nusabali

Abrasinuhun Distanakan Jadi Ida Batari Lepas

  • www.nusabali.com-abrasinuhun-distanakan-jadi-ida-batari-lepas

Karya Ligya Sari Ngalinggihang Ida Batari Lepas dilaksanakan di Pura Merajan Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada Radite Wage Uye, Minggu (20/11).

Semasa walaka (sebelum jadi sulinggih), Ida Pedanda Istri Mas bernama Ida Ayu Made Rai. Dia bersuamikan Ida Wayan Oka Karang. Sepasang suami istri ini maddiksa (jalani upacara penobatan sebagai sulinggih) oleh guru nabe Ida Pedanda Ketut Kerta (dari Griya Panji, Desa Bedakeling) pada Buda Wage Ukir, 6 April 1949. Setelah maddiksa, suami almarhum itu bergelar Ida Pedanda Gde Wayan Alit.

Ida Pedanda Istri Mas---yang dikaruniai 5 anak, 3 cucu, serta 7 cicit dari putra didarma dan cicit didarma---merupakan sosok wanita Bali yang tergolong sangat langka, karena punya harapan hidup sedemikian panjang dan diperkirakan bisa bertahan beberapa tahun lagi. Dia dibesarkan di lingkungan kehidupan tradisonal khas Bali, ‘nyastra’.

Namanya dikenal luas di kalangan pendeta, pamangku, tukang banten, hingga pucuk pimpinan daerah maupun para pangayah di setiap rangkaian yadnya terutama di Pura Sad Kahyangan, karena lebih dikenal sebagai wiku tapini. Ida Pedanda Istri Mas, antara lain, berperan penting saat dilaksanakannya dua kali Karya Agung Eka Dasa Rudra di Pura Agung Besakih tahun 1963 dan 1978, tiga kali Karya Agung Panca Bali Krama (1983, 1999, dan 2009), Karya Agung Tri Bhuana Besakih (1983), serta Karya Agung Eka Bhuana (1989).

Saat dipercaya sebagai wiku tapini pada Karya Eka Dasa Rudra di Pura besakih tahun 1963, yang berpuncak Sukra Pahing Julungwangi, Jumat (8 Maret 1963), Abrasinuhun mengalami peristiwa yang tak terlupakan sepanjang hidupnya. Pasalnya, saat itu terjadi letusan Gunung Agung, 17 Maret 1963, sehingga Abrasinuhun bersama peng-ayah lainnya berusaha menyelamatkan diri dari amuk lahar.

Sekitar 2 tahun sebelum lebar, Ida Pedanda Istri Mas sempat melaksanakan ritual Siwaratri bersama Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Pura Besakih, 14 Januari 2010. Saat melaksanakan Siwaratri hingga dinihari pukul 02.00 Wita, kondisi fisiknya mulai drop. Keesokan hirinya, 15 Januari 2010, Abrasihunuh terpeleset di halaman Griya Dauh, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling hingga tidak bisa berjalan. Sejak itulah almarhum terus terbaring lemah, hingga akhirnya lebar setelah selama 62 tahun menapaki jalan ke-wiku-an.

Gelar Abrasinuhun yang disandang Maha Wiku Tapini Ida Pedanda Istri Mas begitu melekat, karena putra diksa-nya telah menurunkan tiga generasi diksa (penyucian lahiriah-rohaniah), dari putra didarma, hingga cicit didarma.

Kelima putranya telah madiksa, masing-masing Ida Pedanda Gde Wayan Dharma (sulinggih dari Griya Jelantik, Desa Budakeling), Ida Pedanda Gde Jelantik Sogata (dari Griya Tegeh), Ida Pedanda Gde Wayan Dauh (dari Griya Tianyar), Ida Pedanda Made Banjar (dari Griya Culik), dan AA Rsi Budha Pinatih (Griya Negari).

Begitu juga tiga cucunya telah madiksa, yakni Ida Rsi Medana (Pasraman Batur Sari), Ida Pedanda Jelantik Lila Arsa (dari Griya Taman Sukawati), dan Ida Pedanda Gde Jelantik Karang (dari Griya Karang). Bahkan, tujuh cicit dari Abrasinuhun juga telah jadi sulinggih. * k16

Komentar