Muncul Pawuwus Agar Dibangun Beji Panglukatan Sapta Gangga
Tujuh mata air suci untuk Beji Panglukatan Sapta Gangga di wewidangan Pura Luhur Tamba Waras masing-masing Mata Air Sanjiwani, Mata Air Kamandalu, Mata Air Kundalini, Mata Air Pawitra, Mata Air Maha Pawitra, Mata Air Pasupati, dan Mata Air Pangurip.
Pura Luhur Tamba Waras, Desa Pakraman Sangketan, Tabanan yang Dikenal sebagai Apotik Niskala
TABANAN, NusaBali
Pura Luhur Tamba Waras di Desa Pakraman Sangketan, Kecamatan Penebel, Tabanan terkenal sebagai ‘Apotik Niskala’. Sesuai namanya, pura yang masuk Catur Angga Pura Luhur Batukaru ini memang berfungsi untuk pengobatan (tamba = obat). Selama ini, tamba bagi umat yang pedek tangkil ke Pura Luhur Tamba Waras berupa minyak. Baru-baru ini, muncul lagi pawuwus Ida Batara yang ingin mapaica tamba dalam bentuk air.
Pawuwus Ida Batara ini muncul setahun lalu, tepatnya 5 Maret 2015, menjelang pujawali di Pura Luhur Tamba Waras yang jatuh pada Buda Umanis Prangbakat. Karena adanya pawuwus Ida Batara tersebut, krama pangempon Pura Luhur Tamba Waras kemudian membuat ritual khusus nyanjan, yakni nedunang (menghadirkan) Ida Batara untuk bicara melalui raga Jero Dasaran.
“Saat prosesi ritual nyanjan itu, Jero Dasaran kerauhan (kesurupan) sambil berjalan ke arah selatan dari jaba Pra Luhur Tamba Waras untuk nyukat genah (menentukan tempat),” ungkap Ketua Panitia Karya Pura Luhur Tamba Waras, Nyoman Widana, kepada NusaBali, Jumat (13/5).
Menurut Nyoman Widana, mulanya panitia hendak membangun Beji Panglukatan Sapta Gangga di sebelah barat wantilan pura. Namun, setelah menggelar ritual nyanjan, krama pangempon plong untuk membangun Beji Panglukatan Sapta Gangga di lokasi yang ditunjuk langsung Ida Batara Sesuhunan. Lokasi tersebut berada di bawah Palinggih Pasraman Sari, yang posisinya di sebelah selatan wantilan.
Sebelum memulai pembangunan Beji Panglukatan Sapta Gangga dari tujuh sumber mata air, prajuru mengawali nunas tirta di Pura Ulun Danu Batur, Kintamani, Bangli. “Sesuai pawuwus, kami nunas pakuluh ke Pura Luhur Ulun Danu Batur,” kenang Widana yang pensiunan PNS Pemkab Tabanan.
Selanjutnya, krama pangempon Pura Luhur Tamba Waras yang berjumlah sekitar 350 kepala keluarga (KK) dari 5 desa pakraman, yakni Desa Pakraman Sangketan, Desa Pakraman Bongli, Desa Pakraman Puring, Desa Pakraman Munduk Dawa, dan Desa Pakraman Bun mengawali pembangunan Beji Panglukatan Sapta Gangga. Beji ini juga dilengkapi tetamanan berupa rumput mutiara dan tanaman hias jenis andong.
Sementara tujuh mata air untuk Beji Panglukatan Sapta Gangga berjejer dari arah timur ke barat, masing-masing Mata Air Sanjiwani, Mata Air Kamandalu, Mata Air Kundalini, Mata Air Pawitra, Mata Air Maha Pawitra, Mata Air Pasupati, dan Mata Air Pangurip. “Beji Panglukatan Sapta Gangga baru kami upacarai pamelaspas pada Redite Pon Prangbakat, 8 Mei 2016 lalu,” jelas mantan PNS dengan tugas terakhir di Inspektorat Tabanan ini.
Saat ini, pancuran suci untuk tujuh mata air di Beji Pangkukatan Sapta Gangga belum mengeluarkan air. Namun, secara niskala sesuai pawuwus Ida Batara, selain nunas tirta ke pusat mata air di Pura Ulun Danu Batur, juga ada perintah agar menggali sumber mata air di lokasi Beji Panglukatan Sapta Gangga.
Menurut Widana, krama pangempon Puru Luhur Tamba Waras akan menyiasatinya dengan membangun sumur bor. Nah, air dari sumur bor itulah yang nantinya akan dialirkan menuju pancuran suci di Beji Panglukatan Saota Gangga. Setelah nanti tersedia air, maka umat sedharma yang pedek tangkil sudah bisa melakukan panglukatan di 7 pancuran Sapta Gangga ini. “Selain tamba berupa minyak, Ida Sesuhunan arsa (ingin) menyembuhkan umat dengan air melalui ritual panglukatan di Beji Sapta Gangga,” imbuh Widana.
Pura Luhur Tamba Waras sendiri merupakan Pura Kahyangan Jagat yang sudah ada sejak abad ke-12. Pura yang dikenal sebagai ‘Apotik Niskala’ ini berlokasi di lereng selatan Gunung Batukaru, berada di ketinggian sekitar 725 meter di atas permukaan laut.
Karya pujawali di Pura Luhur Tamba Waras dilaksanakan 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) pada Buda Umanis Prangbakat. Untuk pujawali kali ini, puncaknya telah dilaksanakan bada Buda Umanis Prangbakat, Rabu (11/5) lalu. Saat ini, Ida Batara masih nyejer (biasanya nyejer dilakukan selama tiga hari).
Menurut Nyoman Widana, panitia telah menyebar informasi soal letak geografis Pura Luhur Tamba Waras ini ke semua Kantor Bupati dan Walikota se-Bali. “Pura Luhur Tamba Waras ini merupakan Pura Kahyangan Jagat yang disungsung krama dari sajebag Bali. Namun, banyak yang tidak tahu lokasi pura di mana?” terang Widana.
Nah, dengan penyebaran brosur lokasi pura, diharapkan umat sedharma yang ingin tangkil sembahyang ke Pura Luhur Tamba Waras ada petunjuk arah. Widana sangat yakin sebetulnya banyak umat yang ingin tangkil, tapi mengurungkan niat karena tak tahu lokasi Pura Luhur Tamba Waras.
Diceritakan, sebelumnya pernah ada umat dari Jembrana yang telah lama menderita sakit. Dari sekian kali melalukan ritual nunas bawos (minta petunjuk secara niskala) kepada Jero Balian, yang bersangkutan dapat petunjuk agar sembahyang dan minta obat ke Pura Luhur Tamba Waras.
“Umat dari Jembrana itu tak tahu di mana Pura Luhur Tamba Waras, hingga akhirnya meninggal dunia sebelum niatnya sembahyang ke pura ini kesampaian,” cerita Widana. Berdasarkan pengalaman umat dari Jembrana itulah, panitia kemudian menyebar infirmasi soal sejarah singkat dan lokasi Pura Luhur Tamba Waras, melalui brosur yang dititip di semua Kantor Bupati dan Walikota se-Bali. 7 k21
Komentar