nusabali

KPPI Dorong Wigunawati Maju Pilgub Bali

  • www.nusabali.com-kppi-dorong-wigunawati-maju-pilgub-bali

Ketua Ketua KPPI Bali Dewa Ayu Sri Wigunawati didorong ikut Pilgub Bali 2018, melalui jalur partai politik ataupun jalur independen.

DENPASAR, NusaBali

Perhelatan Pilgub Bali 2018 mendatang, meski sudah banyak partai politik mengelus calonnya tetapi belum satu pun ada tokoh perempuan yang didorong maju dan menyatakan kesediaannya.

Dukungan terhadap perempuan maju dalam Pilgub Bali 2018 muncul di diskusi terbatas ‘Perempuan dan Kekuasaan’ di Denpasar, Sabtu (23/4). Diskusi yang digelar Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Provinsi Bali, antara lain dihadiri mantan Ketua KPU Bali Dr I Ketut Sukawati Lanang Putra Perbawa SH MH, Ketua LSM Bali Sruti Luh Riniti Rahayu, para politisi perempuan se-Bali. Diskusi juga membedah 10 surat Raden Ajeng Kartini dari tahun 1889–1902 yang berisi perjuangan hak asasi  perempuan dan demokrasi.

Di sela diskusi itu mengemuka, Ketua KPPI Bali Dewa Ayu Sri Wigunawati didorong ikut maju di Pilgub Bali 2018, baik dengan kendaraan politik (partai politik) ataupun jalur independen (perseorangan).

Dukungan itu terlontar dari anggota KPPI Bali yang kader Partai Hanura Yeni Puspa. Yeni Puspa mengatakan saatnya perempuan tampil dan sejajar dengan politisi laki-laki. Adanya KPPI Bali, kemudian Bali Sruti yang peduli dengan perjuangan perempuan, menurut Yeni Puspa menjadi modal menyuarakan bahwa perempuan kalau diberikan kesempatan mampu menjadi pemimpin. “Jadi atas dasar itu kami mendorong supaya kader KPPI Bali, Bu Sri Wigunawati maju menjadi Cagub Bali 2018,” ujar Yeni Puspa.

Yeni Puspa menegaskan sebagai perempuan dirinya tidak memandang apakah Sri Wigunawati kader Golkar atau partai mana saja.

“Saya tidak memandang sisi warna dan baju partai di sini. Kami ingin ada perempuan yang tampil lebih banyak. Saya tidak mau perempuan dicibir. Saya pernah memimpin partai di Jembrana, dipertanyakan. Kenapa harus perempuan? Saya dobrak itu kekuasaan partai yang mencibir perempuan. Makanya saya mau KPPI buktikan bahwa perempuan itu kalau diberikan kesempatan bisa,” tandas politisi asal Jembrana, ini.

Atas dorongan anggota KPPI ini, Wigunawati mengatakan dorongan itu muncul karena KPPI melihat perempuan belum merasa terwakili. Wigunawati pun mengapresiasi itu sebuah pemikiran yang berpihak kepada perempuan.

“Artinya teman-teman melihat dari sisi keterwakilan perempuan. Meskipun itu dibutuhkan syarat mulai orang, otak, dan ongkos. Orang memiliki kecerdasan bisa menjadi pemimpin. Orang juga harus punya ongkos atau financial. Jika itu tidak mendukung, akan menjadi kendala. Tetapi dorongan ini adalah motivasi bagi teman-teman perempuan. Bukan hanya saya, tetapi untuk semua politisi perempuan,” tutur mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali, ini.

Wigunawati menjelaskan, financial sangat dibutuhkan bahkan mungkin paling dibutuhkan dibanding modal–modal atau syarat lainnya. “Karena saat ini fragmatisme masih mencengkeram para pemilih. Terkadang ada sponsor (sumbangan pihak pribadi) yang dalam Undang-undang Pilkada dibolehkan, itu arahnya juga kadang tidak mengarah kepada perempuan. Namun dukungan sponsor itu masih dipercayakan ke politisi laki-laki. Banyak kendala yang harus dilalui politisi perempuan,” ujar Srikandi Golkar yang memulai karier politiknya sejak 1987 ini.

Sedangkan Ketua Bali Sruti Luh Riniti Rahayu, mengatakan, perempuan hebat-hebat perlu ada. Selama ini Bali Sruti dan KPPI berkecimpung menggodok dan menggembleng politisi perempuan. Tahun 2004–2014 ada 560 politisi perempuan yang digembleng. Namun yang jadi bisa dihitung dengan jari. “Bisa dibayangkan ini. Sebuah tantangan besar. Perempuan di kekuasaan itu harus lebih banyak. Kalau tidak, keberadaan KPPI Bali, LSM Bali Sruti, dan teman-teman yang menyuarakan nasib perempuan mungkin juga tidak perlu ada,” ucap Riniti.

Riniti mengatakan kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan yang membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Bukan dalam arti kekuasaan negatif. Riniti menyitir surat Kartini, ‘Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya’ (surat Kartini kepada Nyonya Abendon, Agustus 1900).

“Kartini itu menjadi motor penggerak perjuangan dan pergerakan perempuan yang terinspirasi dengan perjuangan wanita-wanita Barat di zamannya. Dalam konsep perjuangannya itu Kartini ingin perempuan tegak berdiri bergandeng tangan dengan laki-laki dalam sebuah kekuasaan. Tolong kaki laki–laki jangan menginjak perempuan. Itu kurang lebih bagi saya perjuangan perempuan kita sekarang,” tegas perempuan kelahiran Buleleng, ini.   

Sedangkan Lanang Perbawa secara terpisah mengatakan dalam sejarah kekuasaan nasional perempuan sudah banyak berkuasa. Majapahit pernah dipimpin Ratu Tribuana Tungga Dewi. “Bahkan dalam republik ini Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pernah menjadi Presiden RI. Dalam makna perjuangan Kartini ini bagi saya ke depan perempuan-perempuan lebih banyak melahirkan generasi berkualitas dan mampu menjadi pemimpin,” kata Lanang Perbawa.

Kenapa perempuan dan wanita dan anak harus dibuat maju? “Karena mereka  selama ini di posisi lemah. Negara yang harus ada di dalamnya menjadikan perempuan maju, anak-anak bangsa maju menjadi pemimpin berkualitas. Perempuan di satu sisi juga harus meningkatkan kemampuan diri,” tegas mantan ketua KPU Bali ini mendorong supaya di Pilgub Bali nanti ada perempuan yang bisa tampil. * nat

Komentar