nusabali

Dikeramatkan Warga Kota, Hanya Ditabuh Saat Hari-hari Tertentu

  • www.nusabali.com-dikeramatkan-warga-kota-hanya-ditabuh-saat-hari-hari-tertentu

Duplikat Kulkul Pajenengan warisan Kerajaan Bangli sudah dikerjakan sejak 3 bulan lalu, ukuran sesuai aslinya sepanjang 2,5 meter dengan diameter 0,5 meter, menggunakan bahan kayu Bise dari Karangasem.

Kulkul Pajenengan Peninggalan Kerajaan di Catus Pata Kota Bangli Dibuatkan Duplikat

BANGLI, NusaBali
Kulkul Pajenengan (Kentongan Warisan) Kerajaan Bangli yang berada di Catus Pata (Perempatan Agung) Kota Bangli, dibuatkan duplikatnya. Sebab, beberapa bagian kulkul ukuran besar ini sudah mengelupas karena termakan usia. Duplikat yang dibuat pun sesuai dengan aslinya, baik bentuk maupun ukuran panjangnya mencapai 2,5 meter dan diameter sekitar 0,5 meter. 

Saat ini, proses pembuatan duplikat Kulkul Pajenengan Kerajaan Bangli tersebut sedang dikerjakan pihak Puri Kilian Bangli. Jika sudah rampung nanti, duplikat kulkul tersebut akan dipasang bareng dengan Kulkul Pajenengan yang asli. 

Menurut Panglingsir Puri Kilian Bangli, AA Gde Bagus Ardana, 73, pembuatan duplikat kulkul tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan lebih parah pada Kulkul Pajenengan yang asli. “Kalau Kulkul Pajenengan asli dipukul terus, nanti kian rusak,” ungkap AA Gde Bagus Ardana saat ditemui NusaBali di Puri Kilian Bangli, Minggu (21/2).

Nantinya, kata Bagus Ardana, ketika Kulkul Pajenengan tersebut wajib dibunyikan di saat-saat tertentu, maka cukup duplikat kulkul inilah penggantinya. Sedangkan Kulkul Pajenengan yang asli cukup dipukul sekali saja sebagai jatu (penanda).

Duplikat Kulkul Pajenengan yang kini sedang digarap di Puri Kilian Bangli, menggunakan bahan kayu Bise. Bahan kayu tersebut dicari khusus ke kawasan Samuh, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, Karangasem. Undangi (arsitek) yang mengerjakan duplikat kulkul ini adalah I Dewa Gede Manicika, seniman asal DesaTamanbali, Kecamatan Bangli. Penggarapan telah dilakukan selama hampir 3 bulan, sejak wuku Gumbreg.

Kulkul Pajenengan peninggalan Kerajaan Bangli yang kini dibuatkan duplikatnya merupakan salah satu ikon Kota Bangli. Keberadaan Kulkul Pajenengan yang sudah berusia ratusan tahun tersebut terbilang mencolok, karena terpasang di bangunan menjulang tinggi Wantilan Tumpang Telu (tiga tingkat) sebelah tenggara Catus Pata Kota Bangli. 

Kulkul Pajenengan peninggalan Kerajaan Bangli ini amat dikeramatkan warga kota. Tidak saja ditandai dengan tempatnya pemasangannya di bangunan menjulang tinggi, tapi juga Kulkul Pajenengan hanya ditabuh (dibunyikan) di saat-saat tertentu. Di antaranya, saat upacara Melasti Ida Batara di Pura Kehen, Desa Pakraman Cempaga, Kecamatan Bangli. 

Biasanya, Kulkul Pajenengan juga ditabuh saat dilaksanakan Upacara Ngusaba di Pura Kehen pada Purnamaning Kalima. Demikian pula saat prosesi iring-iringan  Ida Batara Ulun Danu Batur melewati kawasan Kota Bangli dan sekitarnya terkait upacara besar di Pura Ulun Danu Batur, Desa Pakraman Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli ketika Tawur Kesanga yakni sehari jelang Nyepi Tahun Baru Saka. 

Kulkul Pajenengan peninggalan Kerajaan Bangli juga ditabuh saat Tumpek Landep pada Saniscara Kliwon Landep, bersamaan hari dengan prosesi ditedunkan (diturunkan)-nya benda-benda pusaka Kerajaan Bangli untuk diupacarai, seperti keris dan tombak. 

“Memang tidak sembarangan membunyikan Kulkul Pajenengan,” jelas Bagus Ardana yang notabene adik kandung Pahlawan Kemerdekaan asal Bangli, Kapten AA Gde Anom Mudita. 7 k17

Komentar