nusabali

5 Ketua DPD Golkar Tumbang di Pileg

Golkar Kehilangan Kursi DPRD Bali Dapil Jembrana

  • www.nusabali.com-5-ketua-dpd-golkar-tumbang-di-pileg

Ketua DPD II Golkar Jembrana, Made Suardana menilai kegagalannya mempertahankan kursi DPRD Bali Dapil Jembrana karena faktor kalah kekuasaan.

DENPASAR, NusaBali
Pertarungan politik di Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 berlangsung sengit antar calon anggota legislatif (Caleg). Bahkan caleg yang menyandang status pimpinan partai pun tak luput dari kerasnya persaingan dan sebagian berakhir pada kekalahan. Seperti yang terjadi pada sejumlah pimpinan Partai Golkar di Bali. Hasil rekapitulasi suara Pemilu 2024 yang dilaksanakan berjenjang, buat sementara menunjukkan 5 Ketua DPD Golkar di Provinsi Bali diprediksi tumbang.

Meskipun sudah habis-habisan berjuang sebanyak 5 Ketua DPD Golkar di Bali, yakni Ketua DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry, Ketua DPD II Golkar Bangli I Gusti Winuntara, Ketua DPD II Golkar Karangasem I Gusti Ngurah Setiawan, Ketua DPD II Golkar Jembrana Made Suardana dan Ketua DPD II Golkar Klungkung Luh Komang Ari Ayu Ningrum untuk sementara diprediksi tak berhasil raih kursi legislatif, mereka harus mengakui keunggulan para kompetitornya. 

Ketua DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry gagal lolos ke kursi DPR RI karena target merebut 3 kursi di Senayan tak terpenuhi. Golkar Bali hanya merebut 1 kursi dari 9 kursi di Dapil Bali. Golkar hanya meloloskan Gede Sumarjaya Linggih alias Demer yang notabene incumbent 4 periode di DPR RI. Hasil rekapitulasi sementara yang dilakukan secara berjenjang oleh KPU, untuk suara DPR RI, Sugawa Korry membukukan  sekitar 82.000 suara. Sementara Demer mengantongi 90.283 suara. Sementara incumbent DPR RI Dapil Bali yang juga kader senior Partai Golkar Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra juga tumbang. Dia hanya mengantongi 53.361 suara. Suara Gus Adhi jauh melorot dari Pemilu 2019. Saat Pemilu 2019, politisi asal Kelurahan Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara ini mencapai 64.839 suara. 

Ketua DPD lain yang juga gagal melenggang adalah Ketua DPD II Golkar Bangli, I Gusti Winuntara. Politisi asal Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli ini bertarung ke kursi DPRD Bali. Winuntara gagal lolos karena di Bangli Golkar hanya merebut 1 kursi dari 3 kursi dewan yang tersedia di Dapil Bangli. Golkar meloloskan Wayan Gunawan, incumbent 4 periode di DPRD Bali.  

Kemudian Ketua DPD II Golkar Karangasem, Ngurah Setiawan yang bertarung ke kursi DPRD Karangasem juga tumbang. Ngurah Setiawan hanya mengantongi 1.315 suara. Sementara Ketua DPD II Golkar Klungkung, Ayu Ningrum gagal melenggang ke DPRD Klungkung. Adik dari Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Provinsi Bali yang juga mantan Ketua DPD II Golkar Klungkung, I Made Ariandi ini sebelumnya sempat dua periode duduk di DPRD Klungkung. 

Ketua DPD Golkar yang juga gagal lolos ke kursi dewan adalah Ketua DPD II Golkar Jembrana, I Made Suardana. Incumbent DPRD Bali Dapil Jembrana ini gagal merebut kursi DPRD Bali di Gumi Makepung. Dari 4 kursi DPRD Bali di Dapil Jembrana, Partai Golkar tak satu pun meloloskan kadernya. Sehingga kursi DPRD Bali hilang di Jembrana.

Terkait hasil Pemilu 2024 ini, Ketua DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry belum bisa dimintai komentar. Saat dihubungi melalui ponselnya, politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang masih menjabat Wakil Ketua DPRD Bali ini berjanji akan memberikan keterangan secara resmi dalam wawancara langsung. “Nanti saya berikan keterangan langsung, tidak lewat telepon,” ujar Sugawa Korry saat dihubungi, Senin (4/3).

Sementara Ketua DPD II Golkar Klungkung, Ayu Ningrum masih enggan memberikan komentar terkait hasil Pemilu 2024. Karena pihaknya masih menunggu penetapan suara atau hasil pleno di KPU Klungkung. “Besok (hari ini,red) kita baru tahu hasil pleno,” ujar Ayu Ningrum. 

Ketua DPD II Golkar Jembrana, Made Suardana menilai kegagalan Golkar mempertahankan kursi di DPRD Bali karena faktor kalah kekuasaan. 

