Tertusuk Keris Saat Ngunying di Pentas Calonarang
Insiden berdarah tingkahi pementasan Calonarang di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Tegal Jadi, Kecamatan Marga, Tabanan saat karya pujawali pas Hari Raya Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (15/4) malam.
TABANAN, NusaBali
Seorang penonton terluka tusuk saat ikut ritual ngunying (adegan menusuk perut sendiri usai tusuk tubuh Rangda) dalam kondisi kerauhan (kesurupan). Korban terluka, I Putu Nadiasa, pun terpaksa dilarikan ke BRSUD Tabanan untuk menjalani perawatan intensif.
Pentas Calonarang berjudul ‘Kautus Rarung’ di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Tegal Jadi, Sabtu malam, dimulai sekitar pukul 21.30 Wita. Ketika adegan Rangda medal (keluar), sudah ada belasan krama yang mengalami kerauhan, termasuk korban Putu Nadiasa. Saat itu, Rangda masolah (ngigel) sambil meucap-ucap (ngundang) leak.
Pas tengah malam pukul 24.00 Wita, terjadi adegan di mana krama yang kerauhan menusuk Rangda secara bergiliran. Korban Putu Nadiasa sempat dua kali menghujamkan kerisnya ke tubuh Rangda. Setelah ditusuk, Rangda masuk ke dalam pura. Sedangkan korban Putu Nadiasa bersama krama lainnya yang kerauhan, lanjut melakukan ritual ngunying alias menusuk perut sendiri.
Tidak ada yang mengetahui jelas kejadiannya, tiba-tiba perut korban Putu Nadiasa berdarah. Korban yang kesakitan pun digotong pecalang ke luar arena pentas. Kemudian, Minggu (16/4) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, korban Putu Nadiasa dibawa ke BRSUD Tabanan.
Bendahara Desa Pakraman Tegal Jadi, I Gede Suwela, 62, menyatakan tidak ada yang tahu apakah korban Putu Nadiasa terluka saat ngunying atau ketika jatuh pasca menusuk Rangda? "Masalahnya, saat itu banyak yang kerauhan, termasuk juga sejumlah perempuan," ujar Gede Suwela saat ditemui NusaBali lokasi TKP Pura Dalem, Minggu kemarin.
Menurut Gede Suwela, korban Putu Nadiasa sempat dilihatnya dua kali menghujamkan keris ke tubuh Rangda. Usai menghujamkan keris pertama, korban terlihat membetulkan posisi udengnya yang mau jatuh. Kemudian, setelah melakukan hujaman keris kedua, korban malah terpental bersama kerisnya. "Apakah saat jatuh itu tertusuk keris atau ketika ngunying, tidak ada yang tahu,” katanya.
Korban Putu Nadiasa sendiri sempat diberikan tirta (air suci) oleh pamangku, sebelum kemudian dibawa ke BRSUD Tabanan. Menurut Suwela, korban Putu Nadia bukanlah pragina (penari) Calonarang. Dia krama biasa yang kerap nonton pentas Calonarang. Setiapkali ada pentas Calonarang di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Tegal Jadi, ayah dua anak ini sering mengalami kerauhan dan ikut ritual ngunying. “Tapi, kalau sampai ada krama terluka, ini baru pertama kali terjadi dalam petnas Calonarang di Pura Dalem,” katanya.
Suwela menyebutkan, pujawali di Pura Dalem Desa Pakraman Tega Jadi digelar 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) setiap Saniscara Kliwon Kuningan. Sedangkan pujawali ‘nadi’ (besar) dilaksanakan setahun sekali. “Nah, saat pujawali nadi ini wajib meng-adakan pementasan Calonarang,” kata Suwela yang kemarin didampingi Pamangku Alit Pura Dalem Madya, Jro Mangku Gede Laksa, 65.
Menurut Suwela, ada peristiwa berbau niskala di balik insiden berdarah penonton tertusuk keris dalam pementasan Calonarang kali ini. Beberapa saat sebelum Randa medal, sempat muncul dua ekor ular tembok sisi utara arena pentas. Ular tersebut kontan meresahkan penonton, karena muncul dalam keadaan saling melilit.
Karena bikin resah, kata Suwela, kedua ular yang melilit tersebut ditangkap prajuru adat menggunakan karung, kemudian dilepas di tegalan sebelah timur Pura Dalem. “Barangkali itu pertanda akan terjadinya peristiwa berdarah ini,” jelas Suwela.
Sementara itu, salah seorang perawat di BRSUD Tabanan, Ni Kadek Indrayanti, mengatakan pasien Putu Nadiasa tiba di rumah sakit, Minggu dinihari sekitar pukul 01.34 Wita. Saat tiba di RS, korban tertusuk keris ini dalam keadaan sadar. Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami luka tusuk di perut sepanjang 2 cm dengan kedalaman 2-3 cm.
Menurut Kadek Indrayani, korban sudah menjalani tindakan operasi di BRSUD Tabanan, Minggu pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Sedangkan Direktur BRSUD Tabanan, dr Nyoman Susila, menyatakan luka tusuk ini tidak sampai mengenai organ dalam (usus) korban. “Yang kena bagian dinding perut. Makanya, setelah operasi, pasien dirawat di Ruang Bougenvill, bukan ICU BRSUD Tabanan,” jelas dr Susila. * d
Seorang penonton terluka tusuk saat ikut ritual ngunying (adegan menusuk perut sendiri usai tusuk tubuh Rangda) dalam kondisi kerauhan (kesurupan). Korban terluka, I Putu Nadiasa, pun terpaksa dilarikan ke BRSUD Tabanan untuk menjalani perawatan intensif.
