nusabali

Ogoh-Ogoh ‘Chamunda’ Karya ST Yuwana Giri Penuh Sentuhan Teknologi Digital

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-chamunda-karya-st-yuwana-giri-penuh-sentuhan-teknologi-digital
  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-chamunda-karya-st-yuwana-giri-penuh-sentuhan-teknologi-digital

MANGUPURA, NusaBali.com – Rupanya saat ini teknologi informasi sangat dimanfaatkan hampir di seluruh lini kehidupan manusia. Ini dibuktikan dengan dibuatnya ogoh-ogoh mesin dengan nama ‘Chamunda’ karya ST Yuwana Giri, Banjar Tegal, Kuta, Badung untuk menyambut Hari Suci  Nyepi Tahun 1945 Saka.

Teknisi mesin Ogoh-Ogoh ‘Chamunda’, I Nyoman Galih Suryadinatha menerangkan pihaknya telah mengerjakan keseluruhan teknologi tersebut sejak bulan Desember 2022 silam. 


Memiliki background Pendidikan di Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali, Galih menuturkan pihaknya mengalami beberapa kendala dalam proses perakitan mesin-mesin tersebut.

“Kesulitannya pada saat membuat konsep programnya, karena ada beberapa kendala yang terjadi. Pemasangannya, pada saat pembuatan rangka kami juga masukkan mesin-mesinnya ke badan ogoh-ogoh itu pada bulan Januari lalu,” terang alumnus Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali,  Kamis (3/2/2023) sore.

Tidak hanya badan ogoh-ogoh yang dapat bergerak, namun kata Galih tahun ini ia membuatnya lebih canggih lagi. Dengan satu aplikasi yang ia buat bernama ‘Blynk’, ogoh-ogoh itu dapat bergerak hanya dengan menekan fitur pada aplikasi tersebut dari kejauhan dan terkoneksi dengan internet.

“Saat ini lebih canggih, dengan aplikasi ini kami bisa menggerakkan ogoh-ogoh dari kejauhan dan tidak harus ada di lokasi. Jadi ada 4 fitur di dalam aplikasi ini, yaitu bisa menggerakkan pada bagian kepala saja, lalu untuk mengeluarkan asap dan air darah bisa secara otomatis dari cawan (wadah darah, Red), dan terakhir bisa untuk menggerakkan keseluruhan badan ogoh-ogoh,” jelas pria yang juga pendiri startup LegooTech itu.

Foto: Teknisi mesin Ogoh-Ogoh ‘Chamunda’, I Nyoman Galih Suryadinatha. -WINDU

Bahan dan alat yang digunakan pun beragam untuk menghasilkan sebuah karya yang luar biasa. Galih menyebutkan bahan dan alat tersebut seperti Node Mcu ESP8266 sebagai micro controller, Relay sebagai pemutus dan penyambung tegangan, Mist maker sebagai beban yang membuat asap, mini water pump sebagai pompa yang menaikkan air sebagai darah, dan dinamo wipper sebagai beban penggerak kepala raksasa.

“Mini water pump itu alat yang biasanya ada di akuarium. Fungsinya untuk menarik air kemudian dikeluarkan kembali. Air darah yang digunakan itu kami campur dengan warna makanan untuk menghasilkan warna merah,” tuturnya.

Ditanya soal cuaca hujan pada saat pawai ogoh-ogoh berlangsung, Galih dengan mantap menerangkan itu tidak menjadi kendala apalagi bencana baginya. Sebab, ia telah memastikan seluruh komponen listrik pada badan ogoh-ogoh akan tetap aman walau terkena hujan.

“Untuk menghidupkannya kita pakai genset sebagai suplai energi. Mesinnya pun saya
pastikan aman, karena sudah kami posisikan di tempat yang cukup tertutup,” tegasnya.

Dipercaya sebagai teknisi mesin pada garapan ogoh-ogoh tahun ini, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pemuda ST Yuwana Giri ini berharap, ke depan pihaknya akan tetap menggunakan sentuhan teknologi pada pembuatan ogoh-ogoh tahun berikutnya yang lebih luar biasa lagi.

Foto: Salah satu arsitek Ogoh-Ogoh ‘Chamunda’, I Made Adi Dwi Cahyana Putr. -WINDU

Dalam kesempatan yang sama, salah satu arsitek Ogoh-Ogoh ‘Chamunda’, I Made Adi Dwi Cahyana Putra menjelaskan pihaknya kali ini mengambil tema Dewi Chamunda. Dengan alasan untuk mengangkat derajat seorang wanita.

