nusabali

Lengis Tandusan Ditinggalkan Sejak 1990an

  • www.nusabali.com-lengis-tandusan-ditinggalkan-sejak-1990an

TABANAN, NusaBali
Lengis  tandusan atau minyak kelapa yang diolah secara tradisional pernah menjadi primadona di Desa Selanbawak, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan.

Hampir setiap rumah  tangga membuat minyak tandusan lantaran berlimpahnya kelapa sebagai bahan baku minyak tandusan.  Pembuatan minyak tandusan  mulai berkurang tahun 1990-an. “Sebelum itu, 70 persen rumah tangga di Selanbawak, membuat lengis tandusan,” ujar Perbekel Selanbawak  I Made Merta,  Jumat (15/4).

Bahkan dulunya, Made Merta dan pamannya memiliki mesin parut dan pemeras kelapa. Mesin ini disediakan untuk melayani warga yang memarut dan memeras kelapa. Karena potensinya itulah, minyak tandusan sempat jadi primadona dan ‘mesin’ perekonomian warga di Selanbawak.

Namun lepas tahun 1990-an, secara berangsur-angsur pembuatan minyak  tandusan mulai ditanggalkan. Faktor ekonomis, untung dan rugi yakni pendapatan  menjadi pemicu. “ Warga beralih pada pekerjaan lain yang secara ekonomis lebih menguntungkan,”  lanjutnya.

Salah satunya bisnis jual beli  produk pertanian seperti sayur mayur dan produksi pertanian lain.  Itupun awalnya secara tak langsung   dipantik karena minyak tandusan. “Dulu kan banyak warga yang menjual minyak tandusan sampai ke  Denpasar,” lanjut Made Merta.

Nah dari pengalaman menjual minyak, warga melihat, menemukan dan  memilah  mana pekerjaan  yang lebih banyak memberi pendapatan. Dari situlah  bisnis  produk pertanian, yang semakin banyak dilakoni warga sehingga pembuatan minyak tandusan semakin jarang dilakoni, bahkan sudah banyak ditinggalkan. “Sudah jarang sekali,”  kata Perbekel Made Merta.

Ni Made Lagi,  warga  yang dulu pembuat  minyak tandusan mengatakan buah kelapa yang semakin berkurang salah satu penyebab membuat tandusan ‘ditinggalkan’. “Cari tukang petik buah kelapa susah sekarang,” ungkap Made Lagi.

Kalau dapat, ongkos petik juga lumayan, dengan hitungan ongkos per butir. Misalnya, kalau buah kelapa layak petik sebanyak 50 biji, makanya ongkosnya bisa sampai Rp 50.000 karena ongkos petik per biji  Rp 1.000.  Selain itu banyak kelapa yang dijual masih kuud (kelapa muda), sehingga buah kelapa yang sudah tua, semakin jarang. Wayan Gendri, menuturkan hal yang sama. “Kalau ada  nyuh ulung-ulungan ( buah tua dan jatuh sendiri) baru buat tandusan. Kalau tidak ada nyuh ulungan tak membuat (minyak) ,”  ujar Gendri.  

Kata dia buah kelapa matang yang merupakan baku lengis tandusan, semakin sulit diperoleh.  Karena itulah, Wayan Gendri semakin jarang membuat tandusan. Keadaan yang berbeda dengan sebelum pandemi, buah kelapa disebut  gampang diperoleh.  *k17

Komentar