Pentas Calonarang berjudul ‘Kautus Rarung’ di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Tegal Jadi, Sabtu malam, dimulai sekitar pukul 21.30 Wita. Ketika adegan Rangda medal (keluar), sudah ada belasan krama yang mengalami kerauhan, termasuk korban Putu Nadiasa. Saat itu, Rangda masolah (ngigel) sambil meucap-ucap (ngundang) leak.
Pas tengah malam pukul 24.00 Wita, terjadi adegan di mana krama yang kerauhan menusuk Rangda secara bergiliran. Korban Putu Nadiasa sempat dua kali menghujamkan kerisnya ke tubuh Rangda. Setelah ditusuk, Rangda masuk ke dalam pura. Sedangkan korban Putu Nadiasa bersama krama lainnya yang kerauhan, lanjut melakukan ritual ngunying alias menusuk perut sendiri.
Tidak ada yang mengetahui jelas kejadiannya, tiba-tiba perut korban Putu Nadiasa berdarah. Korban yang kesakitan pun digotong pecalang ke luar arena pentas. Kemudian, Minggu (16/4) dinihari sekitar pukul 01.00 Wita, korban Putu Nadiasa dibawa ke BRSUD Tabanan.
Bendahara Desa Pakraman Tegal Jadi, I Gede Suwela, 62, menyatakan tidak ada yang tahu apakah korban Putu Nadiasa terluka saat ngunying atau ketika jatuh pasca menusuk Rangda? "Masalahnya, saat itu banyak yang kerauhan, termasuk juga sejumlah perempuan," ujar Gede Suwela saat ditemui NusaBali lokasi TKP Pura Dalem, Minggu kemarin.
Menurut Gede Suwela, korban Putu Nadiasa sempat dilihatnya dua kali menghujamkan keris ke tubuh Rangda. Usai menghujamkan keris pertama, korban terlihat membetulkan posisi udengnya yang mau jatuh. Kemudian, setelah melakukan hujaman keris kedua, korban malah terpental bersama kerisnya. "Apakah saat jatuh itu tertusuk keris atau ketika ngunying, tidak ada yang tahu,” katanya.
Korban Putu Nadiasa sendiri sempat diberikan tirta (air suci) oleh pamangku, sebelum kemudian dibawa ke BRSUD Tabanan. Menurut Suwela, korban Putu Nadia bukanlah pragina (penari) Calonarang. Dia krama biasa yang kerap nonton pentas Calonarang. Setiapkali ada pentas Calonarang di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Tegal Jadi, ayah dua anak ini sering mengalami kerauhan dan ikut ritual ngunying. “Tapi, kalau sampai ada krama terluka, ini baru pertama kali terjadi dalam petnas Calonarang di Pura Dalem,” katanya.
Suwela menyebutkan, pujawali di Pura Dalem Desa Pakraman Tega Jadi digelar 6 bulan sekali (210 hari sistem penanggalan Bali) setiap Saniscara Kliwon Kuningan. Sedangkan pujawali ‘nadi’ (besar) dilaksanakan setahun sekali. “Nah, saat pujawali nadi ini wajib meng-adakan pementasan Calonarang,” kata Suwela yang kemarin didampingi Pamangku Alit Pura Dalem Madya, Jro Mangku Gede Laksa, 65.
Menurut Suwela, ada peristiwa berbau niskala di balik insiden berdarah penonton tertusuk keris dalam pementasan Calonarang kali ini. Beberapa saat sebelum Randa medal, sempat muncul dua ekor ular tembok sisi utara arena pentas. Ular tersebut kontan meresahkan penonton, karena muncul dalam keadaan saling melilit.
Karena bikin resah, kata Suwela, kedua ular yang melilit tersebut ditangkap prajuru adat menggunakan karung, kemudian dilepas di tegalan sebelah timur Pura Dalem. “Barangkali itu pertanda akan terjadinya peristiwa berdarah ini,” jelas Suwela.
Sementara itu, salah seorang perawat di BRSUD Tabanan, Ni Kadek Indrayanti, mengatakan pasien Putu Nadiasa tiba di rumah sakit, Minggu dinihari sekitar pukul 01.34 Wita. Saat tiba di RS, korban tertusuk keris ini dalam keadaan sadar. Dari hasil pemeriksaan medis, korban mengalami luka tusuk di perut sepanjang 2 cm dengan kedalaman 2-3 cm.
Menurut Kadek Indrayani, korban sudah menjalani tindakan operasi di BRSUD Tabanan, Minggu pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Sedangkan Direktur BRSUD Tabanan, dr Nyoman Susila, menyatakan luka tusuk ini tidak sampai mengenai organ dalam (usus) korban. “Yang kena bagian dinding perut. Makanya, setelah operasi, pasien dirawat di Ruang Bougenvill, bukan ICU BRSUD Tabanan,” jelas dr Susila. * d
1
Komentar