Di Mata Teman Sekolah, IGA Metta Sosok yang Pintar dan Aktif
IGA Alit Dewi Darmayanti mengaku terakhir kali bertemu IGA Metta Kurnia dua bulan lalu, ketika temannya semasa SMAN 1 Singaraja itu mengantar sang anak, AA Indira Maharani, mengikuti ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat Nasional 2018 di Bangka Belitung
Ikatan Alumni SMAN 1 Singaraja Dorong Pihak Terkait Penuhi Hak Korban Lion Air JT 610
DENPASAR, NusaBali
I Gusti Ayu Ngurah Metta Kurnia SE MM, 44, merupakan satu dari 189 korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) pagi. Perempuan yang menjabat sebagai Kasi Tata Usaha dan Kepatuhan Internal Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel) ini adalah alumnus SMAN 1 Singaraja tahun 1993. Di mata temannya semasa sekolah, IGA Metta Kurnia adalah sosok yang pintar dan aktif. Sementara, Ikatan Alumni SMAN 1 Singaraja dorong pihak-pihak terkait penuhi hak korban Lion Air JT 610.
Ketua Umum Ikamasa, Prof Dr Ir I Gede Pitana Brahmananda MSc menyampaikan dukacita mendalam atas musibah yang menimpa IGA Metta Kurnia. “Kami atas nama keluarga besar Alumni SMAN 1 Singaraja menyatakan bela sungkawa dan dukacita mendalam kepada korban dan keluarganya atas musibah ini,” ujar Prof Pitana didampingi Ketua Harian Ikamasa, I Ketut Suryada SH, di Jakarta, Rabu (31/10).
Menurut Prof Pitana, semasa bersekolah di SMAN 1 Singaraja, IGA Metta termasuk siswi berprestasi dan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah. "Kepergian korban merupakan kehilangan yang sangat besar bagi kami keluarga besar alumni SMAN 1 Singaraja. Apalagi, saat ini Metta merupakan abdi negara yang bertugas di Kementerian Keuangan," jelas Prof Pitana yang juga menjabat Deputi Pemasaran Luar Negeri Kementerian Pariwisata RI.
Sedangkan Ketua Harian Ikatan Alumni SMAN 1 Singaraja (Ikamasa), I Ketut Suryada, berharap pihak-pihak terkait memberikan hak-hak korban Lion Air JT 610 dan keluarganya. "Baik pihak maskapai penerbangan, asuransi, tempat dinas korban, maupun pihak lainnya agar memberikan hak-hak korban dan keluarganya dengan baik dan tidak dipersulit," tandas Suryada.
IGA Metta Kurnia sendiri merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara keluarga pasangan almarhum I Gusti Ketut Sualem (tokoh Golkar) dan almarhum I Gusti Ayu Padmi (mantan guru SMAN 1 Singaraja). Perempuan kelahiran 21 Juli 1974 asal Banjar Munduk, Desa/Kecamatan Banjar, Buleleng ini adalah alumnus SMAN 1 Singaraja tahun 1993. Setamat SMA, IGA Metta melanjutkan ke Seko-lah Tinggi Akutasi Negara (STAN). Setamat STAN tahun 1995, IGA Metta Kurnia langsung diangkat menjadi staf Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Dia menikah dengan pria asal Semarang, Jawa Tengah, Heru Susanto.
Dari pernikahannya dengan Heru Susanto, IGA Metta dikaruniai tiga orang anak, masing-masing Anisa Adelia Susanti, 16 (Kelas II SMA), Fadli Rizki Susanto, 14 (Kelas III SMP), dan Rasyid Maulana Susanto, 12 (Kelas VI SD). Selama ini, mereka tinggal di Bogor. Namun, sejak setahun terakhir setelah promosi jadi Kasi Tata Usaha dan Kepatuhan Internal KPP Pangkalpinang, IGA Metta tinggal terpisah di rantau dan pulang sepekan sekali ke Bogor. Biasanya, dia pulang ke Bogor Sabtu-Minggu, dan baru balik ke Pangkalpinang hari Senin. Saat musibah jatuhnya Lion Air JT 610, IGA Metta dalam penerbangan balik ke Pangkalpinang.
