nusabali

Heboh Pohon Pule Keluarkan Tirta

  • www.nusabali.com-heboh-pohon-pule-keluarkan-tirta

Heboh pohon Pule mengeluarkan tirta (air suci) terjadi di Banjar Penida Kaja, Desa Tembuku, Kecamatan Tembuku, Bangli. 

Namun, keesokan harinya, Rabu (28/10), Jro Mangku Suryana terkejut melihat kenyataan di mana areal yang basah hanya terjadi di bawah pohon Pule. Tanah basah dalam radius 3 meter. Ternyata, ada tetesan air seperti hujan gerimis dari daun Pule. Tetesan air biasanya cukup deras di malam hari. Menurut Jro Mangku Suryana, dalam kirun waktu mulai malam pukul 20.00 Wita hingga dinihari pukul 01.00 Wita, tirta yang tertampung dalam plastik bisa mencapai 1 liter. 

Karena fenomena ini berlanjut hingga hari-hari berikutnya, maka Jro Mangku Suryana bersama keluarganya nunas baos (minta petunjuk niskala) kepada Jero Balian di Desa Undisan, Kecamatan Tembuku. 

“Berdasarkan petunjuk Jero Balian, disebutkan pohon Pule yang mengeluarkan air ini merupakan Taru Pancer Gumi. Karenanya, air menetes itu adalah tirta yang berkhasiat untuk menyembuhkan orang yang sakit, terutma akibat pengaruh black magic (ilmu hitam),” papar Jro Mangku Suryana.

“Kemudian, saya sekeluarga diminta segera menghaturkan Banten Pejati dan Banten Lis Dur Mangala,” lanjut Jro Mangku Suryana yang kesehariannya ngayah sebagai Pamangku Pura Merajan. Maka, saat itu juga pihaknya langsung membuatkan banten tersebut untuk dihaturkan di pohon Pule, sesuai petunjuk Jero Balian.

Setelah digelar upacara khusus di pohon Pule sakral ini, maka informasi soal munculnya tirta menyebar luas dari mulut ke mulut. Warga dari berbagai pelosok pun terus berdatangan. “Warga biasanya berdatangan pada malam hari, saaat tetesan air deras. Dalam semalam, warga yang datang bisa mencapai 100 orang. Sedangkan jika siang hari, warga yang datang berkisar 10-20 orang,” papar Jro Mangku Suryana.

Menurut Jro Mangku Suryana, sebelum munculn ya tirta di pohon Pule sakral yang disebut sebagai Taru Pancer Gumi ini, sempat terjadi berbagai kejanggalan. Salah satunya, Jro Mangku Suryana selalu gagal menjual pohon Pule tersebut. “Pernah ada warga dari Ubud, Gianyar memastikan akan membeli pohon Pule ini untuk dipakai katik pajeng (tiang payung). Tapi, entah kenapa, yang bersangkutan tiba-tiba membatalkan membeli secara sepihak. Hal seperti itu terjadi beberapa kali,” papar Jro Mangku Suryana.

Komentar