Kepada NusaBali, Suardana mengaku dari hasil rekapitulasi suara tingkat PPK se-Jembrana, Golkar gagal lolos ke DPRD Bali. Dari 4 kursi yang diperebutkan di DPRD Bali Dapil Jembrana, PDIP tetap mendapat 2 kursi yang dapatkan I Made Kembang Hartawan dan I Ketut Sugiasa. Kemudian Gerindra masih bertahan 1 kursi yang diraih incumbent I Kade Darma Susila.

Sedangkan 1 kursi yang sebelumnya menjadi milik Golkar, direbut Demokrat yang diraih I Gede Ghumi Asvatham, putra sulung Bupati Jembrana I Nengah Tamba. "Kalau di DPRD Jembrana, kita masih tetap di posisi kedua. Tetapi yang di provinsi kita out," ujar Suardana, Senin kemarin. 

Dari analisa internalnya, Suardana menyatakan ada berbagai faktor yang menyebabkan dirinya ataupun Golkar di Jembrana gagal mempertahankan kursi DPRD Bali. Salah satunya faktor kekuasaan dari partai penguasa di Jembrana yang terindikasi merongrong suara Golkar untuk level DPRD Bali.

"Kedua, sudah pasti sistem harus berani melanggar aturan. Kalau kita tidak berani melanggar. Di hari tenang, kita sebenarnya sudah selesai membina, memantapkan, meyakinkan sehingga di hari tenang kita hanya mengawasi. Tetapi ternyata hari tenang itu beda. Intinya kita kalah strategi melanggar," ucap politisi gaek asal Desa Pengeragoan, Kecamatan Melaya ini.

Meski demikian, Suardana menyatakan, secara pribadi sudah tidak mempermasalahkan sesuatu yang sudah lewat. Namun sebagai nahkoda partai, dirinya mengajak seluruh kader maupun simpatisan Golkar di Jembrana untuk bersama-sama mulat sarira atau evaluasi diri. "Tentu nanti kita akan lakukan evaluasi di internal. Kita sama-sama mulat sarira untuk ke depan," ujarnya. 

Sedangkan Ketua DPD II Golkar Bangli, I Gusti Made Winuntara yang juga gagal meraih kursi di DPRD Bali mengatakan Golkar menempatkan satu kader di DPRD Bali, yakni I Wayan Gunawan. Gusti Winuntara tidak menampik jika berat melawan incumbent. Saat dikonfirmasi, politisi asal Banjar Sedit, Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli ini mengatakan pada Pileg 2024 ini, Partai Golkar hanya mampu meraih satu kursi di DPRD Bali. Hal ini masih sama dengan Pileg 2019 lalu. 

Gusti Winuntara menyebutkan jika kemampuan partai hanya satu kursi. "Dari dulu memang satu kursi," ungkapnya, Senin kemarin. Gusti Winuntara sendiri baru pertama maju di kontestasi Pemilu. Dirinya maju karena sebagai ketua DPD. Seperti diketahui dia menjabat ketua DPD II Golakr Bangli sejak 2020 ini.

Disinggung terkait kedudukan sebagai ketua partai dan memiliki keleluasaan menggerakkan kader, Gusti Winuntara menyebutkan jika hal tersebut sudah dilakukan tetapi lawannya adalah incumbent. Persaingan tidak hanya di eksternal tetapi juga internal. "Menggerakkan sih menggerakkan tapi lawan kita incumbent," ujarnya. Di awal Gusti Winuntara optimis dalam Pileg, terlebih lagi calon-calon di Golkar merupakan new comer. Saat itu calon ada Gusti Winuntara dan Made Subrata. Dalam prosesnya, Made Subrata diganti oleh Wayan Gunawan. 

"Ada ketentuan partai yang mengharuskan incumbent harus jadi calon, jadi situasinya berbeda," jelasnya. Namun dia tidak mempersoalkan hal tersebut, yang terpenting Golkar masih bisa mendapat suara tinggi, mempertahankan posisi. Terpisah Ketua DPD II Golkar Karangasem, I Gusti Ngurah Setiawan menyebutkan salah satu penyebabnya kegagalannya lolos karena dampak dari kuatnya tekanan penguasa. "Tahu sendirilah, kenapa saya tidak lolos ke DPRD Karangasem dan kenapa Partai Golkar kehilangan 3 kursi, akibat kuatnya tekanan dari penguasa," ujar Ngurah Setiawan kepada NusaBali di Amlapura, Senin kemarin. 

Ngurah Setiawan yang hanya membukukan 1.315 suara dari Daerah pemilihan (Dapil Karangasem I Kecamatan Karangasem, menambahkan, merasa tidak perlu menjelaskan secara detail yang terjadi di lapangan sebelum puncak Pileg 2024, Rabu (14/2) lalu. Bukan hanya Golkar yang merasakan tekanan itu, juga partai lain. Di samping banyak faktor penyebabnya, "Kami telah berusaha, tetapi keberuntungan belum berpihak," tambahnya. 7 nat, ode, esa, k16

Komentar