Dua Sekaa Gong Kebyar Legendaris Tampil Memukau Penonton di Arena PKB ke-45
Masing-masing Punya Sejarah Panjang, Berjaya 41 Tahun Lalu
Gong Kebyar Legendaris
Gong Kebyar
Pesta Kesenian Bali (PKB)
PKB XLV
PKB XLV Tahun 2023
Sekaa Gong Patra Kencana Gianyar
Sekaa Gong Genta Budaya Badung
Meski 41 tahun telah berlalu, namun masih ada beberapa penabuh angkatan 1982 yang ikut terlibat dalam Parade Gong Kebyar Legendaris tahun 2023 ini.
DENPASAR, NusaBali
Utsawa (Parade) Gong Kebyar Legendaris serangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-45 Tahun 2023 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali (Art Center) Denpasar, Senin (3/7) malam menghadirkan dua sekaa gong kebyar legendaries, yakni Sekaa Gong Patra Kencana, Banjar Sengguan Singapadu, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Gianyar dan Sekaa Gong Genta Budaya, Banjar Dalem, Desa Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Badung. Kedua sekaa gong kebyar ini memiliki sejarah panjang dan berjaya 41 tahun yang lalu.
Suasana keakraban dan kebersamaan langsung terasa dari kedua sekaa gong tersebut. Begitu memasuki panggung, penabuh pertama dari Sekaa Gong Patra Kencana dan Sekaa Gong Genta Budaya saling bergenggaman tangan sebelum memberikan salam kepada penonton yang memadati tribun panggung. Barulah kemudian diikuti oleh penabuh masing-masing di belakangnya.
Kedua Sekaa masing-masing membawakan empat karya yang pernah berjaya pada masanya. Sekaa Gong Patra Kencana membawakan Tabuh Pat Singa Murti, Tari Palegongan Abimanyu Antaka, Tabuh Kebyar Gita Kusuma, dan Tari Kreasi Baris Papotetan. Sekaa Gong Genta Budaya membawakan Tabuh Pat Lelambatan Mina Ing Segara, Tari Legong Supraba Duta, Sandyagita Gegitan Wilet Mayura dan Kidung Wilet Mayura, dan Tari Baris Gurnita Wira Rebana.
Berdasarkan sejarah, Sekaa Gong Patra Kencana berdiri tahun 1963. Sekaa gong ini pernah menjadi Duta Kabupaten Gianyar dalam ajang Festival Gong Kebyar se-Bali pada tahun 1982 berlaga di Desa Tamblang, Kecamatan Kubutambahan dan berhadapan dengan Duta Kabupaten Badung.
Budayawan Bali yang turut serta dalam pembinaan Sekaa Gong Patra Kencana untuk tampil di PKB ke-45, Prof Dr I Wayan Dibia mengungkapkan, pada tahun 1982 dirinya juga turut terlibat dalam penciptaan koreografi karya-karya yang dihasilkan kala itu. Beruntung, hingga kini dirinya masih mengingat koreografinya untuk direkonstruksi dan ditampilkan dalam Parade Gong Kebyar Legendaris.
"Karya dari 41 tahun yang lalu syukurnya saya masih ingat koreografinya, termasuk musiknya. Sehingga kita rekonstruksi, kita bangun kembali garapan-garapan itu. Sebenarnya ada satu lagi karya fragmentari berjudul Arya Bebed. Tapi itu tidak kita tampilkan karena keterbatasan waktu," ujarnya.
Meski 41 tahun telah berlalu, namun kata Prof Dibia, masih ada beberapa penabuh angkatan 1982 yang ikut terlibat dalam Parade Gong Kebyar Legendaris tahun ini. Bahkan antusias dan kerinduan mereka terobati dengan bisa menampilkan kembali karya-karya legendarisnya.
"Dari sekaa penabuhnya ada lima orang yang angkatan 1982. Ini semacam nostalgia bagi mereka. Mereka antusias sekali mendengar tabuh-tabuh yang dulu pernah berjaya pada waktu 41 tahun yang lalu. Sisanya melibatkan generasi muda," terangnya sembari menyebut sekaa gong ini masih aktif dan diteruskan oleh generasi berikutnya.
