nusabali

Presiden NIT Dipat Predikat Tokoh Pelopor Impresario Seni

  • www.nusabali.com-presiden-nit-dipat-predikat-tokoh-pelopor-impresario-seni

Selain mantan Presiden Negara Indonesia Timur (NIT) Tjokorda Gde Raka Sukawati, adiknya yakni Tjokorda Gde Agung Sukawati juga dianugerahi predikat Tokoh Perintis dan Pembaharuan Pariwisata Budaya Bali.

Selama bertahun-tahun kemudian, kata Prof Bandem, lengkaplan Tjok Raka Sukawati sebagai diplomat seni budaya ke mancanegara, sementaa Tjok Agung Sukawati sebagai tuan rumah, dan Walter Spies sebagai public relation (PR) yang membuka jalan bagi kedatangan tamu-tamu berpengaruh datang ke Bali khususnya Ubud. Bahkan, pelbagai peneliti dan seniman terkenal mau datang ke Bali.

Relasi tripartite Tjok Raka Sukawati-Tjok Agung Sukawati-Walter Spies era 1920-an inilah yang menjadi cikal bakal pertumbuhan pariwisata di Ubud maupun Bali. Beberapa tokoh asing terkemuka yang datang ke Ubud, antara lain, Antonio Blanco, Rudolf Bonnet, Han Snel, Claire Holt, Miguel Covarrubias, Rolf de Mare, Colin McPhee, Katherine Mershon, dan Jane Belon. Mereka pun menjadi sumber inspirasi kreatif bagi seniman Bali.

Bukan hanya itu. Hal istimewa dari pementasan Calonarang dan Legong Keraton di arena Paris Colonial Exposition 1931 yang digelar Tjok Raka Sukawati itu sekaligus menjadi momentum lahirnya sebuah aliran pemikiran (gaya teater kontemporer Barat) yang disebut Oriental and Occidental Theatre (Eurasian Theatre).

Seiring dengan itu, lahirlah teater kontemporer berbasis teater tradisi Calonarang. Tjok Raka Sukawati pun meminta bimbingan pembuatan film yang berjudul ‘Bali: Insel der Damonen’ (Bali: Pulau Black Magic), yang naskahnya ditulis oleh Friedrich Dalsheim dan Walter Spies tahun 1931. Film ini menjadi promosi Bali secara besar-besaran di Eropa. Pasalnya, film ini menggambarkan kehidupan masyarakat pedesaan di Ubud dan Bedulu yang masih sangat eksotik.

Menurut Pande Suteja Neka, almarhum Tjok Raka Sukawati juga memberi perhatian serius terhadap ranah seni rupa pada dekade 1930-an. Bersama adiknya, Tjok Agung Sukawati, Tjok Raka Sukawati turut mendirikan perkumpulan seni Pita Maha dan Museum Puri Lukisan Ubud. 

“Lembaga Pita Maha ini memberi perhatian khusus terhadap pelestarian, penciptaan, dan pengembangan seni rupa Bali, seperti seni lukis, patung, dan kerajinan hingga kini,” tandas Suteja Neka.

Komentar