nusabali

Prosesi Ngaben di Laut, Tiap Pasametonan Dapat Giliran 5 Tahun Sekali

  • www.nusabali.com-prosesi-ngaben-di-laut-tiap-pasametonan-dapat-giliran-5-tahun-sekali

Ngaben massal pada Jumat (12/8), digelar oleh Pasametonan Ida Dukuh Segening, mengupacarai 69 sawa. Tahun lalu giliran krama Pasametonan Tutuan Banjar Majuh Kauh di Banjar Kangin, Desa Pakraman Batumulapan.

Untuk petulangan warga Pasametonan Tutuan menggunakan Petulangan Bawi Srenggi (celeng liar hitam). Petulangan itu berikut bade diarak ke tengah laut, sebelum dilakukan pembakaran di Setra Batumulapan.

Tak hanya warga sekitar, prosesi mengarak bade dan petulangan masuk laut, juga menarik perhatian wisatawan. “Karena kan memang jarang bawa bade ke tengah laut,” ujar Dewa Sentana, salah seorang warga setempat.

Mengutip penuturan tetua, Dewa Sentana menyatakan, rata-rata warga yang tinggal di pesisir memiliki tradisi mengarak bade maupun petulangan ke tengah laut dalam pelaksanaan upacara ngaben massal. Tetapi sejauh ini belum jelas sumber sastra atau rujukannya, mengapa ada tradisi menggarak bade ke tengah laut.

Diyakini tradisi tersebut karena letak atau lokasi setra berada di dekat pantai. Demikian, juga dari penuturan para panglingsir, tidak menyebutkan ada lontar yang menjadi sumber  tradisi menggotong bade ke tengah laut.

Menurut Dewa Sentana, hampir semua warga di pesisir sejatinya punya ‘tradisi’ mengarak bade ke tengah laut. Namun karena abrasi keras, tradisi mengarak bade ke tengah laut semakin jarang dilakukan. Hanya ada di beberapa banjar atau desa pakraman yang masih bisa ditemukan. Selain di Batumulapan, adalah Banjar Kutapang, Desa Kutampi dan Banjar Semaya, Desa Suana, Kecamatan Nusa Penida.

Hal senada disampaikan I Made Kasta, salah seorang tokoh warga di Batumulapan. Menurut Kasta, tidak ada sumber sastra yang menjadi acuan tradisisi membawa bade maupun petulangan ke tengah laut. Tradisi tersebut merupakan laku karena faktor geografis. “Kebetulan setra atau kuburan berada di dekat pesisir,” ujarnya.  

Dia mencontohkan, Setra Desa Pakraman Batumulapan hanya berjarak tak lebih dari 500 meter dari bibir pantai. “Karena itulah, ada istilah newakang ke pasih. Newakang ke pasih, maksudnya menggotong bade ke tengah laut,” jelas Kasta, yang juga urati masalah sastra. * w

Komentar