Sehari Sebelum Jatuh, Lion Air Sempat 12 Jam Parkir di Ngurah Rai
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih terus menyelidiki kondisi pesawat Lion Air JT 610 yang jatuh di perairan Karawang, Jawa barat, Senin (29/10) pagi.
JAKARTA, NusaBali
Ada pola penerbangan yang tak biasa dari pesawat naas ini. Sehari sebelum jatuh, pesawat tersebut sempat parkir’ selama 12 jam di Bandara Internasional Ngurah Ra Tuban, Kecamatan Kuta, Badung.
Data penerbangan di mana pesaeay Lion Air JT 610 sempat parkir selama 12 jam ini bisa diakses lewat situs FlightRadar24, sebuah situs pelacakan penerbangan global yang menyediakan informasi penerbangan secara real-time. Data yang ditampilkan bukanlah data resmi dari otoritas yang berwenang.
Berdasarkan situs FlightRadar24, pesawat Lion Air PK-LQP hanya melayani dua rute penerbangan sehari sebelum musibah, Minggu (28/10), yakni rute Manado-Denpasar (Bandara Internasional Ngurah Rai) dan Denpasar-Jakarta (Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng). Paginya, pesawat Lion Air JT 610 dijadwalkan terbang dari Manado pada pukul 06.40 Wita, tapi delay 1 jam 11 menit. Pesawat akhirnya lepas landas pukul 07.51 Wita dan mendarat di Bandara Ngurah Rai pukul 10.00 Wita.
Setelah berada di Bandara Ngurah Rai sejak pagi, pesawat Lion Air ini tidak melayani penerbangan hingga malam hari. Seharusnya, pesawat ini terbang dari Bandara Ngurah Rai ke Jakarta, Minggu malam pukul 19.30 Wita, tapi pener-bangan delay. Pesawat baru terbang take off pukul 22.21 Wita atau delay selama hampir 3 jam. Jika dihitung dari waktu mendarat di Bandara Ngurah Rai, berarti pesawat ini sempat parkir selama 12 jam 21 menit.
Sebagaimana dilansir detikcom, Jumat (2/11), frekuensi penerbangan pesawat Lion Air JT 610 yang minim sehari sebelum musibah, sungguh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pada Sabtu (27/10), misalnya, pesawat naas ini masih melayani 5 rute penerbangan. Sedangkan sehari sebelumnya, Jumat (26/10), pesawat ini melayani 3 rute penerbangan.
Hingga Jumat kemarin, belum ada penjelasan detail dari pihak berwenang terkait pesawat Lion Air JT 610 sempat parkir 12 jam sehari sebelum musibah. Namun sebelumnya, pihak Lion Air sudah mengakui sempat ada permasalahan sebelum pesawat terbang dari Bandara Ngurah Rai ke Jakarta, Mnggu malam. Tapi, masalah itu disebut sudah diatasi dan pesawat dinyatakan laik terbang.
Pilot pesawat disebut-sebut sempat membuat sinyal urgen 'pan-pan', Minggu malam. Kepala Otoritas Bandara Bali-Nusa Tenggara, Herson, mengatakan usai sinyal itu dibuat, sang pilot memperbarui informasi bahwa pesawat sudah terbang dengan normal. Pilot itu menyatakan dia tidak perlu kembali ke bandara, seperti yang dia minta sebelumnya. "Captain (pilot) sendiri yang cukup percaya diri untuk terbang ke Jakarta dari Denpasar," ungkap Herson kepada Reuters.
Seorang pilot pesawat lain yang mendekat ke Denpasar setelah Lion Air JT 610 lepas landas dari Bandara Ngurah Rai, juga memberi kesaksian. Pilot itu mengaku diminta untuk berputar-putar di atas bandara dan mendengarkan percakapan radio antara pilot Lion Air dan petugas ATC.
"Karena ada sinyal 'pan-pan', kami diminta untuk menunda (pendaratan), mengitari bandara di udara," kata pilot yang meminta namanya tidak disebutkan tersebut. "Pesawat Lion Air tersebut meminta kembali ke Bali 5 menit setelah lepas landas, tapi kemudian pilot itu mengatakan masalah sudah teratasi dan dia tetap terbang ke Jakarta," imbuhnya.
Sinyal 'pan-pan' itu sendiri biasa digunakan saat pilot menghadapi keadaan urgen atau mendesak. 'Pan-pan' disarankan disebut 3 kali. 'Pan-pan' merupakan jenis pemberitahuan mengenai kondisi darurat yang tingkat urgensinya tepat satu level di bawah 'mayday' (bahaya).
