nusabali

Realisasikan Program G20, Produk Riset untuk Kemajuan Pariwisata Bali

  • www.nusabali.com-realisasikan-program-g20-produk-riset-untuk-kemajuan-pariwisata-bali

“Gunting DNA” pada Anggrek Bulan Bujangseta (Berbunga Sepanjang Tahun) untuk Perbaikan Ekonomi Bali Pasca Pandemi

Mahasiswa Program Studi Doktor Biologi, Fakultas Biologi, UGM

Berdasarkan hasil Presidensi G20 Indonesia: Transformasi Ekonomi Indonesia. Suharso Monoarfa selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) (2022) menyatakan bahwa transformasi ekonomi membutuhkan riset dan inovasi sebagai kunci agar produktivitas Indonesia meningkat. 

Pengembangan riset dan inovasi merupakan titik kunci dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045 dan visi kesejahteraan dunia Recover Together, Recover Stronger. Hal ini harus didukung melalui pendekatan pemerintah dari hulu-hilir. Pemerintah harus memobilisasi unsur pemangku kepentingan ilmu pengetahuan dan inovasi, serta memperkuat hubungan peneliti dengan praktisi (swasta,pembudidaya dan penjual). Pemerintah juga harus membuat aturan, mendifusi dan memonitoring pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan kepada para peneliti selaku produsen dari para aktor sehingga terjadi sinergitas peran sektor publik dan swasta di mana hal ini kunci keberhasilan kemajuan ekonomi.

Tanaman anggrek bulan memberikan kontribusi besar terhadap sektor hortikultura di Indonesia. Anggrek bulan memiliki nilai ekonomi tinggi karena memiliki bentuk yang unik, warna yang menarik dan daya tahan atau kesegaran bunga anggrek yang relatif lama dengan durasi berbunga yang cukup lama sekitar 2 sampai 4 bulan. Sehingga anggrek bulan berpeluang menjadi salah satu daya tarik wisata di Bali selain budaya adiluhung dan pemandangan indah yang sudah terkenal ke mancanegara. 

Prospek bisnis anggrek bulan selain anggrek dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, anggrek juga memiliki potensi bisnis yang dapat menyasar industri UMKM di Bali. Produk bisnis yaitu berupa bunga potong dan rangkaian bunga hias yang dipajang di ruang publik seperti bandara, tempat wisata dan hotel. Namun permasalahan besar yang dihadapi bahwa anggrek bulan membutuhkan waktu yang lama untuk berbunga  hingga 2-3 tahun mulai dari pembibitan. Maka dari itu usaha perbaikan kualitas dengan menginduksi percepatan pembungaan sangat diperlukan guna meningkatkan potensi dan nilai jual di pangsa nasional dan internasional. 

Salah satu jenis anggrek yang sering digunakan pembudidaya sebagai induk silangan adalah Phalaenopsis amabilis karena memiliki bunga putih yang cantik saat bunganya mekar sempurna, dan kelebihan lainnya adalah lebih tahan terhadap perubahan cuaca dan penyakit. Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi anggrek di Indonesia mencapai 11,35 juta di tahun 2021 dan 11,68 juta tangkai pada 2020. Jumlah itu turun 37,22% dibandingkan pada tahun 2019 yang mencapai 18,61 juta tangkai. Produksi anggrek sejak 2016 hingga 2021 mengalami tren yang fluktuatif. Tercatat, pada 2016 produksi anggrek sebesar 19,98 juta tangkai naik 0,35% pada 2017 dan kembali naik 23,3% pada 2018 mencapai 24,72 juta tangkai. Pada dua tahun setelahnya, produksi anggrek turun 24,71% dan kembali turun 37,22% dan 40 % pada tahun 2020 dan 2021. 

Faktor penyebab turunnya produksi anggrek adalah menurunnya produksi bibit. Sebagian besar faktor-faktor yang mengakibatkan terbatasnya produksi anggrek dipengaruhi oleh luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja, faktor musim, dan teknologi. Faktor penghambat utama yang dapat mempengaruhi menurunnya ketersediaan bibit anggrek bulan yaitu waktu vegetatif yang mencapai fase pembungaan yang sangatlah lama. 

Anggrek-anggrek dari genus Phalaenopsis membutuhkan waktu sedikitnya tiga tahun dari penanaman biji sampai terbentuknya bunga. Adapun upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan peningkatan produksi bibit anggrek dengan varietas unggul dengan sifat unggul yaitu anggrek yang cepat berbunga dan sepanjang tahun (BUJANGSETA).  Waktu pembungaan yang lambat menjadi masalah penting yang tidak menguntungkan, terutama dari segi ekonomi maupun pemuliaan anggrek. Berbagai upaya induksi pembungaan anggrek telah dilakukan para pemulia, bahkan mulai banyak dilakukan penelitian tentang induksi pembungaan pada fase awal pertumbuhan menggunakan modifikasi suhu,nutrisi dan penggunaan induksi hormon secara kontak

Metode Induksi Bunga Konvensional 

Induksi pembungaan anggrek secara konvensional yang telah berkembang di masyarakat dapat dilakukan dengan penggunaan modifikasi iklim mikro, nutrisi dan hormon.

