nusabali

Ekspor Bali di Awal Tahun Masih ‘Minus’

  • www.nusabali.com-ekspor-bali-di-awal-tahun-masih-minus

Hasil perkebunan mencatat ‘kejutan’, pertumbuhannya mencapai 72,86 persen

DENPASAR, NusaBali
Kinerja perdagangan luar negeri, khususnya ekspor Bali tahun 2024 diawali dengan minus. Hal itu merujuk nilai ekspor Bali Januari-Februari 2024, sebesar 20.011.450,31 dollar AS. 

Jumlah tersebut jauh di bawah nilai ekspor Bali pada periode Januari-Februari 2023 yang mencapai 36.580.265,01 dollar AS. Namun karena  baru permulaan, jelas sangat terbuka ekspor Bali tersebut tumbuh. Bahkan bisa saja melampui nilai ekspor Bali pada tahun sebelumnya.

Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri (PDL) Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagprin) Provinsi Bali, Ni Wayan Lestari mengungkapkan hal itu Rabu (6/3).

“Ini kan baru data awal. Jelas sangat mungkin berubah,” ujarnya.

Apalagi, kata dia nilai ekspor untuk beberapa komoditas produk perikanan belum masuk. 

“Itu kemungkinan nilainya juga cukup signifikan,” terangnya.

Lestari optimistis, seiring waktu pergerakan ekspor Bali akan terus tumbuh dan meningkat, baik volume dan nilainya. Kata dia, produk-produk kerajinan, pertanian yang didalamnya dominan produk perikanan merupakan komoditas andalan ekspor Bali.

Dikatakan ekspor Bali  sudah masuk ke berbagai negara. Negara- negara Eropa, Amerika dan Asia sudah pasti. Selanjutnya adalah Afrika, Amerika Latin dan negara-negara lainnya.” Jadi kalau dilihat negaranya (tujuan) sudah menyebar,” terangnya.

Komoditas ekspor Bali dipilah menjadi 4 kelompok, yakni kelompok hasil industri, terdiri dari 6 jenis. Mulai dari hasil ikan kaleng sampai dengan produk tekstile. Nilai ekspor produk industri 9.771.522,29 dollar AS, mengalami penurunan 6,68 persen dibanding Januari-Februari 2023 sebesar 10.470.657,59.

Selanjutnya kelompok kerajinan terdiri dari 17 jenis. Mulai dari produk kerajinan alat musik sampai kerajinan tulang. Nilai ekspornya pada Januari-Februari 2024 sebesar 8.990.123,40 dollar, turun 0,33 persen dibanding periode sama tahun 2023, sebesar 9.019.726,45.

Kelompok ketiga adalah kelompok ekspor hasil perkebunan, terdiri dari kakao, kopi dan panili. Untuk ekspor hasil perkebunan mencatat ‘kejutan’, karena pertumbuhannya mencapai 72,86 persen. Dari hanya 7.000 dollar AS pada Januari-Februari 2023, menjadi 12.100 dollar pada Januari-Februari 2024.

“Terutama ditopang oleh ekspor vanili,” kata Lestari.

Dia mengiyakan, ekspor produk perkebunan cukup mengejutkan, karena pertumbuhannya di atas 70 persen.

“Padahal biasanya pertumbuhan kecil, nilainya juga tidak sebanyak ekspor produk lainnya,” kata Lestari.

Dia memperkirakan, hal terjadi, karena antara permintaan pasar dengan panen produk ketemu. “Pas produksi, pas permintaan juga masuk,” lanjut Lestari.

Kemudian kelompok komoditas ke empat, adalah ekspor produk pertanian. Nilai ekspor sementara produk pertanian Januari-Februari  1.062.200,62 dollar AS. Anjlok 93,67 persen dibandingkan Januari-Februari 2023, yang nilai mencapai 16.791.558,30 dollar AS.

“Ini baru sementara, mengingat nilai ekspor perikanan belum masuk,” terangnya.

Untuk diketahui untuk kelompok pertanian tercatat ada 11 jenis. Mulai buah-buahan sampai ekspor sirip ikan hiu. Sementara yang baru berkontribusi adalah ekspor buah-buahan 579.886,17 dollar AS dan ekspor ikan hias hidup 482.314,45 dollar AS. Sedang produk lainnya mulai dari ikan kakap, kepiting, kerapu, tuna, nener hingga lobster belum ada yang masuk nilai ekspornya.

“Karena itu potensial sekali nilai ekspor dan kontribusi dari masing-masing komoditas berubah,” ujarnya. k17

Komentar