nusabali

Siswa SLBN 1 Badung Dilatih Keterampilan Membuat Kerajinan Kayu

  • www.nusabali.com-siswa-slbn-1-badung-dilatih-keterampilan-membuat-kerajinan-kayu
  • www.nusabali.com-siswa-slbn-1-badung-dilatih-keterampilan-membuat-kerajinan-kayu

MANGUPURA, NusaBali.com - Menjadi guru Sekolah Luar Biasa (SLB) tentu memiliki tantangan tersendiri. Itulah yang dirasakan I Wayan Latra. Ia mengaku tergugah untuk mengajari murid-muridnya keterampilan wirausaha agar siswa SLB bisa hidup mandiri usai lulus nanti.

Guru di SLB Negeri 1 Badung itu menuturkan bahwa siswa SLB harus dibekali skill untuk bisa mandiri setelah lulus nanti dan tugas seorang guru adalah mencari bakat dari masing-masing siswa.

“Kami lebih menekankan kepada anak-anak untuk bisa mengasah skill (kemampuan, Red). Dimana skill ini nantinya bisa digunakan oleh peserta didik saat tamat dari sekolah dan memiliki keterampilan di masyarakat,” ujar Latra saat ditemui dalam gelaran Gempita di SLBN 1 Badung pada Kamis (8/6/2023) lalu.

Dalam proses pembuatan karya tersebut, SLBN 1 Badung melibatkan siswa siswi disabilitas tunarungu dan tunagrahita jenjang SMP dan SMA. Siswa-siswinya melakukan kegiatan keterampilan kria kayu rutin setiap minggu pada hari Kamis dan Jumat. Ia mengaku, selama ini kesulitan mengajari anak didiknya hanya dalam berkomunikasi saja.

“Kesulitan mengajar anak-anak tunarungu sudah pasti dalam berkomunikasi, karena mereka tidak mendengar jika saya menginstruksikan apa pun. Sehingga saat mereka menggunakan alat dan ada kesalahan, kami harus menghampiri atau menepuk bahunya untuk memberitahukan cara menggunakan alat yang benar,” tuturnya bercerita.

Dilihat dari pantauan NusaBali.com, produk yang dihasilkan pun beragam seperti permainan kayu berupa mobil-mobilan, puzzle, asbak kayu, dan plakat. Namun, Latra mengungkapkan pihaknya memfokuskan dalam pembuatan plakat karena untuk di jual. Ia pun sudah bekerjsama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Badung dan pihak lainnya untuk membuat plakat di SLBN 1 Badung.

“Kalau harga plakatnya itu Rp 150 ribu per set. Kalau mobil-mobilan kayu Rp 250 ribu. Nah, kenapa harganya bisa lebih mahal, karena kami menjual kreativitas anak-anak. Kami menjual prosesnya mereka bekerja bukan hanya sekadar bahannya saja. Namun uang hasil penjualan akan kami serahkan ke sekolah agar diolah kembali untuk pengembangan keterampilan,” ungkapnya.
 
Selama ini, kata Latra antusias anak-anak dalam berkarya patut diacungi jempol. Semangat dan kegigihan mereka dalam menghasilkan karya, di nilainya akan sangat membantu mereka untuk mengembangkan skill dan membantu mereka mencari pekerjaan saat lulus sekolah nanti.
 
“Saya secara pribadi berharap ketika siswa-siswi saya tamat, mereka memiliki skill dan bisa dipergunakan, baik itu bekerja secara mandiri atau di perusahaan lain,” harapnya. *ris

Komentar