“Alasan lain karena konsep dari ogoh-ogoh ini dibuat oleh para pemudi ST Yuwana Giri. Jadi saya ingin mengolaborasikan antara pemuda dan pemudi agar ikut berpartisipasi,” ujar De Adi, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut, De Adi menegaskan dalam proses pembuatan ogoh-ogoh tidak hanya melibatkan para sekaa pemuda (pria) saja, namun turut mengajak para sekaa pemudi (wanita). Soal pembagian tugas, para pemudi bertugas membantu menempel bagian pada badan ogoh-ogoh, membuat payasan (hiasan), dan pernak-pernik visual dari ogoh-ogoh. Sedangkan para pemuda kompak membuat rancang bangunan ogoh-ogoh.

Foto: Potret pemuda pemudi ST Yuwana Giri, Banjar Tegal, Kuta, Badung.

Badan dan visual ogoh-ogoh tampak detail dari atas hingga bagian bawahnya. Terlihat dari banyaknya tapel (topeng, Red) yang digunakan. Seperti dua tapel kepala iblis Chama dan Munda merupakan simbol dari persembahan atas pengorbanan dan pengabdian Dewi Chamunda yang keluar dari mata ketiga Dewi Ambika atau Dewi Durga.

Selanjutnya tapel kepala Asura yang merupakan simbol ahaṅkāra atau ego. Lalu, tapel Raktabija merupakan iblis yang apabila darahnya menetes akan menjadi iblis baru. Serta nampak Cawan atau wadah darah melambangkan bahwa nafsu dan ego harus dibendung, dibatasi atau bahkan dihilangkan agar tidak membabi buta.

“Saya menyimbolkan darah yang mengucur ini sebagai hawa nafsu. Sedangkan darah yang keluar asap itu melambangkan hawa nafsu itu panas dan harus dikendalikan,” terang pria kelahiran 13 September 1998 itu.

Ogoh-ogoh yang memiliki tinggi hampir 3.5 meter itu didominasi warna kulit gelap atau hitam. Disebutkan, kulit hitam itu melambangkan sifatnya yang merangkul semua dan transendental, yang artinya melampaui pemahaman terhadap pengalaman biasa serta penjelasan ilmiah.

Ogoh-ogoh yang sudah digarap mulai bulan Desember lalu tersebut menghabiskan dana sekitar Rp 15 juta. Kata De Ari, seluruh bahan yang digunakan merupakan bahan ramah lingkungan yang diambil dari koran bekas, bambu, serta besi sebagai konstruksi awal dari rangka ogoh-ogoh.

Lengkap dengan pernak-perniknya, ogoh-ogoh tersebut menggunakan pakaian dari kulit harimau, 2 anting-anting yang disebut "alakshya" yang artinya tidak dapat ditunjukkan dengan tanda apapun dan "niranjan" yang artinya tidak dapat dilihat oleh mata manusia. 

Selanjutnya, Gelang Kerincing pada tangan dan kaki berfungsi sebagai penyemangat untuk tetap bergerak. Terakhir, dilengkapi pula dengan aksesoris Kalung Rudraksha terdiri dari 108 manik yang terbuat dari air mata Dewa Siwa. Jumlah manik Rudraksha melambangkan ke-108 nama Dewa Siwa.

Pawai ogoh-ogoh yang akan berlangsung pada Selasa (21/3/2023) mendatang, kata De Adi akan dimulai dari Jalan Legian, Badung tepat di sebelah selatan Monumen Tugu Peringatan Bom Bali dan akan melibatkan 20 sampai 30 orang pemuda untuk mengarak ogoh-ogoh tersebut. Soal nanti akan dibawa kemana setelah pawai, De Adi menjelaskan biasanya tiap tahunnya seluruh ogoh-ogoh di Desa Adat Kuta akan dipamerkan pada saat ngembak geni (satu hari setelah Hari Raya Nyepi, Red).

“Lokasinya tahun ini belum tahu dimana, tetapi setelah itu mungkin ogoh-ogoh ini akan kami pajang di Banjar untuk dipertontonkan ke publik,” tuturnya.

De Adi pun berharap, dengan semangat para pemuda pemudi ST Yuwana Giri dalam pembuatan ogoh-ogoh tahun ini, ia optimis tahun depan akan membuat ide dan konsep yang lebih meriah lagi.

“Melihat semangat mereka mungkin tahun depan kami akan membuat gebrakan baru dan mungkin akan lebih wah lagi dari tahun sebelumnya,” pungkasnya. *ris



Komentar