Induksi pembungaan anggrek dapat dilakukan dengan modifikasi iklim mikro sesuai dan nutrisi mencukupi kebutuhan tanaman serta tanaman tumbuh dalam kondisi yang prima. Pemberian pupuk disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman anggrek. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan vegetatifnya dibutuhkan unsur N (Urea) yang tinggi sedangkan untuk pertumbuhan generatifnya dibutuhkan unsur P dan K (Phonska) yang tinggi atau perbandingan N, P, dan K yang seimbang. Iklim mikro yang dikembangkan oleh pembudidaya untuk mempercepat pembungaan anggrek yaitu dengan metode “kejut dingin” untuk mengaktifkan tunas pembungaan pada anggrek. Anggrek yang memiliki pekembangan vegetatif yang prima akan diinduksi menggunakan suhu dingin 16 derajat selsius, sehingga dalam beberapa waktu akan mengeluarkan spike /tunas pembungaan. Induksi pembungaan anggrek yang dilakukan dengan hormon. 

Zat pengatur tumbuh yang bersifat anti giberelin salah satunya yaitu paclobutrazol, ZPT ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan vegetatif pada tanaman. aplikasi paclobutrazol menstimulasi munculnya primordia bunga 32 hari. Tanaman biasanya dinduksi menggunakan hormon yang dapat merangsang pertumbuhan vegetatif menuju generatif lebih cepat salah satunya menggunakan hormon giberelin atau GA3. Namun permasalahannya adalah produk tanaman yang dihasilkan dari metode ini tidak dapat diturunkan kepada anakannya. Maka diperlukan metode yang efisien dan menghasilkan anakan dengan sifat yang diturunkan secara stabil. Salah satu metode yang sedang trending digunakan adalah menggunakan “Gunting DNA”.

Apa itu Gunting DNA?

Terobosan metode baru yang dapat digunakan untuk menghasilkan sifat baru tanaman yang menguntungkan adalah melalui modifikasi gen (DNA) menggunakan “Gunting DNA” di dalam tubuh makhluk hidup yang disebut dengan Clusteres Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR). Munculnya teknologi telah membuka jalan baru dalam pemuliaan tanaman secara molekuler terutama dengan sistem CRISPR/Cas9. CRISPR/Cas9 merupakan teknologi yang secara alamiah diadaptasi oleh mekanisme pertahanan bakteri dalam memutasi fragmen asing/pathogen (virus), dimana sel bakteri akan menangkap sinyal virus yang hadir dan secara langsung,dan bakteri akan mengeluarkan pertahanan dalam bentuk enzim nuklease. Enzim nuklease tersebut akan menangkap dan menghancurkan DNA virus. 

Selanjutnya berdasarkan mekanisme tersebut para peneliti mengembangkan sistem pertahanan bakteri dalam bentuk CRISPR/Cas9, dimana gunting pemotong berupa Cas9 yang merupakan enzim nuklease yang akan memotong gen target yang telah dipandu oleh kunci pemandu berupa Single-guide RNA. Gen target yang digunakan adalah gen inhibitor pembungaan (yang menghambat proses pembungaan) yang selanjutnya akan dipotong oleh Cas9 dan diikuti sistem perbaikan dengan dua mekanisme perbaikan alternatif yaitu Non-Homologous End-Joining (NHEJ) atau Homology Directed Repair (HDR) terjadi secara langsung dan secara singkat bagian yang telah mengalami mutasi tergandakan di dalam genom anggrek bulan sehingga induksi percepatan pembungaan segera terjadi. Keuntungan yang paling potensial dari perbaikan kualitas menggunakan metode CRISPR/Cas9 ini adalah produk yang dihasilkan memiliki sifat stabil dan dapat diturunkan pada anakannya.

Prospek Penerapan Teknologi Gunting DNA pada Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)

Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa CRISPR/Cas9 dapat digunakan untuk mengedit gen LEAFY dari anggrek Dendrobium capra yang mana meningkatkan meristem pembungaan (Lawrie, 2019). Hasil penelitian tersebut menunjukkan CRISPR/Cas9 mampu mengedit gen inhibitor yang mempengaruhi gen fungsional pembungaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa anggrek dapat direkayasa genetiknya melalui teknologi transgenik berupa CRISPR/Cas9. Sehingga, anggrek bulan yang merupakan kerabat dari anggrek Dendrobrium capra dengan ordo yang sama yaitu “Asparagales” dapat direkayasa genetiknya untuk pertumbuhan menggunakan CRISPR/Cas9.  

Prospek yang bagus dari CRISPR/Cas9 terhadap pengembangan anggrek bulan BUJANGSETA, sanggupkah para pembudidaya menerapkannya. Pada dasarnya mengedit suatu gen dari makhluk hidup dibutuhkan suatu alat yang canggih, modern dan membutuhkan banyak uang. Karena prinsip wirausaha adalah menghasilkan produk yang berkualitas dengan menekan biaya sekecil mungkin. Pemecahan masalah yaitu para pembudidaya skala kecil membeli bibit anggrek bulan BUJANGSETA hasil pengeditan gen oleh CRISPR/Cas9 dari suatu perusahaan yang dikoordinatori badan riset pemerintah kemudian mereka akan membudidayakan bibit tersebut menjadi bibit yang siap diedar dan diuji mutu bibitnya dan dapat diedarkan ke masyarakat luas.*


*. Tulisan dalam kategori OPINI adalah tulisan warga Net. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Komentar