nusabali

Pengungsi Gunung Agung Perlu Hiburan

  • www.nusabali.com-pengungsi-gunung-agung-perlu-hiburan

Warga korban bencana Gunung Agung yang berada di sejumlah titik pengungsian di wilayah Buleleng perlu hiburan terutama di malam hari. 

Anak - anak di Penampungan Pengungsi Diajak Bernyanyi

SINGARAJA, NusaBali
Hiburan diperlukan agar warga pengungsi terutama anak-anak tidak larut dalam kesedihan. “Yening dados tunas, mangde wenten TVsane gede, pang ade pebalih tiang ngajak liu. (Kalau bisa agar ada TV besar (layar besar,red) biar semua bisa nonton,” kata Nyoman Lendri 45, salah satu warga asal Dusun Bahal, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem, yang ditemui di pengungsian yang ada di Kantor Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Jumat (22/9) malam.

Di Desa Tembok ada empat titik tempat menampung warga korban Gunung Agung, rinciannya di aula Kantor Desa, Balai Banjar Adat Dalem Purwa, Balai Parumana Pura Peninjauan, dan di rumah warga. Data semalam, total jumlah warga yang mengungsi di Desa Tembok, sebanyak 1.056 orang. Dari jumlah itu, sekitar 250 orang adalah anak-anak.

Nah mereka ini terutama anak-anak sagat perlu mendapat perhatian khusus terutama hiburan bagi mereka agar tidak larut dalam kesedihan. Keinginan warga pengungsi terutama anak-anak akan hiburan terlihat jelas Jumat malam, ketika ada salah satu komunitas dari Banjar Dinas Bulakan, Desa Tembok memberi hiburan dengan lagu-lagu Bali. Komunitas yang terdiri dari 15 orang remaja dewasa ini mengajak seluruh anak-anak yang ada di penampungan Kantor Desa Tembok ikut bernyanyi. Sontak anak-anak ini sangat bersemangat mengikuti bahkan ikut bernyayi lagu-lagu Bali yang sempat hits seperti Takut Jak Bojok, Tuak Adalah Nyawa dan lainnya. Seluruh anak-anak yang duduk rapi di pelataran halaman kantor desa ikut bernyayi riang gembira seakan tidak ada bencanan. “Ini inisiatif kami setelah melihat warga yang ada di pengungsian. Agar mereka terhibur dan bisa melupakan sejenak bencana yang terjadi,” kata koordinator aksi dari komunitas remaja dewasa, Made Suryana.     

Masih kata Suryana, pihaknya tidak mungkin menghibur warga pengungsi tiap malamnya, karena sebagian besar anggota bekerja. Komunitas ini menjadwalkan menghibur warga pengungsi 3 hari sekali tiap malam. Hiburan diberikan hingga pukul 22.00 Wita, agar warga pengungsi dapat istirahat. ”Ini yang pertama kita lakukan, karena kami harus kontak-kontak seluruh anggota, dan semua anggota bersedia luangkan waktu untuk mengibur warga pengungsi,” aku Suryana.

Menurut Suryana, apa yang dilakukan sebatas ikut berpartisipasi meringankan beban warga pengungsi. Mereka tidak bisa memberikan bantuan dalam bentuk makanan, namun mereka berpartisipasi dengan cara menghibur para korban.

Dalam hiburan Jumat malam, anggota komunitas ini mengajak seluruh anak-anak korban di pengungsian aktif bernyanyi. Anak-anak ini ditunjuk silih berganti bernyayi dan diiringi dengan alat music Gitar dan Kajol. *k19

Komentar