nusabali

Mudra Candi Gelung Pura Besakih Tersambar Petir

  • www.nusabali.com-mudra-candi-gelung-pura-besakih-tersambar-petir

AMLAPURA, NusaBali
Mudra (mahkota) Candi Gelung di Pura Penataran Agung Besakih, di Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, tersambar petir, Sabtu (28/3) pukul 13.50 Wita.

Akibatnya, lapisan batu di bangunan candi bagian atas jatuh berserakan ke arah selatan atau Mandala I Pura Penataran Agung Besakih dan ke arah utara di Mandala II. Sejumlah saksi pengayah yang sedang memasang pangangge jelang Karya Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Penataran Agung Besakih pada Purnama Kadasa, Anggara Pon Merakih, Selasa (7/4) mendatang mengungkapkan saat itu terjadi tabrakan dua petir yang menyambar.  

Sejumlah saksi yang saat kejadian sedang ngayah di Pura Penataran Agung Besakih, antara lain Ketua Pecalang Desa Adat Besakih, I Wayan Mangku Wira, Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha, Jro Mangku Sueca, I Gusti Mangku Jana, Jro Mangku Suyasa dan para pengayah lainnya. Informasi yang dihimpun, sore itu turun hujan gerimis. Segenap pengayah sedang memasang pangangge di seluruh palinggih di Pura Penataran Agung Besakih yang terdiri dari 7 mandala.

Candi Gelung Pura Penataran Agung itu berada di antara Mandala I dan Mandala II. Di Mandala I terdiri dari bangunan dua bale kulkul, bale pegambuhan, bale palegongan, dan bale pegat.

Pangayah saat itu paling ramai memasang pangangge di Mandala II, yang terdapat 17 palinggih, yakni Padma Tiga, Bale Pawedaan, Bale Panggungan, Bale Agung, tiga Bale Papalik, Bale Pasamuan, meru tumpang solas (11), meru tumpang sia (9), dua bale piasan, bangunan bebaturan, Bale Ongkara, Bale Kawas, Bale Gong, dan pemedal kori agung.

Setelah gerimis reda, pangayah masih memasang pangangge. Tiba-tiba ada sinar merah dari arah utara melesat ke arah selatan, sedangkan dari selatan muncul sinar putih, selanjutnya bertabrakan lalu menghantam mudra Candi Gelung Pura Penataran Agung Besakih, disertai suara menggelegar sehingga segenap pengayah terkejut.

Disusul bongkahan batu tabas bangunan Candi Gelung bagian atas jatuh berserakan ke arah utara dan selatan disertai mengantarkan cahaya petir.

Anehnya, mudra yang terbuat dari batu tabas jatuh dari ketinggian 25 meter, dari puncak Candi Gelung kondisinya masih utuh. Setelah peristiwa singkat itu terjadi, segenap pengayah sempat menghentikan memasang pangangge, karena terkejut.

Mudra yang jatuh disambar petir itu sebelumnya sempat diperbaiki pada awal tahun 2017. Sedangkan Candi Gelung di Pura Penataran Agung Besakih dibangun tahun 1979 jelang Karya Agung Eka Dasa Rudra, upacara yang digelar setiap 100 tahun sekali. Usai peristiwa itu terjadi pangayah bersama-sama mengumpulkan pecahan batu-batu berserakan yang merupakan reruntuhan candi gelung.

Bendesa Adat Besakih, Jro Mangku Widiartha, bersama segenap pamangku di Pura Besakih langsung menggelar paruman singkat, selanjutnya melaksanakan upacara guru piduka (permohonan maaf) di depan linggih Padma Tiga Pura Penataran Agung Besakih, pamuspaan diantar Jro Mangku Darma, salah satu pamangku di Pura Penataran Agung Besakih, pukul 15.30 Wita.

Ketua Pecalang Desa Adat Besakih, I Wayan Mangku Wira, asal Banjar Besakih Kawan, Desa Besakih mengaku terkejut atas getaran petir saat menyambar mudra Candi Gelung tersebut. "Getarannya cukup keras, selanjutnya jatuh pecahan batu disertai sinar petir," ujar Wayan Mangku Wira.

Berbeda dengan pengakuan Jro Mangku Sueca, pamangku di Pura Penataran Agung Besakih, saat petir menyambar mudra Candi Gelung, dirinya tidak merasa kaget. "Saya baru kaget saat bongkahan batu jatuh berserakan dari puncak Candi Gelung itu," jelas Jro Mangku Sueca.

Sedangkan Jro Mangku Suyasa pamangku di Pura Mrajan Kanginan Besakih, yang biasanya meneropong secara niskala kejadian-kejadian aneh selama ini, menilai jatuhnya mudra Candi Gelung itu, karena bencana alam saja. "Itu bencana alam, tidak ada unsur niskala," jelas Jro Mangku Suyasa singkat.

Bendesa Adat Besakih Jro Mangku Widiartha mengajak umat sedharma memohon karahayuan, agar selalu diberkati keselamatan lahir dan bathin. Apalagi di tengah mewabahnya virus corona (Covid-19). "Makanya saya langsung menggelar upacara guru piduka," jelas Jro Mangku Widiartha.

Pasca kejadian langsung memantau ke lokasi, yakni anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem dipimpin Kasi Kedaruratan dan Logistik, Ni Wayan Asmi Sukmawati. *k16

Komentar