Sementara itu, KNKT telah memeriksa pilot pesawayt Lion Air JT 043 Denpasar-Jakarta yang menerbangkan pesawat Lion Air JT 610 sehari sebelum kecelakaan. "Tim KNKT telah melakukan interview kepada crew (flight crew dan cabin crew) pesawat Lion Air JT 043 rute Denpasar-Jakarta yang terbang sehari sebelum kejadian," ungkap Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat kemarin. Namun, KNKT belum mengungkap apa hasil wawancara dengan pilot dan awak kabin Lion Air JT 043 tersebut. KNKT masih terus melakukan investigasi. *
Data penerbangan di mana pesaeay Lion Air JT 610 sempat parkir selama 12 jam ini bisa diakses lewat situs FlightRadar24, sebuah situs pelacakan penerbangan global yang menyediakan informasi penerbangan secara real-time. Data yang ditampilkan bukanlah data resmi dari otoritas yang berwenang.
Berdasarkan situs FlightRadar24, pesawat Lion Air PK-LQP hanya melayani dua rute penerbangan sehari sebelum musibah, Minggu (28/10), yakni rute Manado-Denpasar (Bandara Internasional Ngurah Rai) dan Denpasar-Jakarta (Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng). Paginya, pesawat Lion Air JT 610 dijadwalkan terbang dari Manado pada pukul 06.40 Wita, tapi delay 1 jam 11 menit. Pesawat akhirnya lepas landas pukul 07.51 Wita dan mendarat di Bandara Ngurah Rai pukul 10.00 Wita.
Setelah berada di Bandara Ngurah Rai sejak pagi, pesawat Lion Air ini tidak melayani penerbangan hingga malam hari. Seharusnya, pesawat ini terbang dari Bandara Ngurah Rai ke Jakarta, Minggu malam pukul 19.30 Wita, tapi pener-bangan delay. Pesawat baru terbang take off pukul 22.21 Wita atau delay selama hampir 3 jam. Jika dihitung dari waktu mendarat di Bandara Ngurah Rai, berarti pesawat ini sempat parkir selama 12 jam 21 menit.
Sebagaimana dilansir detikcom, Jumat (2/11), frekuensi penerbangan pesawat Lion Air JT 610 yang minim sehari sebelum musibah, sungguh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Pada Sabtu (27/10), misalnya, pesawat naas ini masih melayani 5 rute penerbangan. Sedangkan sehari sebelumnya, Jumat (26/10), pesawat ini melayani 3 rute penerbangan.
Hingga Jumat kemarin, belum ada penjelasan detail dari pihak berwenang terkait pesawat Lion Air JT 610 sempat parkir 12 jam sehari sebelum musibah. Namun sebelumnya, pihak Lion Air sudah mengakui sempat ada permasalahan sebelum pesawat terbang dari Bandara Ngurah Rai ke Jakarta, Mnggu malam. Tapi, masalah itu disebut sudah diatasi dan pesawat dinyatakan laik terbang.
Pilot pesawat disebut-sebut sempat membuat sinyal urgen 'pan-pan', Minggu malam. Kepala Otoritas Bandara Bali-Nusa Tenggara, Herson, mengatakan usai sinyal itu dibuat, sang pilot memperbarui informasi bahwa pesawat sudah terbang dengan normal. Pilot itu menyatakan dia tidak perlu kembali ke bandara, seperti yang dia minta sebelumnya. "Captain (pilot) sendiri yang cukup percaya diri untuk terbang ke Jakarta dari Denpasar," ungkap Herson kepada Reuters.
Seorang pilot pesawat lain yang mendekat ke Denpasar setelah Lion Air JT 610 lepas landas dari Bandara Ngurah Rai, juga memberi kesaksian. Pilot itu mengaku diminta untuk berputar-putar di atas bandara dan mendengarkan percakapan radio antara pilot Lion Air dan petugas ATC.
"Karena ada sinyal 'pan-pan', kami diminta untuk menunda (pendaratan), mengitari bandara di udara," kata pilot yang meminta namanya tidak disebutkan tersebut. "Pesawat Lion Air tersebut meminta kembali ke Bali 5 menit setelah lepas landas, tapi kemudian pilot itu mengatakan masalah sudah teratasi dan dia tetap terbang ke Jakarta," imbuhnya.
Sinyal 'pan-pan' itu sendiri biasa digunakan saat pilot menghadapi keadaan urgen atau mendesak. 'Pan-pan' disarankan disebut 3 kali. 'Pan-pan' merupakan jenis pemberitahuan mengenai kondisi darurat yang tingkat urgensinya tepat satu level di bawah 'mayday' (bahaya).
Sementara itu, KNKT telah memeriksa pilot pesawayt Lion Air JT 043 Denpasar-Jakarta yang menerbangkan pesawat Lion Air JT 610 sehari sebelum kecelakaan. "Tim KNKT telah melakukan interview kepada crew (flight crew dan cabin crew) pesawat Lion Air JT 043 rute Denpasar-Jakarta yang terbang sehari sebelum kejadian," ungkap Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat kemarin. Namun, KNKT belum mengungkap apa hasil wawancara dengan pilot dan awak kabin Lion Air JT 043 tersebut. KNKT masih terus melakukan investigasi. *
1
Komentar