nusabali

Kembangkan Kemasan Aman untuk Konsumen

GAPMMI Ajak Industri AMDK

  • www.nusabali.com-kembangkan-kemasan-aman-untuk-konsumen

JAKARTA, NusaBali
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mengajak industri air minum dalam kemasan (AMDK) terutama yang tergabung dalam organisasi tersebut untuk mengembangkan kemasan yang aman bagi konsumen.

Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman mengatakan konsumen perlu memiliki alternatif air minum kemasan galon sekali pakai dari jenis Polyethylene Terephthalate (PET) yang lebih aman, dan meninggalkan galon plastik guna ulang yang bercampur senyawa berbahaya Bisphenol A (BPA).

Galon plastik berbahan dasar PET yang telah banyak digunakan oleh industri air minum dalam kemasan (AMDK), lanjut Adhi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, adalah alternatif yang bukan hanya memiliki nilai keamanan dan kesehatan lebih tinggi, namun juga lebih ekonomis.

"Oleh karena itu GAPMMI mengajak industri untuk saling berkolaborasi menciptakan alternatif- alternatif kemasan yang lebih aman,” ujarnya dilansir Antara.

Dia mengatakan, keputusan pemerintah untuk mewajibkan pelabelan galon bekas pakai tentu berdasarkan kajian yang mendalam. Hal itu juga dilakukan untuk melindungi konsumen.

Kajian BPOM dilakukan dengan mengacu pada penerapan regulasi serupa di negara- negara maju, yang sudah lebih dulu menerapkan larangan dan memperketat penggunaan BPA sebagai campuran bahan kemasan pangan.

"Label berupa peringatan tentang kandungan BPA, adalah usaha untuk memberikan kepastian bagi konsumen dalam mengonsumsi produk yang terjamin keamanan dan kesehatannya,” kata Adhi.

Di luar galon, saat ini seluruh produsen AMDK botol, baik market leader maupun produsen kecil dan menengah, semua menggunakan plastik jenis PET.

 “Galon berbahan plastik jenis PET mampu menghemat biaya produksi secara signifikan yang pada akhirnya memacu pertumbuhan industri AMDK, tak terkecuali industri kecil menengah,” katanya.

Berdasarkan data GAPMMI, industri air minum dalam kemasan sebetulnya mampu menghemat biaya produksi hingga Rp1,5 triliun per tahun, utamanya jika beralih menggunakan galon dari jenis plastik PET. Produksi galon PET terbukti lebih murah 50 persen dibanding produksi galon guna ulang BPA yang lebih banyak menggunakan bahan impor.

Saat ini ada 1.200 pelaku industri air minum dalam kemasan, dengan volume air minum 35 miliar liter per tahun, 2.100 merek dan 7.000 lebih izin edar. Market leader menguasai 65 persen pasar air minum kemasan, disusul 25 persen industri menengah, dan sisanya 10 persen dikuasai para pelaku usaha kecil.

 “Ada 30-40 juta galon yang beredar di Indonesia saat ini, sebanyak 90 persen adalah galon guna ulang bercampur BPA yang berbahaya buat kesehatan,” katanya.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Air Minum Kemasan Nasional (Asparminas), Johan Muliawan mengatakan regulasi BPOM untuk mencantumkan label peringatan pada galon bekas pakai yang mengandung BPA, justru akan menyehatkan iklim industri air minum kemasan.

”Kami selaku pengusaha AMDK meyakini, pelabelan ini tidak akan mengganggu pertumbuhan industri. Itu sebabnya, kami mendukung penuh regulasi pelabelan galon BPA yang dikeluarkan oleh BPOM,” katanya.

Menurut dia, permintaan air minum dalam kemasan akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Indonesia.

 “Sebagai pelaku industri, kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas produk air minum dalam kemasan.Pelabelan galon BPA ini kami sikapi sebagai pemacu untuk berinovasi dan menciptakan produk AMDK berkualitas, baik dari sisi kesehatan maupun keamanan kemasan," ujarnya. *

Komentar