Satpam Diperintah Larang Menteri Masuk Rumah Margriet
Inilah kesaksian Dewa Ketut Raka, mantan satpam di rumah Margriet Ch Megawe, 60, terdakwa kasus pembunuhan bocah Engeline, 8, dalam sidang di PN Denpasar, Selasa (17/11).
Menurut Ruta, dirinya kembali menyanyai Engeline, soal siapa yang mengantarnya ke sekolah. “Tapi, itu tidak dijawab. Saya tanya naik sepeda, juga tidak dijawab. Ketika ditanya apa ke sekolah jalan kaki, dijawab dengan anggukan kepala oleh Engeline,” bebernya.
Saat bertemu Engeline, Ruta melihat kondisi bocah Kelas III SDN 12 Sanur ini sangat kotor. Bajunya acak-acakan, rambut seperti tidak disisir, dan badannya juga kurus. Ruta pun sempat terlintas dalam benaknya untuk mengasuh Engeline. Selain itu, Ruta juga mengaku mendapat laporan dari guru wali kelas Engeline, Putu Sri Wijayanti, bahwa anak itu sering terlambat dan bahkan kerap tidur di kelas.
Sementara, saksi Putu Sri Wijayanti membenarkan keterangan Kasek Ketut Ruta. Sri Wijayanti mengaku sempat malaporkan masalah Engeline kepada Kasek Ketut Ruta sebagai atasannya. Sri Wijayanti juga sempat mengutarakan niatnya kepada Margriet untuk mengajak Engeline tinggal bersamanya.
“Saya bilang ke Ibu Margriet, bagaimana kalau Engeline tinggal dengan saya saja? Kasian ke sekolah sering terlambat,” beber Sri Wijayanti. “Engeline juga pernah saya tanya tinggal di mana? Dia ngaku tinggal di Canggu (Kecamatan Kuta Utara, Badung). Makanya, saya punya niat untuk mengajak Engeline tinggal dengan saya. Kebetulan, saya tidak punya anak perempuan.”
Ketika ditanya hakim bagaimana reaksi Margriet saat Engeline minta diasuhnya, saksi Sri Wijayanti mengaku lupa. “Saya lupa apa jawabnya yang pasti. Yang saya ingat, Ibu Margriet bilang di rumahnya, Engeline ada kerjaan yaitu kasi makan ayam, kucing, dan anjing,” beber Sri Wijayanti sembari menyebut terdakwa Margriet itu kesannya sosok yang judes, galak, dan sombong.
Saksi Sri Wijayanti juga mengaku pernah memandikan bocah Engeline, karena ingin anak itu masuk sekolah dengan kondisi sama dengan murid lainnya: bersih dan rapi. “Rambutnya acak-acakan dan baunya tidak enak. Karena alasan itu, saya mandikan dia.”
Nah, saat memandikan Engeline, Sri Wijayanti sempat menawarkan bocah malang ini untuk tinggal bersamanya. “Saya bilang Engeline mau nggak tinggal sama ibu? Dia menjawab dengan anggukan kepala,” katanya.
Saat sedang memandikan Engeline di sekolah, kata Sri Wijayanti, guru lainnya mengatakan bahwa Margriet datang untuk mengambil anak angkatnya dan mengajak jalan-jalan. “Saat itulah saya pertama kali bertemu dengan Margriet. Saya langsung minta maaf karena sudah memandikan Engeline. Margriet menjawab terimakasih sudah perhatian sama Engeline,” beber Sri Wijayanti.
1
2
Komentar