Tag: Renungan
TERKESIMA menyimak rima makna ‘kawan, teman, dan sahabat’ pada kalender Bali yang disusun I Ketut Bambang Gde Rawi.
Aku sujud pada yoga asparsa yang diajarkan, yang menjanjikan kebahagiaan bagi semua, yang kondusif bagi kesejahteraan semua, yang mengatasi semua perselisihan, yang terbebas dari permusuhan dan kontradiksi.
DI desanya lelaki itu dipanggil panglisir, orang yang dituakan dan sangat dihormati.
Sejumlah pakar menyebut zaman kita dengan the age of the brain. Zaman ketika otak sangat diagungkan.
Ide pluralitas tentang Atman dinyatakan oleh mereka yang bodoh, pendekatan mereka menutupi hal yang tak terkondisi. Di mana kemudian penghancuran dari selubung sifat murni Atman?
Status sosial sering dipertukarkan sebagai kedudukan, posisi atau tempat seseorang dalam suatu guyub. Dalam patrum krama Bali, status sosial kadang disisipi makna ‘prestise’, ‘hak dan kewajiban’, bahkan ‘kekuasaan’ yang menghegemoni.
Semua makhluk yang eksis di muka bumi lahir dari makanan. Mereka, setelahnya, hidup oleh makanan; selanjutnya, mereka pada akhirnya kembali kepadanya dan menyatu menjadi makanan.
Karena orang Bali punya sangat banyak hari raya, tidak sedikit hari-hari itu bersamaan dengan hari suci kaum Nasrani, Buddha dan Muslim. Nyepi pernah bertepatan dengan Idul Fitri.
Setelah akhir pembelajarn Veda, guru berpesan kepada para murid: bicara kebenaran, lakukan kewajiban, jangan mengelak dari belajar Veda, jangan memotong garis keturunan, memberi daksina kepada guru sesuai keinginannya. Jangan pernah melenceng dari kebenaran, jangan lepas dari kewajiban, jangan mengabaikan kesejahteraan sendiri, jangan mengabaikan kemakmuran sendiri, jangan mengabaikan belajar dan menyebarkan Veda.
‘Guru’ dalam bahasa Sansekerta dimaknai sebagai ‘berat’, memang berat menjadi guru, misalnya, guru rupaka atau orangtua, bukan hanya melahirkan dan membesarkan. Yang berat adalah menjadikan ia seorang suputra?
Dia merupakan Veda itu sendiri, wujud-Nya merepresentaskan Veda, esensinya adalah kulminasi Veda (Vedanta), sujud kepada-Nya. Dia yang Esensi transendentalnya bebas dari baik dan buruk, namun wujud-Nya tetap bersinar dengan segala kemuliaan, sujud kepada-Nya.
Siapa ada lebih dulu, murid atau guru? Tentu ada yang berpendapat, “Ya murid lah. Kalau tidak ada murid, memangnya buat apa ada guru? Mau mengajar siapa?”
Makanan adalah Brahman karena dari makanan semua makhluk lahir; oleh makanan (ketika lahir) mereka hidup, dan saat berangkat, ia menjadi makanan.
Dalam masa pandemi, krama Bali dihadapkan pada situasi dilematis, apakah melaksanakan yadnya mengikuti tradisi atau situasi, membesuk langsung yang sakit atau berdoa dari rumah, beraktivitas merdeka atau bekerja dari rumah?
Delapan kaki, enam tangan, empat buah pelir, dua alat kelamin laki, satu kelamin perempuan, dua tanduk, dan tujuh mata. Apakah itu?
ADA banyak cara bagi orang Bali untuk menjadi manusia kebal, agar tahan dari serangan musuh, dan melumpuhkan senjata yang berniat menusuk tubuh.
Percuma saja menikmati keindahan jika saat bepergian hanya terpesona pada gunung pasir.
Humanisme transendental sebuah jargon yang kedengarannya ‘diadakan’ (coineage) dan aneh? Apakah dugaan itu benar atau salah?
Pemberian mesti diberikan dengan keyakinan; pemberian hendaknya jangan diberikan tanpa keyakinan; pemberian harus diberikan dalam jumlah banyak, dengan penuh kerendahan hati dan simpati. Juga berikan dengan rasa pertemanan.
Setiap industri turisme Bali terkapar, selalu orang sibuk melirik pertanian. Ketika Perang Teluk (1990), hotel-hotel merumahkan karyawan, lampu-lampu dipadamkan mengirit listrik, para pakar sibuk berdebat tentang mengapa kita melupakan pertanian.
Topik Pilihan
-
Denpasar 09 Mar 2021 'Surya Galang Ring Bali' Dirilis
-
-
Denpasar 07 Mar 2021 Proses Lama, Diserbu Tenunan Imitasi
-
Klungkung 03 Mar 2021 Awak Media Divaksin Covid-19
-
-
Denpasar 28 Feb 2021 Sasolahan Sastra Angkat Tema Tumpek Wariga
-
-
-
Berita Foto
PPKM Berskala Mikro
KOLAM Pura Taman Ayun Dibersihkan
Lengang, Ubud Tanpa Turis
Nusa Ning Nusa
Seni, Ilmu, dan Agama
TERKESIMA menyimak rima makna ‘kawan, teman, dan sahabat’ pada kalender Bali yang disusun I Ketut Bambang Gde Rawi.