nusabali

Kostum Gerak Jalan Wargas Jadi Polemik Tuai Kecaman karena Dianggap Lecehkan Dunia Pendidikan

  • www.nusabali.com-kostum-gerak-jalan-wargas-jadi-polemik-tuai-kecaman-karena-dianggap-lecehkan-dunia-pendidikan

Kadisdik Buleleng mengatakan jika dilihat dari nilai pendidikan memang penampilan menggunakan pakaian SMA yang minim kurang mendidik dan kurang tepat.

SINGARAJA, NusaBali

Semarak penyambutan HUT Kemerdekaan RI ke 71 di Buleleng diwarnai aksi pro dan kontra terkait penampilan pleton gerak jalan Waria dan Gay Singaraja (Wargas) pada lomba gerak jalan tingkat dewasa putri yang dilaksanakan, Kamis (11/8) lalu. Penampilan mereka yang menggunakan seragam SMA dengan ukuran supermini mengundang berbagai komentar, dari memuji hingga kecaman. Silang pendapat tentang aksi gerak jalan Wargas itu terutama terjadi di media sosial.

Seperti tampak pada akun facebook milik anggota DPRD Provinsi Bali asal dapil Buleleng, Kadek Setiawan. Dia menyatakan ketidak setujuannya atas kostum yang digunakan oleh Wargas. Dalam statusnya yang ditulis, Jumat (12/8) malam dan ditujukan kepada Gede Suyasa, Kepala Dinas Pendidikan Buleleng menilai pemakaian seragam sekolah dengan ukuran yang sangat mini oleh Wargas dianggap melecehkan. Pihaknya juga khawatir dengan nasib generasi muda setelah melihat penampilan Wargas.

Namun ketika dikonfirmasi via telepon, Sabtu (13/8) sore kemarin, Setiawan menolak untuk berkomentar banyak. "Ya silahkan dilihat di wall saya saja, semuanya juga sudah tau, biar tidak diperuncing lagi. Saya minta masalah ini di-close (tutup) saja," katanya singkat.

Kepala Dinas Pendidikan Buleleng, Gede Suyasa mengatakan tidak memiliki kewenangan untuk menindak lanjuti hal tersebut. Karena panitia penyelenggara kegiatan adalah KONI. Meski demikian Suyasa mengaku telah berkoordinasi dengan KONI, dalam pelaksanaan selanjutnya untuk lebih selektif, terutama dari pakaian peserta yang kini menjadi poin permasalahan yang diperdebatkan masyarakat luas. Jika dilihat dari nilai pendidikan memang penampilan menggunakan pakaian SMA yang minim, memang kurang mendidik dan kurang tepat digunakan. "Apalagi penontonnya kebanyakan anak-anak dan pelajar," ungkapnya.

Sedangkan Ketua KONI Buleleng, Nyoman Artha Wijaya yang dikonfirmasi terpisah mengaku sudah mengetahui permasalahan tersebut. Pada intinya Artha menyebutkan KONI Buleleng sebagai panitia penyelenggara hanya memberikan ruang kepada sejumlah partisipan untuk meramaikan peringatan HUT RI ke 71 di Buleleng. Termasuk Wargas yang tidak pernah absen setiap tahunnya menghibur masyarakat Buleleng, termasuk Komunitas On On dan barisan ibu Persit Kodim 1609/Buleleng yang berpartisipasi dalam lomba gerak jalan dewasa putri.

Terkait dengan penampilan Wargas yang menuai kecaman dari sejumlah pengguna media sosial, menurutnya hal tersebut di luar konteks kepanitiaan. "Kalau ada spontanitas atau kelakuan yang berlebihan yang mungkin memang sifat mereka begitu. Itu di luar konteks kami," tegasnya. Namun dengan hal tersebut KONI Buleleng tidak menutup mata. Bahkan ke depannya akan dilakukan komunikasi khusus dengan Wargas jika mereka tahun depan turun kembali meramaikan HUT RI.

Sementara itu Ketua Wargas Buleleng, Sisca Sena mengaku tidak menyangka hal ini  akan jadi polemik. Sisca mengaku hanya ingin mempersembahkan yang terbaik untuk masyarakat Buleleng. Penggunaan seragam sekolah SMA juga merupakan pendukung idenya untuk mengangkat tema pendidikan. "Kami minta maaf jika penampilan kami kurang berkenan. Lebih lengkapnya besok (hari ini) ya mami jelasin di jumpa pers," ungkap dia. * k23

Komentar