Foto: Sekaa Gong Patra Kencana Gianyar dan Sekaa Gong Genta Budaya Badung saat tampil bersama pada ajang PKB ke-45, Senin (3/7) malam. -IST
Dengan adanya Parade Gong Kebyar Legendaris ini, Prof Dibia menilai bisa menjadi wadah untuk melihat perbandingan bahwa gong kebyar yang dulu dengan yang sekarang selalu mempunyai perkembangan.
"Kita ingin menunjukkan kepada publik bahwa inilah karya-karya dari 41 tahun yang lalu. Supaya mereka ada perbandingan yang bisa dilihat. Kalau kita tidak ada perbandingan, tentu dikira gong kebyar itu cuma seperti itu. Padahal bandingannya jauh, dari sisi kerumitan, kompleksitas, lalu teknik juga beda-beda," sebutnya.
Sementara Sekaa Gong Genta Budaya juga memiliki sejarah cukup panjang. Menurut Ketua Panitia Pementasan Sekaa Gong Genta Budaya di PKB ke-45, Wayan Suardiana, dari penuturan para sesepuh, terbentuknya Sekaa Gong Genta Budaya ini bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka yakni pada tahun 1927. Namun kala itu, perangkat gamelan baru mendekati 50 persen. Sedikit demi sedikit perangkat gamelan bertambah hingga menjadi komplit pada 1973. Di tahun-tahun berikutnya, latihan mulai dilakukan dengan intensif dengan mendapatkan pelatihan dari I Gusti Made Lumbung yang berasal dari Mambal (kini wilayahnya pemekaran menjadi Desa Mekar Bhuana).
"Sampai pada satu kesempatan, Sekaa Gong Genta Budaya ikut seleksi di tahun 1981 dalam acara diadakan oleh Pemkab Badung, yang waktu itu masih gabung bersama Kodya Denpasar. Setelah seleksi, terpilih Sekaa ini sebagai wakil Duta Badung pada PKB ke-4 tahun 1982. Jadi setelah tahun 1982, tahun ini adalah penampilan kedua kami di PKB setelah 41 tahun lamanya," tuturnya.
Suardiana melanjutkan, dalam pementasan kali ini para penabuh angkatan 1982 juga ikut andil. Bahkan jumlahnya 40 persen dari total penabuh. Sebagian besar masih diberikan tetap menabuh di posisi perangkat gamelan tahun 1982. Namun ada juga pemain yang digeser karena kemampuan tenaganya yang sudah tidak seenergik dulu.
Meski para penabuh angkatan 1982 kini usianya rata-rata di atas 60-77 tahun, namun jangan ditanya soal semangatnya. Kata Suardiana, justru yang muda merasa tertantang mengimbangi semangat para lansia. "Mereka yang sudah lansia saja masih semangat meski latihan hampir setiap malam dan gladi bersih di tengah cuaca hujan. Kami yang lebih muda seperti tertantang untuk mengimbangi semangat mereka," katanya.
Namun tak bisa dipungkiri, karena kondisi fisik lansia yang tak sekuat dulu, dalam perjalanan latihan ada salah satu penabuh angkatan 1982 yang tak bisa melanjutkan impiannya tampil kembali di PKB. Meski ada sedikit perasaan sedih, namun seniman lawas tersebut sudah berlapang dada tidak ikut tampil.
"Memang saat mengawali latihan kami sudah lakukan pengecekan kesehatan, karena kami tahu yang tampil ini banyak lansia. Namun ada satu sesepuh yang drop di tengah proses latihan. Beliau lapang dada tidak bisa ikut, meski ada rasa sedih karena apa yang ditunggu-tunggu tidak bisa diikuti. Padahal ketika kita undang rapat-rapat untuk pementasan ini, dia datang paling pertama," tuturnya. 7 cr78
1
Komentar