Peringati Hari Ibu dan Nataru, Digelar Lomba Panahan Tradisional
DENPASAR, NusaBali
Serangkaian menyambut Hari Ibu, Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2021, berlangsung lomba panah tradisional yang diselenggarakan oleh Jepun Bali Traditional Archery Club, Minggu (20/12).
Lomba yang diselenggarakan di Istana Taman Jepun, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar Timur ini diikuti oleh 50 peserta. Tercatat, para peserta ini berasal dari berbagai klub panahan yang tersebar di berbagai daerah, seperti dari Tabanan, Badung dan Klungkung.
Lomba ini berlangsung dalam 15 rambahan (babak) dan diikuti oleh berbagai kategori umur, mulai dari anak-anak putra dan anak-anak putri, remaja putra dan remaja putri, dan dewasa putra dan dewasa putri. Selain itu, ada juga kategori family di mana poin diakumulasi dari perolehan antara orang tua dan anak. Ini sesuai dengan konsep kekeluargaan yang diusung oleh Jepun Bali.
“Kita konsep mengambil sistem family niki kan kita saling asah saling asuh di sini, tidak individual. Dalam artian, apapun yang ada di sini berkat inisiatif para orangtua,” ujar Anak Agung Anom Giri, Pelatih di Jepun Bali Traditional Archery sekaligus Penyelenggara dari lomba ini. Konsep kekeluargaan ini juga dilakukan mengingat besarnya peran orangtua dalam menemani anak-anak yang berlatih, bahkan hingga saat berlomba ke luar daerah. Karena itulah, keanggotaan anak-anak dalam klub Jepun Bali juga disertai dengan keanggotaan orang tuanya.
Lomba yang berlangsung sejak pukul 9.00 Wita ini, terdiri dari 15 rambahan, di mana dalam satu rambahan para peserta diberi kesempatan untuk menembakkan 4 anak panah. Setiap satu peserta selesai menembakkan keempat anak panahnya, maka akan langsung dgantikan dengan pemain lainnya. Dengan demikian, satu rambahan berlangsung relatif cepat, yakni dalam durasi lima menit.
Target yang dipanah, berupa sebuah bandulan yang diikat. Tiga warna pada bandulan ini melambangkan masing-masing skor yang didapat jika berhasil dipanah. Merah dengan poin tiga, kuning dengan poin dua, dan putih dengan poin satu. “Sedikit unik tiyang lihat, dan tingkat kesulitannya cukup tinggi. Dalam artian, daripada nganggen face target nika, kalau sudah masuk saja sudah nilai. Kalau niki, belum tentu juga,” lanjutnya.
Selain itu, bandulan ini juga dihubungkan dengan sebuah lonceng kecil, sehingga begitu bandulan berhasil dipanah, akan terdengar suara gemerincing yang menambah ceria suasana.
Tak hanya mendapatkan poin, setiap peserta yang berhasil memanah bandulan ini juga akan mendapatkan bebungahan atau hadiah kecil, seperti jajanan atau lainnya. Hal ini dilakukan untuk memotivasi para peserta.
Sementara itu, lomba ini juga mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak yang hadir, antara lain Gede Made Sukrawan dari Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional (KPOTI) Bali yang saat ini merupakan pemandu olahraga tradisional yang ada di Bali. Menurutnya, ini merupakan ajang untuk menggali bakat dan prestasi anak-anak dan remaja untuk di tingkat nasional.
“Kami dari KPOTI Bali sangat mengapresiasi dengan adanya lomba seperti ini. Bisanya dari cabor panahan tradisional ini sering mereka melakukan lomba-lomba seperti ini baik di tingkat SD, maupun di tingkat remaja, dari pasangan kelompok family,” ujarnya. Hadir pula Wakil Ketua I FORMI ( Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Bali, Ni Made Gemuh Ayu Rasa Astiti. “Kami sangat menyambut baik lomba ini, karena ini merupakan salah satu cabang olahraga di bawah FORMI,” imbuhnya. *cr74
Lomba ini berlangsung dalam 15 rambahan (babak) dan diikuti oleh berbagai kategori umur, mulai dari anak-anak putra dan anak-anak putri, remaja putra dan remaja putri, dan dewasa putra dan dewasa putri. Selain itu, ada juga kategori family di mana poin diakumulasi dari perolehan antara orang tua dan anak. Ini sesuai dengan konsep kekeluargaan yang diusung oleh Jepun Bali.
“Kita konsep mengambil sistem family niki kan kita saling asah saling asuh di sini, tidak individual. Dalam artian, apapun yang ada di sini berkat inisiatif para orangtua,” ujar Anak Agung Anom Giri, Pelatih di Jepun Bali Traditional Archery sekaligus Penyelenggara dari lomba ini. Konsep kekeluargaan ini juga dilakukan mengingat besarnya peran orangtua dalam menemani anak-anak yang berlatih, bahkan hingga saat berlomba ke luar daerah. Karena itulah, keanggotaan anak-anak dalam klub Jepun Bali juga disertai dengan keanggotaan orang tuanya.
Lomba yang berlangsung sejak pukul 9.00 Wita ini, terdiri dari 15 rambahan, di mana dalam satu rambahan para peserta diberi kesempatan untuk menembakkan 4 anak panah. Setiap satu peserta selesai menembakkan keempat anak panahnya, maka akan langsung dgantikan dengan pemain lainnya. Dengan demikian, satu rambahan berlangsung relatif cepat, yakni dalam durasi lima menit.
Target yang dipanah, berupa sebuah bandulan yang diikat. Tiga warna pada bandulan ini melambangkan masing-masing skor yang didapat jika berhasil dipanah. Merah dengan poin tiga, kuning dengan poin dua, dan putih dengan poin satu. “Sedikit unik tiyang lihat, dan tingkat kesulitannya cukup tinggi. Dalam artian, daripada nganggen face target nika, kalau sudah masuk saja sudah nilai. Kalau niki, belum tentu juga,” lanjutnya.
Selain itu, bandulan ini juga dihubungkan dengan sebuah lonceng kecil, sehingga begitu bandulan berhasil dipanah, akan terdengar suara gemerincing yang menambah ceria suasana.
Tak hanya mendapatkan poin, setiap peserta yang berhasil memanah bandulan ini juga akan mendapatkan bebungahan atau hadiah kecil, seperti jajanan atau lainnya. Hal ini dilakukan untuk memotivasi para peserta.
Sementara itu, lomba ini juga mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak yang hadir, antara lain Gede Made Sukrawan dari Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional (KPOTI) Bali yang saat ini merupakan pemandu olahraga tradisional yang ada di Bali. Menurutnya, ini merupakan ajang untuk menggali bakat dan prestasi anak-anak dan remaja untuk di tingkat nasional.
“Kami dari KPOTI Bali sangat mengapresiasi dengan adanya lomba seperti ini. Bisanya dari cabor panahan tradisional ini sering mereka melakukan lomba-lomba seperti ini baik di tingkat SD, maupun di tingkat remaja, dari pasangan kelompok family,” ujarnya. Hadir pula Wakil Ketua I FORMI ( Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia) Bali, Ni Made Gemuh Ayu Rasa Astiti. “Kami sangat menyambut baik lomba ini, karena ini merupakan salah satu cabang olahraga di bawah FORMI,” imbuhnya. *cr74
1
Komentar