nusabali

Banjar Sila Darsana Gelar Ngaben Murah

  • www.nusabali.com-banjar-sila-darsana-gelar-ngaben-murah

Punya sawa atau tidak, krama tetap kena paturunan Rp 5.000 per bulan.

AMLAPURA, NusaBali

Krama Banjar Adat Paruman Sila Darsana, Desa/Kecamatan Selat, Karangasem menggelar ngaben massal dengan biaya teririt di Karangasem. Biaya per sawa hanya Rp 178.000. Ngaben massal yang digelar setiap 5 tahun sekali ini mengupacarai 34 sawa. Krama banjar menggelar ngaben massal atau ngerit sejak tahun 1958. Pengabenan digelar setra Desa Adat Selat, Banjar Babakan, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karangasem, Redite Pon Julungwangi, Minggu (7/7).

Kelian Banjar Adat Paruman Sila Darsana, I Nyoman Gede Subrata mengatakan sebanyak 250 KK sama sekali tidak merasakan keluar biaya di setiap ngaben. Sebab setiap bulan mereka bayar iuran wajib (paturunan) Rp 5.000/KK. Selama lima tahun terkumpul dana yang cukup untuk biaya ngaben. Setelah dirinci per KK keluar biaya Rp 178.000 yang merupakan akumulasi paturunan setiap bulan. Ketentuan di banjar adat, punya sawa atau tidak, tetap kena paturunan.

Atas dasar itulah selalu mampu menggelar ngaben secara kontinyu sejak tahun 1958, setiap lima tahun sekali. Upacara ngeroras dilaksanakan setelah tiga kali upacara ngaben. Terakhir ngeroras pada tahun 2010. Selain biaya murah, setiap krama dari Banjar Paruman Sila Darsana wajib membantu pengerjaan dan mengeluarkan bahan-bahan upakara, seperti pisang, telur, janur, daun aren, kelapa, dan bahan lainnya. “Bisa jadi ini merupakan biaya ngaben termurah yang kami laksanakan” jelas Gede Subrata. Upacara ngaben dipuput Ida Pedanda Gede Oka Pinatih dari Geria Taman Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem.

Di tempat yang sama, krama Banjar Adat Sila Sesana, Banjar Dinas Abintiing, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, juga menggelar ngaben massal. Kelian Banjar Adat Sila Sesana, I Nengah Puspa, menerangkan ngaben missal digelar setiap lima tahun sekali. Mengupacarai 32 sawa dari tujuh dadia. Biaya per sawa diperkirakan Rp 15 juta. Selain ngaben langsung ngeroras pada Sukra Kliwon Sungsang, Jumat (19/7), berlanjut ngalinggihang.

Krama yang terlibat ngaben juga dikenakan bahan janur, daun aren, bambu, pisang, telur, beras, kelapa, dan lainnya. Upacara dipuput tiga sulinggih yakni Ida Pedanda Gede Oka Pinatih dari Geria Taman Ulon, Banjar/Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Ida Pedanda Made Putra Lusuh dari Geria Suci, Banjar Lusuh Kangin, Desa Peringsari, Kecamatan Selat, dan Ida Pandita Sri Mpu Dukuh Jayati dari Geria Badeg Dukuh, Desa Sebudi, Kecamatan Selat.

Ida Pedanda Gede Oka Pinatih mengatakan, ngaben bertujuan mengembalikan unsur sthulasarira atau wujud fisik ke Panca Maha Bhuta. Sedangkan jiwatman yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi dikembalikan ke Hyang Widhi, terlebih dahulu melalui proses penyucian roh. “Ngaben menyucikan roh tahap pertama, nanti mesti dilanjutkan penyucian roh tahap kedua yang disebut ngeroras atau mamukur. Setelah itu barulah ngalinggihang agar kembali bersatu dengan Sang Maha Pencipta,” jelas Ida Pedanda Gede Oka Pinatih. *k16

Komentar