nusabali

Sekeluarga Tewas Minum Cetik

  • www.nusabali.com-sekeluarga-tewas-minum-cetik

Diduga depresi, pasutri Kadek Artaya dam Kadek Suciani ajak kedua anaknya tenggak cetik Diazinon dicampur Sprite

“Saya cium bau gas, saya kira gas elpiji di dapur bocor. Tapi, setelah dicek ke dapur, tidak ada apa-apa,” cerita Suardana saat ditemui NusaBali di rumah duka di Banjar Kaja Kangin, Desa Bondalem---yang merupakan rumah tua keluarga besarnya---, Kamis kemarin.

“Lalu, saya cek ke kamar anak saya, ternyata mereka sudah tidak ada di dalam ka-marnya. Maka, saya cek di kamar satunya lagi yang biasanya kosong, namun terkunci dari dalam,” lanjut pria berusia 57 tahun ini.

Karena pintu kamar yang biasanya kosong tersebut terkunci dari dalam, Suardana pun mendobraknya. Begitu pintu kamar berhasil didobrak seorang diri, Suardana terkejut melihat anak lelaki satu-satunya, Kadek Artaya, bersama menantu dan kedua cucunya sudah tergeletak di atas kasur, dalam kondisi sudah lemas dan mulut mengeluarkan busa.

“Saya sempat goyang-goyangkan badan anak saya (Kadek Artaya, tapi tak ada res-pons. Begitu pula menantu (Kadek Suciani) dan kedua coco saya, semuanya pingsan,” kenang Suardana.

Dalam kondisi panik, Suardana langsung lari cari klungah (buah kelapa sangat muda) di pekarangan rumahnya untuk diminumkan kepada para korban. Namun, ketika hendak diminumkan, air klungah tidak bisa masuk ke mulut pasutri Kadek Artaya-Kadek Suciani serta kedua anaknya, Putu Wahyu Adi Saputra dan Ni Kadek Dwi Cahyani Putri.

Suardana yang panik menghadapi situasi tersebut seorang diri, kemudian minta tolong kepada tetangga di sekitar rumahnya, yakni I Kadek Joni, 35, dan Ni Nyoman Nyempen, 31. Tetangganya itu meminjamkan mobil Pick Up untuk membawa keempat korban ke salah satu bidan di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Ni Kadek Dewi. Namun, saat itu keempat korban sekeluarga dinyatakan sudah meninggal dunia akibat keracunan.

Jenazah keempat korban lalu dibawa ke rumah duka keluarga besar Suardana di Banjar Kaja Kangin, Desa Bondalem. Sesampainya di rumah duka, tangis histeris keluarga dan krama sekitar pun pecah. Seluruh krama sedesa berduka menyaksikan tragisnya kematian satu keluarga ini.

Sementara, laporan peristiwa maut satu keluarga tewas tenggak cetik ini sampai ke Polsek Tejakula. Polisi pun langsung terjun ke lokasi untuk melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi-saksi. polisi membonceng dokter Puskesmas Tejakula II, dr Komang Ari Wirama, ke rumah duka untuk memeriksa kondisi jenazah para korban.

Dati hasil pemeriksaan, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh para korban. Kematian satu keluarga ini disimpulkan terjadi akibat cetik Diazinon, racun pembasmi hama padi yang diminum korban dengan dicampur Sprite. Kapolsek Tejakula, AKP I Putu Mangku Yasa, menegaskan tragedi satu keluarga ini murni korban bunuh diri.

Polisi juga mengamankan sebotol Diazinon ukuran 500 ml yang masih berisi setengah, serta dua botol Sprite, dan sebuah gelar di TKP kamar bunuh diri di Banjar Jero Kuta, desa Bondalem. Salah satu botol Sprite sudah habis diminum. “Dugaan sementara, peristiwa bunuh diri satu keluarga ini karena depresi, lantaran korban tidak kuat menanggung penyakit yang dideritanya,” ujar kapolsek Putu Mangku Yasa.

Sementara, pasuri Made Suardana dan Ketut Suartika, kedua oarngtua korban Kadek Artaya yang tinggal serumah, mengaku tidak tahu pasti apa alasan anak dan menantu beserta kedua cucunya yang masih kecil memilih akhiri hidup dengan jalan tragis. Yang mereka tahu, selama ini korban Kadek Artaya sering mengeluhkan sakit batuk yang diderita sang istri Kadek Suciani dan anak sulungnya, Putu Wahyu Adi Saputra, yang tidak kunjung sembuh.

Karena penyakit menahun itu, korban Kadek Suciani dan Putu Wahyu tubuhnya kurus kering. Menurut sang ayah, Made Suardana, korban Kadek Artaya yang kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan, diduga mengalami depresi akan cobaan hidup yang menimpa keluarganya. Belum lagi, anak dan istrinya berulangkali masuk RSUD Buleleng di Singaraja akibat sakit batuk itu.

“Kalau maslaah pribadi dengan keluarga, tidak ada. Anak saya juga tidak punya utang, meski keadaan susah, kami makan biasa bersama-sama,” cerita Suardana. Menurut Suardana, sehari sebelum tewas bunuh diri bersama istri dan kedua anaknya, Kadek Artaya sempat berpamitan kepada dirinya, Rabu (22/2) siang. Kala itu, siang sekitar pukul 13.00 Wita, almarhum bilang mau pergi ke kota untuk mengantarkan barang pesanan milik bosnya.

Saat pamitan, Kadek Artaya juga berjanji sepulang dari kota, akan langsung pergi ke kebun untuk memberi pakan ternak sapinya. Benar saja, dia mengajak istri dan anaknya ke kebun dan baru pulang Rabu petang pukul 18.00 Wita. Setibanya di rumah, suasana berlangsung normal seperti biasa. Mereka sempat makan malam bersama Suardana.

Malam pun semakin larut. Usai menemani cucu bungsunya menonton kartun Marsha, Suardana dan istrinya, Suartika, pergi ke kamar untuk tidur. Begitu juga dengan anak, menantu, dan kedua cucunya langsung tidur. Ternyata, keesokan harinya, mereka ditemukan tewas bunuh diri setelah berpindah kamar dari tempat tidurnya.

Sementara itu, hingga Kamis siang jenazah empat orang sekeluarga ini masih dise-mayamkan di rumah duka. Kemudian, jenazah mereka dikuburkan di Setra Desa Pa-kraman Bondalem, Kecamatan Tejakula pada Wraspati Wage Tolu, Kamis sore. * k23

Komentar