nusabali

Duta Denpasar Sapu Bersih Juara I

Lomba Peragaan Busana di PKB XLIV

  • www.nusabali.com-duta-denpasar-sapu-bersih-juara-i

Duta Kota Denpasar menjadi juara I di 3 kategori lomba, yakni, Busana Kerja Adat Bali Berpasangan, Busana Casual Berpasangan, serta Busana Pengantin Modifikasi Berpasangan.

DENPASAR, NusaBali

Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar berhasil menyapu bersih juara I dalam tiga kategori di Lomba Peragaan Busana Pesta Kesenian Bali XLIV tahun 2022. Tiga kategori dimaksud adalah kategori Busana Kerja Adat Bali Berpasangan, Busana Casual Berpasangan, serta Busana Pengantin Modifikasi Berpasangan.

Lomba ini diselenggarakan pada Minggu (22/6) di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, yang diikuti oleh desainer dan model perwakilan kabupaten/kota se-Bali. Hadir dalam kegiatan ini, Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Ny Putri Koster, Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Denpasar Ny Sagung Antari Jaya Negara, istri Wakil Walikota Denpasar Ny Ayu Kristi Arya Wibawa, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Denpasar Ny Ida Ayu Widnyani Wiradana.

Sebagai peserta dengan nomor urut 8 dalam peragaan Busana Kerja Adat Bali Berpasangan, peragaan busana Denpasar didominasi dengan warna biru kain endek.

Ny Sagung Antari Jaya Negara menyampaikan apresiasi serta turut bangga atas hasil yang didapat duta Denpasar di perhelatan Lomba Peragaan Busana Pesta Kesenian Bali XLIV tahun 2022. “Kami mengucapkan terima kasih atas apresiasi juri kepada perwakilan kami dari Kota Denpasar menjadi juara satu dalam lomba kali ini. Tentu saja ini merupakan hasil kerjasama yang maksimal antara tim desainer dan model di Kota Denpasar serta dukungan dari pemerintah,” kata Ny Antari Jaya Negara.

Ny Antari Jaya Negara menambahkan pada peragaan busana dalam rangka PKB XLIV, melibatkan tiga desainer, untuk Busana Kerja Adat Bali Berpasangan desainer Ni Luh Putu Diah Gitanjali, desainer Busana Casual berpasangan Putu Ayu Adiyanti, dan Busana Pengantin Modifikasi Berpasangan desainer Agus Arya Putra.

“Persiapan bersama desainer dan perajin Denpasar sudah dilaksanakan jauh-jauh hari sebelumnya dan juga dilakukan pembinaan, dalam mempersiapkan karya dan model untuk tampil dalam lomba kali ini,” ujar Ny Antari Jaya Negara.

“Semoga perhelatan ini dapat menjadi motivasi dan semangat bagi desainer dan perajin Denpasar untuk terus berkarya, tidak saja di daerah namun juga di tingkat nasional dan internasional. Kami juga mengucapkan selamat kepada para desainer Denpasar,” kata Ny Antari Jaya Negara.

Tim juri lomba tersebut terdiri dari Dr Tjok Istri Ratna Cora Selain Ratna Cora, Anak Agung Anom Mayun Konta Tenaya, Cokorda Abinanda Sukawati, I Gede Yudi Ardana Putra, dan Pande Putu Wijana.

“Penilaian lomba menyangkut etika dan estetika. Dalam estetika, ada unsur desain, komposisi, balancing, point of interest, proporsi, dan sebagainya,” kata Ratna Cora selaku koordinator tim juri Wimbakara (lomba) Desain dan Peragaan Busana.

Ratna Cora bersama empat dewan juri lainnya merasa senang karena rancangan busana kerja adat Bali dan maupun busana casual yang dibawakan oleh para model, kemajuannya sudah sangat baik dibandingkan pelaksanaan PKB pada tahun-tahun sebelumnya.

“Para desainer sudah mengerti kriteria yang dimaksud sehingga pesannya tersampaikan, seperti terkait penggunaan kain tradisional endek 70 persen dan 30 persen sisanya merupakan kain pendukung yang berbahan kain tenun Bali juga,” ucapnya.

Demikian pula untuk desain busana kerja adat Bali, dia menilai para desainer sudah lebih kreatif dan inovatif untuk mengolah bahan tekstil tradisional endek.

“Yang terpenting muaranya sesuai payung hukum Pergub Bali Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali. Dengan adanya pergub itu, kita semakin kreatif untuk menjaga dan melestarikan kain-kain tradisional,” ujar akademisi ISI Denpasar itu.

Terkait lomba busana pengantin modifikasi, Anak Agung Anom Mayun Konta Tenaya menekankan para perias harus mengetahui dengan baik, mana yang menjadi pakem dari ujung kepala hingga kaki dan bagian mana bisa dimodifikasi.

“Untuk modifikasi sebenarnya hanya bisa 10 persen. Modifikasi untuk memperbaiki pakem dengan tanpa merusak struktur aslinya,” imbuhnya.

Pakem menyangkut tata rias, penggunaan aksesoris, penggunaan busana, teknik penggunaan busana. Yang terutama juga serinata, pusungan, dan semi. “Yang terpenting, para peserta bisa menampilkan sedetail mungkin sesuai dengan aslinya,” kata Anom Mayun yang juga dosen ISI Denpasar.

Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny Putri Koster mengharapkan busana masyarakat Bali yang digunakan pada tatanan adat, agar semaksimal mungkin menggunakan produk tenun perajin Bali. Sedangkan kain pabrikan dapat digunakan untuk rias modifikasi.

Dia berharap ke depan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dapat melaksanakan FGD bersama kabupaten/kota dan asosiasi pelaku tata rias untuk merumuskan terkait pelestarian dan pengembangan tata rias adat Bali. “Jangan sampai ketika mengembangkan hal yang harus kita lestarikan, kebablasan, terdegradasi, dan suatu saat menjadi hilang,” tutur Ny Putri Koster.

Dalam kesempatan itu, Ny Putri Koster memberikan masukan supaya penampilan busana adat dari kabupaten/kota dalam ajang PKB bisa ditampilkan dalam format parade, tidak lagi dalam bentuk lomba.

“Jadi, bagaimana ditampilkan dari masing-masing kabupaten, keagungan dan keanggunan busana adat pengantin, busana adat ngeraja sewala (beranjak dewasa), dan busana potong gigi,” ujar Ny Putri Koster. SD mis, *cr78

Komentar