Sementara itu, musibah yang menimpa IGA Metta Kurnia duka tidak hanya bagi keluarga, kerabat, sahabat, namun juga teman-teman jauh sekalipun. Duka inilah yang dirasakan oleh I Gusti Ayu Alit Dewi Darmayanti SE, 44, teman korban IGA Metta semasa sekolah. IGA Alit Dewi Darmayanti adalah perempuan asal Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng yang menikah ke Puri Kawan di Banjar Pemijian, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung.
Menurut Dewi Darmayanti, dia terakhir kali bertemu IGA Metta dua bulan lalu ketika anaknya, AA Indira Maharani, mengikuti ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) Tingkat Nasional 2018 di Babel. Kala itu, IGA Metta yang membantu segala keperluannya, mulai dari mencarikan hotel di Pangkalpinang untuk menginap sampai mengantarkan ke tempat lomba di Sun Hotel.
“Sewaktu di Pangkalpinang, kami mencari tempat menginap. Karena hotel penuh dan sudah diblock, Metta tetap mengusahakan agar kami mendapatkan hotel yang asri dan nyaman,” kenang Dewi kepada NusaBali, Rabu siang.
Dewi ingat betul bagaimana saat anaknya mengalami kendala jelang final FLS2N di Babel. Sehari sebelum final, tiba-tiba suara Indira Maharani agak serak. Dewi pun meminta bantuan IGA Metta agar dicarikan kencur. Padahal, IGA Metta waktu itu tidak punya kecur, namun tetap bantu mengusahakannya. “Metta tetap berusaha mencarikan kencur dan akhirnya suara anak sayapulih,” cerita Dewi.
“Waktu itu, dia juga langsung mengantarkan kami ke tempat lomba. Padahal, saat itu dia sudah harus pergi ke kantor. Metta bilang, tidak apa-apa, sekalian jalan ke kantor. Malah kami ngobrol dengan bahasa Bali halus sewaktu di Pangkalpinang,” lanjut istri dari dr AA Ngurah Dwipelita Putra SpOG ini.
Sampai saat ini, Dewi masih tidak percaya kalau teman baiknya sejak masa SMA itu menjadi korban pesawat Lion Air. Menurut Dewi, IGA Metta yang dia kenal adalah sosok yang pintar, aktif, dan perhatian. Dewi sendiri berteman dengan IGK Metta sejak SD hingga SMA. Mereka sempat sekelas saat SD, namun begitu SMP dan SMA, mereka beda kelas.
Sewaktu sekolah di SMAN 1 Singaraja, IGA Metta memilih jurusan Fisika, sementara Dewi jurusan Biologi. “Waktu SMP dan SMA nggak terlalu dekat dengan Metta, karena beda kelas. Tapi, kadang jika butuh sesuatu saat SMA, dia suka pinjam ke rumah karena rumah saya dekat sekolah,” beber Dewi.
Meski beda kelas, Dewi dan Metta masih sempat satu ekstrakurikuler saat SMP. Mereka menggeluti bidang basket, bahkan sempat pula satu tim saat bertanding. Selain itu, sejak SMP sampai SMA, IGA Metta juga aktif ikut organisasi OSIS. “Dia anaknya pintar dan aktif. Tamat SMA langsung lanjut ke STAN. Setelah tamat SMA, saya jarang bertemu dia lagi. Terakhir bertemu itu dah, dua bulan lalu saat nganterin anak saya lomba. Sekarang mendengar dia jadi salah satu korban, saya sangat sedih,” keluh Dewi.
Saat ini, Dewi hanya berharap ada keajaiban dari Tuhan, semoga IGA Metta ditemukan dalam kondisi selamat. “Semoga ada keajaiban buat Metta dari Tuhan. Meskipun Tuhan berkehendak lain, semoga Metta dan penumpang lainnya mendapatkan tempat yg terbaik di sisi-Nya. Svaha,” doa Dewi. *ind
Komentar