nusabali

Pengunjung Petik Sendiri Durian dan Manggis dan Langsung Makan di Tempat

Petani di Desa Dalang, Selemadeg Timur, Tabanan Kembangkan Kebun Miliknya Jadi Wisata Buah

  • www.nusabali.com-pengunjung-petik-sendiri-durian-dan-manggis-dan-langsung-makan-di-tempat

Budiarta menerapkan sistem organik dalam perawatan manggis dan durian sejak tahun 2014 menggunakan pupuk dari kotoran kambing, burung puyuh dan kelinci

TABANAN, NusaBali
Seorang petani di Tabanan melirik pangsa pasar wisata yang kekinian. Salah satunya dengan mengembangkan wisata petik durian langsung makan di kebun. Petani kreatif ini, yakni I Ketut Budiarta, 56, warga Banjar Gempinis, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan. Budiarta mulai mengembangkan usahanya ini sejak pandemi Covid-19 melanda atau di tahun 2020. Waktu itu saat panen durian hingga manggis harganya terjun bebas.

Dia bersama petani lainnya lalu memutar otak. Jika sedang ngetrennya wisata petik stroberi dan anggur, Budiarta pun mengembangkan usaha wisata petik durian langsung makan. "Durian yang kami tanam adalah jenis kane dan musang king. Ada pula durian lokal," ujar Budiarta saat ditemui, Selasa (5/12). Kini di lahan seluas 5 hektare yang dikembangkannya di Banjar Gempinis, Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan ada saja wisatawan yang berkunjung. Bahkan wisatawan mancanegara pun mulai melirik kebun wisata yang dirintisnya ini.

"Selain itu komunitas bersepeda juga sewaktu-waktu berkunjung. Tapi tak menentu, kadang ada, kadang tidak," akunya. Budiarta menerangkan untuk bisa menikmati wisata petik durian ini harganya bervariasi. Misalnya kalau ingin menikmati durian jenis kane dan musang king dipatok Rp 30.000-Rp 40.000 per kilogram. Lalu untuk jenis durian lokal dipatok Rp 20.000-Rp 25.000 per kilogram. "Kalau lagi musim durian setiap hari ada saja buah yang masak. Tidak perlu takut kalau gagal menikmati durian," kata Budiarta.

Foto: Petani I Ketut Budiarta. -IST

Menurutnya, selain durian, dia sendiri juga menerapkan hal sama untuk buah manggis. Pengunjung yang datang bisa memetik langsung buah manggis dan makan di tempat. Untuk harga wisata petik manggis ini pengunjung cukup membayar sesuai dengan harga pasaran. "Harganya tergantung pasaran, bisa Rp 15.000 bahkan bisa Rp 4.000 per kilogram," katanya.

Dengan usaha yang dirintisnya ini Budiarta tak perlu lagi cari tukang jasa petik. Sebab ongkos jasa petik sangat mahal khusus untuk petik manggis. Mereka mematok harga jasa Rp2.000 per kilogram. "Dengan adanya wisata petik ini kita petani sekaligus bisa menghemat biaya operasional," terang Budi. Dia pun bercerita sebenarnya usaha ini dirintis saat pandemi Covid-19. Ada kelompok beranggotakan 15 orang yang berkomitmen mengangkat derajat petani hortikultura.

Konsepnya adalah orang-orang yang ingin menikmati buah-buah tropis seperti durian dan manggis bisa datang ke kebun. "Jadi konsumen bisa mendapatkan harga langsung dari petani, memetik buahnya sendiri, sekaligus menikmati suasana alam terbuka," tegasnya. Meski sudah ada pengunjung yang datang langsung untuk menikmati buah durian maupun manggis, namun Budiarta menilai pengembangan wisata kebunnya tidak berlangsung dengan baik. Sebab mereka kekurangan SDM generasi muda.

Foto: Pengunjung menikmati wisata petik manggis di Desa Dalang, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Selasa (5/12). -IST

"Dulu sewaktu pandemi banyak generasi muda yang kerja di pariwisata kehilangan mata pencarian alias berhenti bekerja. Kemudian mereka terjun jadi petani. Namun ketika pariwisata mulai pulih, mereka kembali lagi ke dunia pariwisata," kata Budiarta. Itu bisa dilihat dari kelompoknya yang dulu 15 orang, saat ini yang aktif tersisa tiga orang. Sementara lainnya kembali bekerja di sektor pariwisata, terutama kapal pesiar. Padahal menurut Budiarta usaha di bidang pertanian hortikultura, seperti pengembangan buah manggis dan durian, memiliki potensi pendapatan jangka panjang.

"Satu pohon manggis kalau sekali panen itu bisa menghasilkan 3 sampai 4 kuintal. Sementara durian dengan metode tanam organik bisa berbuah sepanjang tahun," tuturnya. Di sisi lain tambah Budiarta dalam perawatan durian dan manggis ini dia menerapkan penanaman organik. Penanaman organik sudah dilakukan sejak tahun 2014 dengan menggunakan kotoran kambing, burung puyuh dan kelinci. Dalam mengolah dia mengolah satu kilogram kotoran hewan menjadi 100 liter pupuk organik cair.

"Saya belajar otodidak dengan memanfaatkan media sosial," akunya. Dia mengakui banyak manfaat ketika pertanian diterapkan secara organik. Salah satunya pohon durian jenis kani berbuah sepanjang tahun. Kondisi ini tentu jadi keuntungan bagi para petani. Ketika duren sedang tidak musim, Budiarta masih bisa memanen dan menjualnya dengan harga tinggi. "Pernah menjual dengan harga Rp125.000 per kilogram saat duren tidak musim. Saat ini harga durian Kani Rp40.000 per kilogram," ujar ayah dua anak ini. 7 des

Komentar