nusabali

Galungan Bertepatan dengan Hari Pahlawan, Momentum Refleksikan Nilai Kepahlawanan untuk Menegakkan Dharma

  • www.nusabali.com-galungan-bertepatan-dengan-hari-pahlawan-momentum-refleksikan-nilai-kepahlawanan-untuk-menegakkan-dharma

DENPASAR, NusaBali.com – Hari Raya Galungan pada Budha Kliwon Dungulan, Rabu (10/11/2021), terasa istimewa karena bertepatan dengan hari Pahlawan.

“Karena momen ini langka, maka sebaiknya hari raya Galungan yang terlaksana besok, juga digunakan sebagai refleksi diri, mengamalkan nilai-nilai kepahlawanan untuk selalu menegakkan dharma (kebenaran),” ujar I Dewa Gede Darma Permana, Kabid Litbang PC Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI) Denpasar.

I Dewa Gede Darma Permana mengungkapkan bahwa berdasarkan Babad Raja-Raja Bali (Pulasari, 2010) diceritakan bahwa hari raya Galungan berawal dari adanya suatu konflik, yang sangat erat kaitannya dengan kisah Raja Mayadenawa. Dikisahkan Raja Mayadanawa dengan segala kesaktiannya, tumbuh menjadi raja yang arogan dan tidak segan untuk menyiksa, bahkan membunuh rakyat yang bertentangan dengannya.

Puncak dari keangkamurkaannya adalah ketika melarang seluruh rakyat Bali pada saat itu untuk melaksanakan upacara dan menyembah Tuhan, menghancurkan pura-pura yang ada, dan memaksa rakyat untuk menyembah dirinya layaknya seorang Dewa. Hal tersebut menjadikan rakyat Bali hidup dalam ketakutan dan kesengsaraan.

Melihat penderitaan rakyat Bali, seorang pendeta di Pura Agung Besakih bernama Mpu Sangkulputih menjadi iba. Dengan kekuatan mistiknya, Mpu Sangkulputih akhirnya melakukan tapa samadhi di Pura Agung Besakih untuk memohon petunjuk kepada para Dewata (Dewa-Dewa), agar berkenan memperbaiki kondisi di Bali pada saat itu. Dari hasil tapa Samadhi tersebut, Dewa Mahadewa akhirnya memberikan petunjuk kepada Mpu Sangkulputih agar berkenan meminta bantuan ke Jambu Dwipa, nama untuk India di masa itu.

Berkat usaha Mpu Sangkulputih, bantuan dari Dewa Indra beserta pasukan-Nya akhirnya tiba ke Bali untuk mengalahkan Mayadanawa. Terjadilah perang besar di antara keduanya, yang pada akhirnya berakhir dengan kematian Mayadanawa di tangan Dewa Indra. Kematian Mayadanawa tersebut menjadikan rakyat Bali bisa hidup damai kembali, termasuk merayakan hari suci yang selama ini dilarang.

Peristiwa tersebut kemudian diperingati oleh rakyat Bali sebagai hari suci Galungan, yaitu hari kemenangan dharma yang diwakili oleh Dewa Indra dan pasukan-Nya, melawan adharma (ketidakbenaran) yang diwakili oleh Mayadanawa. Dari sejak itu pula, hari suci Galungan beserta rangkaiannya menjadi hari suci wajib yang dirayakan oleh umat Hindu sampai ke generasi saat ini. “Berdasarkan kisah tersebut, jika dicermati terdapat nilai-nilai kepahlawanan di sana, seperti peran dari Mpu Sangkulputih, Dewa Indra dan para pasukannya menyelamatkan masyarakat Bali pada saat itu,” jelas I Dewa Gede Darma Permana.

Lebih lanjut I Dewa Gede Darma Permana menyatakan, bahwa perayaan hari raya Galungan beserta kisah di dalamnya yang bertepatan dengan hari Pahlawan tersebut jika dihubungkan dengan problematika masa kini, maka sebenarnya masih banyak ketidakbenaran yang bisa ditemui setiap orang dalam kehidupan. Bahkan tidak jarang, siapa pun bisa merubah dirinya sendiri menjadi sosok ‘Mayadanawa’ sewaktu-waktu tanpa mereka kehendaki dan sadari. Hal ini bisa tercermin dari beberapa perilaku menyimpang yang menjadi kebiasaan seperti, berbohong, berbuat curang, sering mengalpakan kewajiban, bersikap egois, dan tidak memiliki rasa empati kepada orang lain.

“Untuk itulah dari sana dapat disimpulkan bahwa, bertemunya hari suci Galungan dan peringatan Hari Pahlawan pada hari Rabu, 10 November 2021, bisa dimaknai oleh umat Hindu di Indonesia sebagai momentum untuk ber-mulat sarira (introspeksi diri), serta berjuang sekuat tenaga dalam mengembangkan sikap berani, dan sikap rela berkorban sebagai ciri dari nilai kepahlawanan,” tandasnya.

Perlu diketahui hari raya Galungan merupakan salah satu hari suci yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali maupun di Indonesia. Hari suci tersebut dirayakan setiap 210 hari kalender Bali, di mana selalu jatuh pada hari Rabu (Budha) Kliwon, wuku Dungulan menurut perhitungan wariga (penentuan hari baik-buruk menurut Hindu).

Hari Raya Galungan dilaksanakan dengan suka cita dan meriah oleh umat Hindu dengan bukti berjejernya penjor di setiap kanan-depan pintu rumah sebagai simbol rasa syukur kepada anugerah yang telah diberikan oleh Sang Pencipta. *rma

Komentar