesenian Bali, terutama drama gong," jelas salah seorang tokoh Puri Agung Ubud ini. Selebihnya, akui Cok Wah, almarhum adalah panutan bagi banyak orang, terutama para seniman drama gong.

Senada Cok Wah, undagi Lembu almarhum, Gadink mengakui pembuatan Lembu ini menjadi kebanggaan bagi dirinya. Karena Lembu ini akan dipakai untuk sarana palebon tokoh terkenal di Bali. " Curahan saya tentu lebih intens. Setiap hari saya selalu berdoa agar Lembu ini lebih selesai tepat waktu dan bertaksu," jelas seniman asal Padangtegal, Ubud ini.*lsa

Komentar