nusabali

Raih 2 Rancage, Meninggal Akibat Komplikasi Penyakit

Kabar Duka, Sastrawan Bali IDK Raka Kusuma Berpulang di Usia 66 Tahun

  • www.nusabali.com-raih-2-rancage-meninggal-akibat-komplikasi-penyakit

Sejak setahun terakhir almarhum mengalami gangguan otak dengan menjalani rawat jalan, menyusul sejak April lalu menderita diabetes, antung, hati, saraf dan stroke

AMLAPURA, NusaBali
Sastarawan Bali I Dewa Nyoman Raka Kusuma atau lebih dikenal dengan nama IDK Raka Kusuma, 66, pendiri Sanggar Buratwangi dan Sanggar Kata Amlapura, tutup usia akibat komplikasi sejumlah penyakit. Almarhum setahun terakhir menderita sakit gangguan otak. Dia pun keluar masuk rumah sakit sejak April 2023.

IDK Raka Kusuma meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa jam di RS BaliMed, Banjar Kecicang Islam, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Sabtu (5/8) pukul 22.40 Wita. Pantauan NusaBali, pelayat mulai berdatangan terutama para pegiat Sastra Bali modern di rumah duka BTN Kecicang Indah Blok IIIC/52 Banjar Kecicang Bali, Desa Bungaya Kangin, Kecamatan Bebandem, Karangasem, Minggu (6/8).


Istri almarhum I Dewa Ayu Kusuma Dewi menuturkan suaminya meninggal karena komplikasi, seperti gangguan otak, jantung, hati, saraf, diabetes dan stroke. Sejak setahun terakhir mengalami gangguan otak dengan menjalani rawat jalan, menyusul sejak April 2023 menderita diabetes, menjalar ke jantung, hati, saraf dan stroke.

Terakhir masuk RS BaliMed, Sabtu pagi pukul 08.00 Wita, belum sempat masuk kamar perawatan semasih di IRD, kondisinya menurun dan tidak bisa berkomunikasi dan dinyatakan meninggal dunia, Sabtu malam pukul 22.40 Wita. Rencana upacara palebon melalui kremasi digelar di Banjar/Desa Sulang, Kecamatan Dawan, Klungkung pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (8/8).

Pensiunan guru SD tahun 2017 ini meninggalkan seorang istri I Dewa Ayu Kusuma Dewi, dua anak I Dewa Gede Indra Prabawa Kusuma, I Dewa Gede Dwi Praba Sastra Kusuma dan 3 cucu.

Foto: IDK Raka Kusuma (kiri) saat bersama penyair I Nyoman Tusthi Eddy (alm). -NANTRA

“Karena terakhir ada sakit saraf menyerang di bagian saluran pernapasan sehingga sulit komunikasi,” jelas Dewa Ayu Kusuma Dewi. Almarhum terakhir mengajar di SDN 1 Karangasem dan pensiun tahun 2017. IDK Raka Kusuma merupakan putra ke-7 dari 11 bersaudara dari keluarga I Dewa Putu Kaji dan Jro Sumaraga. Almarhum sendiri aslinya asal dari Banjar/Desa Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung.

Almarhum tercatat dua kali meraih penghargaan sastra Rancage, masing-masing tahun 2002 atas dedikasinya memajukan Sastra Bali modern mendirikan Sanggar Buratwangi dan Sanggar Kata serta mendirikan majalah sastra Bali Modern Buratwangi. Penghargaan Sastra Rancage 2011 melalui bukunya Sang Kelana. Penghargaan lainnya, Tantular dari Balai Bahasa Provinsi Bali 2019 melalui bukunya, Tanah, dan Bali Jani Nugraha 2021. Almarhum yang kelahiran 21 November 1957 ini belajar menulis puisi dari penyair Umbu Landu Paranggi, I Gusti Putu Bawa Semar Gantang, Nyoman Tusthi Eddy hingga Putu Tirtawirya.

Karya-karyanya, seperti Kidung I Lontar Rograg 1991, I Balar 2006, Ngambar Bulan  2006, Sang Lelana 2010, Rasti 2010, Begal 2012, Ngantih Bulan 2013, Batan Moning 2014, Enjung Kalyana 2014, Tanah 2017, Kamerad Leningrad  2019. Bulu-bukunya, antara lain Pukul Nol Tiga Lima-Lima 2022 yang merupakan kumpulan puisi terbagi tiga, belahan satu sebanyak 21 puisi, belahan dua sebanyak 21 puisi dan belahan tiga sebanyak 17 puisi.

Sedangkan buku Begal, berisi 20 cerpen, di antaranya pedidi, bui, ogoh-ogoh, sandikala, begal, toh, bibih, kota palekadan, lubdaka, peninggalan, oding dan lain-lain. Sejumlah pegiat sastra Bali modern terlihat melayat di rumah duka kemarin, seperti I Nyoman Agus Sudipta, Ni Wayan Adnyani, I Komang Berata, I Wayan Paing, I Wayan Wikana, I Wayan Widi, Ida I Dewa Gede Catra  dan I Gusti lanang Suteja Narendra. Komang Berata mengapresiasi pengabdian almarhum di bidang sastra Bali modern.

"Kita harus melanjutkan semangat membina sastra Bali modern," jelas Berata, peraih 2 Rancage 1999 dan 2021. Buku yang rencananya terbit milik almarhum kata Komang Berata adalah Kitab Suci Perempuan. Sedangkan pemerhati lontar Bali Ida I Dewa Gede Catra berharap agar karya-karya almarhum terus dijaga dan dirawat. "Karya-karya almarhum agar terselamatkan, paling tidak perlu dijadikan perpustakaan," jelas Ida IB Dewa Gede Catra. 7 k16

Komentar