nusabali

Gunung Semeru Erupsi, Pura Mandara Giri Semeru Agung Aman

Warga Diminta Jauhi Zona Merah

  • www.nusabali.com-gunung-semeru-erupsi-pura-mandara-giri-semeru-agung-aman
  • www.nusabali.com-gunung-semeru-erupsi-pura-mandara-giri-semeru-agung-aman

LUMAJANG, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur (Jatim) mengatakan Gunung Semeru masih erupsi.

BPBD meminta warga menjauhi zona merah. "Masih erupsi, tetapi kecil," kata Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto, Senin (5/12). Gatot, yang saat ini berada di Kecamatan Candipuro, Lumajang, sudah meminta warga tidak kembali ke rumahnya. Dia meminta warga yang tinggal di zona merah tetap di pengungsian.

"Semua warga yang berada di sekitar area terdampak dilarang untuk kembali tinggal di rumahnya," kata Gatot dilansir detik.com. Gatot menambahkan bahwa warga yang tinggal di zona merah sudah mendapat alokasi untuk tinggal di hunian tetap (huntap). Dia menyebut sebagian warga yang mengungsi adalah yang tinggal di zona merah.

"Warga di zona merah telah mendapatkan alokasi huntap. Warga yang memiliki huntap diminta untuk tinggal dan kembali ke huntap-nya, karena sebagian warga yang mengungsi adalah warga yang tinggal di zona merah," jelasnya. Sementara Gunung Semeru yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut masih meluncurkan awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik pada Senin kemarin.

Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru, Mukdas Sofian di Gunung Sawur dalam laporan tertulisnya mengatakan bahwa aktivitas Gunung Semeru pada periode pengamatan 5 Desember 2022 pukul 00.00-06.00 WIB mengalami satu kali awan panas guguran dengan amplitudo 25 mm dan lama gempa 386 detik. "Hasil pengamatan kegempaan hari ini selama enam jam, Gunung Semeru juga mengalami 29 kali letusan atau erupsi dengan amplitudo 11-22 mm dan lama gempa 65-120 detik," tuturnya.

Aktivitas Semeru juga terekam enam kali gempa guguran dengan amplitudo 1-8 mm dan lama gempa 50-140 detik, satu kali gempa vulkanik dalam, dan satu kali gempa tektonik jauh. "Pengamatan visual, Gunung Semeru terlihat jelas, teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang yang tingginya mencapai 500 meter dari puncak, kemudian angin lemah ke arah barat daya," katanya.

Sedangkan pengungsian warga yang terdampak bencana erupsi disertai awan panas guguran (APG) Gunung Semeru tersebar di 21 titik yang tersebar di sejumlah balai desa dan fasilitas umum lainnya di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. "Berdasarkan pendataan kami tercatat ada 21 titik yang digunakan warga untuk mengungsi yakni sejumlah balai desa, masjid, lapangan, dan lembaga pendidikan yang tersebar di Kecamatan Candipuro," kata Sekretaris Kecamatan Candipuro Abdul Aziz saat dikonfirmasi per telepon di Lumajang. Ia mengatakan tidak ada warga yang tinggal di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro karena kawasan tersebut sudah dikosongkan sejak setahun setelah terjadi bencana APG Semeru yang sangat dahsyat.

"Sebagian besar warga yang mengungsi karena panik dan masih trauma dengan bencana APG Semeru yang mengakibatkan keluarga mereka meninggal dunia," tuturnya. Menurutnya penyintas yang terdampak APG Semeru setahun yang lalu sudah menempati hunian tetap dan hunian sementara yang direlokasi di Desa Sumbermujur yang lokasinya lebih aman dari bencana erupsi Semeru, namun sebagian warga masih menggarap kebun di wilayah Kajar Kuning dan sekitarnya. "Saat ini ada sebagian warga yang kembali ke hunian tetapnya di Desa Sumbermujur untuk istirahat, namun masih ada juga yang trauma dan memilih di posko pengungsian yang tersebar di 21 titik itu," katanya. Ia menjelaskan jumlah pengungsi yang tersebar di 21 titik tersebut diperkirakan mencapai 2.000 orang dan terbanyak warga memilih mengungsi di Kantor Kecamatan Candipuro sebanyak 500 orang.

Sementara erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Minggu dinihari (4/12) tidak berimbas kepada umat Hindu di Kabupaten Lumajang dan sekitarnya. Menurut Ketua Paruman Walaka PHDI Kabupaten Lumajang, Eddy Sumianto kondisi umat Hindu aman. Begitu pula dengan Pura Mandara Giri Semeru Agung.

"Pura dan Umat Hindu di sini aman," ujar Eddy Sumianto saat dihubungi NusaBali, Senin (5/12). Eddy mengatakan, tidak hanya pura umat Hindu saja yang aman, masyarakat di sekitar juga aman lantaran telah direlokasi sebelumnya. Setelah kejadian erupsi Gunung Semeru pada tahun 2021 lalu, masyarakat yang terdampak erupsi segera direlokasi. "Kejadian tahun lalu juga 4 Desember 2021. Mereka yang terdampak sudah direlokasi sehingga aman," papar Eddy.

Mereka yang terdampak adalah masyarakat yang tinggal di Dusun Kajur Kuning dan Curah Kebokan. Kedua tempat tersebut, kini sudah kosong sehingga saat terjadi erupsi di tahun 2022 ini mereka tidak kena dampak. Sebab, mereka sudah tinggal di tempat relokasi, Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro.

Sementara umat Hindu yang tahun 2021 lalu terdampak erupsi Gunung Semeru berada di Desa Supiturang. Di sana ada 1 Kepala Keluarga (KK). "Mereka terdiri dari pasangan suami istri dan tiga anak," papar mantan Ketua PHDI Kabupaten Lumajang periode 2007-2022 ini. Kini umat Hindu tersebut sudah pindah ke Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo. Oleh karena itu, saat terjadi erupsi di tahun 2022 ini mereka aman. Meski begitu, masih banyak perhatian datang dari umat Hindu dari daerah lainnya. "Ketika terjadi erupsi, banyak yang menanyakan kondisi mereka. Saya katakan mereka aman. Begitu pula umat Hindu lainnya di Lumajang dan sekitarnya. Pura Mandara Giri Semeru Agung pun tidak terkena imbas erupsi," papar Eddy.

Status Gunung Semeru mengalami kenaikan dari Level III (Siaga) menjadi Level IV (Awas) sejak 4 Desember 2022 pada pukul 12.00 WIB, sehingga Pusat Vulkanolologi dan Mitigasi Bencana Geologi memberikan beberapa rekomendasi agar masyarakat mematuhinya. Ia menjelaskan masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 13 km dari puncak (pusat erupsi). *k22, ant

Komentar