Disbud Libatkan Anak Muda Kompeten
Lestarikan Kesenian Klasik Rentan Punah
SINGARAJA, NusaBali
Dinas Kebudayaan (Disbud) Buleleng telah mengidentifikasi sejumlah kesenian klasik di Buleleng yang teridentifikasi rentan punah. Guna melestarikan kesenian dimaksud, Disbud akan melibatkan anak muda yang berkompeten di bidang seni.
Kondisi itu diakui Kepala Bidang Kesenian Dinas Kebudayaan Buleleng Wayan Sujana, Jumat (10/12). Dia mengakui, kepunahan kesenian tersebut terjadi karena kesulitan meregenerasi seni dan gempuran perkembangan zaman serta teknologi. Disbud pun kini membuat skema pelestarian dengan merekrut anak muda yang kompeten di bidang seni itu. Mereka akan diangkat menjadi pegawai kontrak yang bertugas melestarikan kesenian klasik. Selain itu, Disbud memberikan penghargaan pada seniman yang komitmen melakukan pelestarian.
Sujana menambahkan tidak sedikit kesenian klasik di Buleleng, terancam punah. Dia mencontohkan, kesenian arja dan gambuh di Desa Depeha. Kini kesenian arja di Buleleng hanya msih bertahan di Sanggar Manik Sari, Desa Sarimekar, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Kesenian ini masih digeliatkan oleh seniman arja Putu Raksa yang terkenal sebagai liku Buleleng.
“Memang meregenerasi seni ini susah. Seperti kesenian arja ini, tidak hanya dituntut terampil menari saja, tetapi harus juga menguasai tabuh, drama dan yang paling penting bisa matembang. Orang yang bisa matembang ini yang susah dicari,” kata Sujana.
Kadis yang seniman ini menambahkan, upaya pelestarian yang dilakukan Putu Raksa patut diberikan penghargaan. Pihaknya pun mengusulkan kepada pemerintah agar seniman yang berhasil melestarikan kesenian yang terancam punah, diberi penghargaan. Putu Raksa, sebut Sujana, sedang diusulkan untuk mendapatkan penghargaan Adi Sewaka Nugraha.
Disbud juga, jelas Sujana, akan memberikan prioritas pentas kepada sanggar seni atau sekaa seni yang sudah melestarikan kesenian klasik pada even kesenian. Strategi pelestarian lainnya, dengan merekrut seniman desa yang menekuni seni klasik di daerahnya sebagai staf kontrak. Selanjutnya mereka akan diberdayakan untuk menjaga dan meregenerasi kesenian klasik di kampung halamannya. “Kami sudah lakukan pada kesenian Gambuh di Desa Depeha, Kecamatan Kubutambahan, itu sudah jalan. Karena kalau menunggu anggaran akan sulit, ada skala prioritas yang harus diutamakan,” jelas dia.
Kadis Sujana menambahkan, Disbud juga mengarahkan strategi pelestarian untuk Wayang Wong Tejakula. Meskipun klasik dan hanya ada disana, tetap bisa lestari karena pelestariannya melalui ritual keagamaan Hindu. Hal tersebut membuat kesenian klasik ini rutin dipentaskan di pura-pura saat piodalan. Secara tidak langsung memberikan edukasi dan regenerasi langsung pada kaum muda yang ikut menyaksikan pertunjukan seni itu.
“Kami rekrut mereka untuk bergerak bersama. Sehingga ada perwakilan sanggar juga yang terlibat langsung dalam pelestarian seni. Selain juga mereka sebagai kontrol kami di Dinas Kebudayaan dalam pemberdayaan sanggar seni yang produktif,” tutup Sujana.7k23
1
Komentar