nusabali

Soal Wisata Syariah, Ketua MES Dituntut Minta Maaf

  • www.nusabali.com-soal-wisata-syariah-ketua-mes-dituntut-minta-maaf

Pernyataan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Bali, Dadang Hermawan, soal wacana Wisata Syariah/Desa Wisata Syariah, diselesaikan secara musyawarah.

“Kami menolak Hotel Syariah di Bali. Wisatawan yang berjilbab, jangan diizinkan masuk ke pura. Kalau mau masuk ke pura, hanya bertujuan sembahyang dan itu menggunakan pakaian sembahyang sesuai dengan adat dan budaya agama Hindu,” tandas Budiantara.    

Tokoh yang akademisi dari Fakultas Ekonomi Unud, Prof Dr Ketut Rahyuda, juga ikut angkat bicara. “Dadang adalah mahasiswa saya di Unud. Namun, saya ingatkan adik Dadang supaya ikuti adat dan budaya di Bali. Saya berharap mental NKRI diperkuat dalam kehidupan kita,” jelas Prof Rahyuda. 

“Data yang saya pegang, pembangunan fasilitas pariwisata Bali sampai tahun 2030 mendatang sudah jenuh. Tapi, jangan karena jenuh, lalu dipaksakan. Jangan muncul ide-ide lain seperti Benoa Port yang kayak Freeport. Ingat, Freeport nggak berikan kesejahteraan bagi masyarakat Papua. Bali janganlah sampai begitu,” lanjut Prof Rahyuda.

Sedangkan I Nyoman Dolpin, salah satu tokoh dari Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta, Badung menyoroti keberadaan Hotel Syariah di kawasan wisata Kuta. “Kami sebenarnya sudah mau masuk ke Hotel Syariah itu, tapi dilarang. Sudah ada yang mau nglurug, tapi kami tidak mau anarkis. Kami minta supaya ditindak tegas. DPD RI supaya menindak dan sidak bersama penegak hukum di sana,” ujar Nyoman Dolpin.

Penolakan wisata Syariah juga muncul dari pentolan Ormas Sekeha Demen Bali, Puja Duarsa. Menurut Puja Duarsa, Dadang harus meminta maaf dari hati paling dalam, bukan hanya di bibir saja. ”Kami masyarakat Hindu walaupun mayoritas di Bali, akan bijak menyikapi. Tolong jangan minta maaf di bibir saja,” tandas Puja Duarsa.

Dalam pertemuan kemarin, Ketua BPD PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace juga tegas nyatakan menolak wisata Syariah di Bali. “Presiden Jokowi sudah menegaskan dan menyatakan Bali dicabut dari daftar salah satu destinasi Syariah. Akuilah kebhinnekaan di Bali. Kalau tidak, jangan salahkan rakyat Bali berontak. Leluhur saya pernah menyampaikan, ‘Kamu hanya boleh meninggalkan Bali kalau batu Gunung Abang jatuh ke laut, karena Bali akan tenggelam. Selain itu jangan pernah tinggalkan Bali meskipun kamu harus mati’,” beber mantan Bupati Gianyar asal Puri Agung Ubud ini.

Sedangkan Ketua Asosiasi Vila Bali, Mangku Wayan Suteja, juga senada. Pihaknya menolak tegas wisata Syariah di Bali. Sebab, hal ini tidak tepat dilakukan di Bali yang dengan dasarnya adalah adat dan agama Hindu Bali. “Kami menolak wisata Syariah di Bali. Biarkan Bali dengan pariwisata yang berlandasan adat dan budaya, serta agama Hindu,” ujar Mangku Suteja.

Selanjutnya...

Komentar