nusabali

Mediasi Belum Ada Titik Temu

  • www.nusabali.com-mediasi-belum-ada-titik-temu

Secara niskala pengambilan air di hulu akan merusak palinggih Patirtaan.

Kisruh Pemanfaatan Air Baku di Kolam Air Sanih

SINGARAJA, NusaBali
Pemanfaatan air baku dari sumber mata air Sanih, di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, dalam proyek pengembangan air bersih untuk tujuh desa di wilayah Buleleng timur, masih bermasalah. Sebagian warga adat Bukti menolak pengambilan air di bagian hulu dari kolam, dan sebagian lagi setuju. Upaya mediasi kedua belah pihak, Selasa (22/3) siang, belum juga membuahkan hasil.

Mediasi menghadirkan kedua belah pihak, perbekel dari tujuh desa penerima air baku, Balai Wilayah Sungai Bali-Penida (BWS-BP) selaku pelaksana proyek, Dinas PU Kabupaten Buleleng, Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng, dan instansi terkait. Mediasi sempat dihadiri Wakil Bupati Buleleng dr Nyoman Sutjidra, sebelum melanjutkan perjalananya menuju Desa Les, Kecamatan Tejakula.

Data NusaBali, proyek pengembangan air bersih dengan pemanfaatan air baku dari sumber mata air Sanih. Proyek ini berkelanjutan senilai Rp 60 miliar dari APBN Pusat yang dilaksanakan oleh BWS BP. Proyek itu untuk memasok kebutuhan air bersih bagi tujuh desa di tiga kecamatan di wilayah Buleleng Timur yakni Desa Bukit, Bulian, dan Kubutambahan di Kecamatan Kubutamban, dan Desa Bungkulan di Kecamatan Sawan. Sisanya, Desa Pacung, Bondalem, dan Tejakula di Kecamatan Tejakula. Proyek ini memanfaatkan air baku dari sumber mata air Sanih sebesar 125 liter/detik.

Tahap awal, proyek tersebut telah berjalan sejak Juli 2015 lalu dengan pemasangan jaringan pipa transmisi sepanjang 24 km. Tahun 2016 ini kembali dilakukan pemasangan pipa berikut operasionalnya. Namun, rencana pengambilan air dengan pemasangan Bronkaptering dari sumbernya justru bermasalah.

Semula pihak Desa Adat Sanih selaku pengelola kolam permandian sepakat pengambilan air di bagian hulu. Berdasarkan kesepakatan itu BWS BP mulai mendatangkan alat berat untuk pembangunan broncaptering (penangkap mata air). Namun rencana itu ditolak oleh sebagian warga yang mengatasnamakan Desa Negak. Mereka pun minta broncaptering dibangun dibagian hilir dari kolam. Akhirnya pada tanggal 5 Januari 2016 lalu Bronkaptering dipasang dibagian hilir kolam. Artinya air baku yang dipasok ke tujuh desa itu merupakan air buangan dari kolam permandian. Kabarnya beberapa warga dari tujuh desa penerima pasokan air baku itu mulai melayangkan protes karena tidak terima dengan air ‘limbah’ bekas pakai mandi. Apalagi pasokan air itu ada yang disalurkan langsung ke sejumlah Pura.

Penolakan warga yang mengatasnamakan Desa Negak Adat Sanih karena pertimbangan skala dan niskala. Secara skala, mereka khawatir pengambilan air itu akan mengurangi debit air yang masuk ke kolam permandian, sehingga berdampak pada  obyek wisata kolam permandian air Sanih yang dikelola oleh adat. “Dampaknya nanti pada obyek wisata, air nanti akan berkurang sehingga tamu yang datang untuk mandi tidak bisa,” kata Pengajeg Desa Adat Sanih Jero Made Sukresna.  

Masih kata Jero Made Sukresna, secara niskala pengambilan air di hulu akan merusak palinggih Patirtaan yang selama ini disungsung oleh Adat Sanih. Mereka pun bertahan pengambilan air tetap di bagian hilir kolam.

Dalam pertemuan kemarin, pihak BWS BP mengatakan, ingin ada kepastian tempat pengambilan air, agar proyek bisa dilanjutkan. Namun, pihaknya berharap pengambilan air bisa dilakukan di bagian hulu, karena tidak membutuhkan treatment (pemeliharaan, Red). “Tugas kami hanya menyediakan air baku, silakan apa di luar kolam (hilir) atau di dalam kolam (hulu). Tetapi kalau di luar kolam, memerlukan biaya lagi karena air buangan itu perlu treatmen khusus sebelum didistribusikan,” kata Kepala BWS BP Ketut Jayanda.

Wakil Bupati Buleleng dr Nyoman Sutjidra mengatakan, persoalan itu harus dicarikan jalan keluar. Pihaknya juga berharap, pengambilan air bisa dilakukan di bagian hulu. “Nanti kita akan bicarakan lagi lebih lanjut, agar semua pihak bisa menerima apapun keputusannya nanti,” katanya.

Pemanfaatan air dari kolam permandian Air Sanih sebanyak 125 liter/detik akan ditampung pada bak penampungan induk (reservoar) yang dibangun di Desa Bulian. Penampungan ini pada ketinggian 120 meter dari permukaan laut dengan sistem pompa listrik. Resevoar itu menampung air 2.100 meter kubik. Dari reservoar, air dipasok secara gravitasi menuju bak-bak penampungan di masing-masing desa.  Air dari bak itu didistribusikan ke masing-masing rumah tangga. 7 k19

Komentar