nusabali

PHRI Minta Pemimpin Karangasem Genjot Pariwisata

  • www.nusabali.com-phri-minta-pemimpin-karangasem-genjot-pariwisata

Pengembangan potensi Karangasem mulai dari bentang alam, budaya, hingga kreativitas masyarakat, membutuhkan dukungan dari banyak sektor terutama pemerintah.

AMLAPURA, NusaBali 
Kabupaten Karangasem memilki segudang potensi untuk pengembangan sektor pariwisata. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Karangasem mendorong pemimpin Gumi Lahar untuk lebih serius mendorong ekonomi pariwisata. 

Ketua PHRI Karangasem I Wayan Kariasa mengakui pengembangan pariwisata di Karangasem selama ini belum maksimal. Padahal, potensi mulai dari bentang alam, budaya, hingga kreativitas masyarakat, membutuhkan dukungan dari banyak sektor terutama pemerintah. 

Menurut Kariasa, sektor pariwisata memiliki peluang untuk menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) terbesar di Karangasem. Saat ini pariwisata masih berada di urutan dua setelah pertambangan galian C (pasir). 

“Galian C suatu saat akan habis, sementara pariwisata sifatnya sangat dinamis dan berkembang terus. Harapan kita pemimpin masa depan betul-betul memahami ekonomi pariwisata,” ujar Kariasa yang sudah berkecimpung lebih dari 30 tahun di PHRI Karangasem, baik sebagai sekretaris, bendahara hingga kini sebagai ketua.

Kariasa berharap pemimpin Karangasem mau mendengarkan aspirasi dari para pelaku pariwisata yang tersebar di berbagai bidang, mulai pengusaha hingga pelaku UMKM. 

Dia menjelaskan tiga hal perlu diperhatikan untuk mengembangkan pariwisata, yakni atraksi, amenitas, dan aksesbilitas atau 3A. 

Menurut Kariasa, meski sudah ada perang pandan di desa kuno Tenganan atau pemandangan indah Pantai Amed, jumlah atraksi maupun daya tarik pariwisata di Karangasem masih perlu ditingkatkan. 

“Atraksi kita masih sangat kurang baik itu budaya, alam. Mesti terus didorong oleh pemerintah, terlihat di malam hari sangat sunyi,” ucap tokoh pariwisata asal Desa Talibeng, Kecamatan Sidemen ini.

Komunitas seni di Karangasem mesti dibuatkan wadah agar secara rutin dapat pentas yang bisa menjadi daya tarik wisata. Pemerintah dapat memulai dengan membuatkan panggung pentas yang representatif. Di sisi lain, bentang alam indah Bali Timur di Karangasem juga bisa dikembangkan dengan membangun tempat wisata keluarga yang ramah untuk segala usia. 

Kariasa menjelaskan pengembangan pariwisata membutuhkan kesiapan dalam penyediaan amenitas atau suvenir. Dalam hal ini para pelaku UMKM yang jumlahnya tidak sedikit di Karangasem menjadi modal pengembangan pariwisata. Pemerintah diharapkan membina para pelaku UMKM ini dengan memberikan pelatihan hingga membantu pemasaran produk-produk mereka, hingga layak dipasarkan di hotel-hotel dan restoran. 

Selain itu, pemerintah juga dapat membangun sentra oleh-oleh sebagai tempat promosi dan menjual produk-produk pelaku UMKM. Dari sana wisatawan diharapkan tertarik lebih jauh menelusuri asal-usul produk UMKM yang dijual atau dipamerkan. Sehingga dampak pariwisata akan dirasakan oleh masyarakat Karangasem secara luas. 

“Contoh salak, mungkin tamu akan berpikir bisa mengunjungi kebun salak di Sibetan,” tutur Kariasa.

Untuk mengunjungi atraksi pariwisata, wisatawan membutuhkan akses yang memadai. Kariasa pun mendorong pemerintah untuk terus membangun infrastruktur menuju daerah tujuan wisata. Tidak hanya berupa fisik, Kariasa mengingatkan pentingnya akses jaringan internet. 

Dia juga melihat Karangasem belum memiliki branding yang jelas untuk menunjang kepariwisataan. Selama ini Karangasem justru lebih dikenal sebagai daerah tandus dengan banyak warganya yang berada di garis kemiskinan. 

Sempat dikenal sebagai ‘Karangasem The Spirit of Bali’, brand tersebut perlahan pudar karena menurutnya belum terdaftar secara hukum. 

“Menurut saya tema atau tag line kepariwisataan jangan semuanya di politisir, dan kita harus sama-sama berpikir dan berbuat untuk kemajuan Karangasem,” ujarnya mengenai brand yang populer beberapa tahun lalu.

Kariasa berharap pemimpin Karangasem di masa depan mau mendengar aspirasi dan kritik dari masyarakat pariwisata, termasuk para pengusahanya. “Kami tidak hanya berpikir bisnis semata, tapi membangun bersama,” kata Kariasa.

Kariasa pun mengaku masih sangat perlu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah untuk kemajuan ekonomi terutama dari sektor pariwisata, dan perlu lebih banyak diajak berdiskusi serta sama-sama mencari solusi untuk kemajuan Karangasem. 

“Saya juga khawatir karena masyarakat kita masih lebih banyak harus kerja keluar daerah. Sebagai pengusaha, saya berharap pariwisata Karangasem terus berkembang. Jadi masyarakat tidak perlu bekerja hingga keluar daerah, sehingga memiliki waktu memperhatikan keluarga dan menghidupkan budaya, agama, dan adat istiadatnya,” ucapnya. 7 a

Komentar