nusabali

Jual Gamelan di Atas Mobil, Juga Siap Melatih Tabuh Atas Permintaan Pembeli

  • www.nusabali.com-jual-gamelan-di-atas-mobil-juga-siap-melatih-tabuh-atas-permintaan-pembeli

DENPASAR, NusaBali - Berjualan bahan kebutuhan pokok di atas mobil dan di pinggir jalan sudah jadi hal yang lumrah. Namun berjualan gamelan atau gong di atas mobil di pinggir jalan, masih jarang ditemukan.

Adalah I Ketut Puspa alias Pak Gong, asal Banjar Klod, Desa Kayuamba, Kecamatan Kintamani, Bangli, memasarkan gamelan di pinggir Jalan WR Supratman, Denpasar.

Perangkat gamelan mulai dari gangsa, gender wayang, cengceng, reong sampai dengan perlengkapannya antara lain panggul, dia jual. Gamelan tersebut berbahan besi. Gamelan tradisional yang dijual Pak Gong ditempatkan dalam kendaraan pick up.

Untuk diketahui bahan gamelan selain besi adalah krawang yang merupakan campuran beberapa logam antara lain tembaga dan kuningan.

“Tiyang sudah belasan tahun jualan di sini. Sejak 2011,” ujarnya, Senin (15/1).

Pak Gong memilih berjualan di pinggir jalan, dengan tujuan lebih gampang dilihat warga, sehingga diharapkan dagangannya lebih cepat laku, ketimbang jualan di toko. “Astungkara, kalau dirata-rata ada saja laku setiap hari,” ucap ayah 2 anak ini.

Sebagian besar pembeli adalah pelajar, dipakai untuk latihan menabuh. “Juga dari ibu-ibu anggota PKK,” imbuhnya.

Yang paling banyak terjual adalah gangsa dan gender wayang. Harga per unit antara Rp 500.000 sampai Rp 1.500.000. “Tergantung ukuran dan ragam pelawah (tatakannya),” ujar Pak Gong.

Harga tersebut lebih murah dibanding gamelan sejenis yang berbahan krawang. “Walau demikian nadanya jernih dan nyaring,” ucapnya.

Pembelian maupun pesanan biasanya meningkat jelang Hari Raya Galungan dan Nyepi. Jelang Galungan biasanya digunakan untuk kegiatan ngelawang. “Terutama untuk gamelan barong bangkung. Sedang jelang Nyepi, untuk gamelan mengiringi ogoh-ogoh,” ucap Pak Gong.

Tidak saja menjual perangkatnya, namun Pak Gong juga membantu melatih dasar menabuh bagi pembeli. “Kalau diminta, ada tukang yang kami siapkan,” kata dia.

Dikatakannya, gong yang dijual merupakan produk dari usaha keluarga (UMKM) di rumahnya di Kayuamba, Bangli. “Besi bahan baku kami beli dari Jawa,” tandasnya. 7 k17

Komentar