nusabali

Bisnis Handicraft Bali Terpuruk karena Pandemi

  • www.nusabali.com-bisnis-handicraft-bali-terpuruk-karena-pandemi

DENPASAR, NusaBali
Bisnis handicraft Bali terpuruk akibat pandemi Covid-19. Pesanan sepi, sementara pesanan-pesanan sebelumnya banyak tertunda pengirimannya karena kelangkaan kontainer.

“Dengar-dengar karena langka (kontainer), ongkosnya jadi naik,” ujar I Wayan Wijaya, seorang perajin handicraft dari Tengkulak Kaja, Desa Kemenuh Kecamatan Sukawati, Gianyar, Jumat (30/7). 

Hal itu yang menyebabkan pengiriman harus ditunda. Para buyer yang sebelumnya telah memesan, sementara tidak lagi order sambil menunggu produk yang dipesan nanti dikirim. Karena itulah perajin handicraft kini terpaksa rehat, karena tidak ada pekerjaan.

Kata Wijaya, tentu saja hal itu menyusahkan. Apalagi membuat kerajinan merupakan pekerjaan pokok, menjadi sumber penghidupan keluarga. “Banyak perajin seperti kami ini yang bertumpu pada kerajinan,” imbuh Wijaya. 

I Ketut Darta, seorang pemerhati perkembangan handicraft mengiyakan suasana lesu bisnis handicraft Bali. “Order masih ada, namun sedikit- sedikit,” ujar Darta, yang sebelumnya aktif di Bali Creatif Industry Center (BCIC), Tohpati, Denpasar.

Yang banyak diminati sekarang, lanjut Darta, adalah barang- barang atau produk perlengkapan dan dekorasi rumah tangga. Di antaranya furniture, kap lampu, dan lainnya. “Namun secara umum lesu,” kata Darta.

Ketua Asosiasi Ekspotir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) Bali I Ketut Dharma Siadja mengiyakan lesunya bisnis handicraft. “Pengiriman dan pesanan masih ada. Namun tidak signifikan,” ujar pria asal Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar.

Kata Dharma Siadja, hal itu tidak terlepas dari kondisi perekonomian global. “Handicraft kan bukan kebutuhan primer,” jelasnya. Dalam kondisi sulit sekarang ini, masyarakat termasuk di negara- negara tujuan ekspor handicraft Bali seperti Amerika Serikat, Eropa, dan lainnya, tentu lebih mengutamakan kebutuhan dasar atau pokok dulu. “Orang cari kebutuhan pokok dulu, setelah itu baru kebutuhan tertier. Ekspor masih tetap ada, tetapi tidak seperti dulu keramaian dan volumenya,” ucap Dharma Siadja. 7 k17

Komentar