nusabali

MUTIARA WEDA: Rahasia Cinta

Vyatisajati padārthānāntaram ko’pi, Heturna khalu bahirupādhin pritayahsamsrayante. (Uttararamacharitam, 6.12)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-rahasia-cinta

Ada alasan tertentu di balik kebersamaan dua orang, bahkan cinta terbebas dari faktor eksternal

ORANG-ORANG bisa ketemu dengan siapa pun, bisa bersama dengan siapa pun, tetapi hubungan cinta di antara orang dengan yang lainnya adalah sesuatu yang berbeda. Faktor eksternal hanyalah instrumen, sementara hubungan yang sejati terbebas dari itu. Seperti misalnya, ada dua anak muda laki dan wanita sudah sejak lama berteman, selalu bersama ketika pergi ke sekolah, membuat tugas bahkan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Ada suatu ketika yang laki di suatu tempat bertemu dengan wanita lain. Dia merasa sesuatu yang berbeda. Dadanya tiba-tiba berdesir merasakan sesuatu yang berbeda. Ada perasaan aneh yang masuk. Ada semacam ketertarikan yang tidak bisa dideskripsikan. Perhatiannya hanya ada pada wanita tersebut. Rasa itu belum pernah datang sebelumnya, tidak pula pada teman wanitanya itu sejak awal. Teman wanitanya tetap seperti teman biasa, tetapi wanita yang baru ditemuinya itu terasa berbeda.

Apa alasan di balik itu? Teks di atas menyebut bahwa cinta itu terbebas dari faktor eksternal. Apa maksudnya faktor eksternal? Seperti kekayaan, kecantikan, kegantengan, ras, kasta, dan yang sejenisnya. Cinta itu terbebas dari faktor eksternal, artinya semua yang disebutkan itu tidak ada hubungannya. Cinta bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Tapi, kan banyak orang mencintai lawan jenisnya oleh karena status, kekayaan, dan yang sejenisnya? Atau ada orang mengatakan ‘yang penting menyatu dulu, masalah cinta akan tumbuh bersama waktu’. Memang benar banyak pula orang yang awalnya menjatuhkan pilihan cintanya oleh karena kekayaan atau status sosial, tetapi seiring waktu cinta yang sejati bisa tumbuh. Orang yang mencari pasangan, secara umum, telah membawa kriterianya. Orang yang berpendidikan biasanya penuh kriteria sehingga agak selektif. Mungkin tidak hanya kekayaan atau status yang menjadi kriteria, tetapi juga masalah kecocokan, apakah kecocokan dalam hal komunikasi, umur, jenis pekerjaan, dan yang lainnya.

Jika mencari pasangan penuh dengan kriteria, lalu bagaimana dengan pernyataan di atas? Boleh saja orang dengan berbagai kriteria, tetapi ketika cinta tidak masuk, setepat apapun kriteria tersebut ditemukan, mereka tidak akan bersama. Tetap, cinta adalah sesuatu yang misterius. Semua kriteria adalah sekadar alat agar cinta itu bisa direkatkan. Banyak yang menemukan orang lain sesuai kriterianya, tetapi ketika mereka mencoba jalan bersama, rasa yang mereka rasakan hambar, tidak melekat. Karena kriteria sesuai, mereka mencoba tetap berjalan, bahkan ada yang sampai ke jenjang pernikahan. Banyak dari mereka pada akhirnya berpisah. Masih mendingan mereka pisah sebelum hubungannya disahkan, tetapi tidak sedikit yang memaksakan untuk menikah, dan dalam beberapa tahun akhirnya juga pisah.

Sehingga dengan demikian, meskipun semua kriteria itu cocok, menemukan rasa di dalamnya juga sangat penting. Ada juga orang menemukan cintanya kepada dia yang di luar kriterianya. Seberapapun berbedanya, tetapi karena disatukan oleh cinta, perbedaan mereka bisa dijembatani, dan yang menjembatani semua perbedaan itu hanyalah cinta. Dan karena cinta itu sedemikian kuat, perbedaan itu tidak membuat banyak masalah, justru mereka bisa berbagi dengan berbagai kelemahan dan kekurangannya.

Memang tidak gampang menyatukan hal yang sangat berbeda, tetapi oleh karena cinta itu sangat kuat, perbedaan itu justru saling menguatkan. Mereka sama-sama siap dengan kekurangan masing-masing dan mau menutupi dengan kelebihannya. Memang yang ideal adalah antara kriteria dan cinta nyambung sehingga dalam segala hal bisa dimudahkan. Tetapi, jika harus memilih salah satu, sesuai dengan teks di atas, maka cinta harus menjadi pilihannya. Kriteria hanya alat bantu, sementara hal yang utama dalam sebuah hubungan adalah cinta. Cinta selamanya datang tiba-tiba meskipun kita memulainya secara bertahap. Kriteria yang dibuat hanyalah media, alat bantu agar cinta itu hadir. Apakah cinta pernah memudar? Cinta yang memudar bukanlah cinta, tetapi sekadar keinginan. Cinta itu semesta. Menemukan cinta sejati sesungguhnya awalan dari kontak dengan semesta. Ketika ini dicapai, maka inilah penyatuan sejati. Inilah yang hendak disampaikan mengapa cinta itu bebas dari faktor eksternal. *

I Gede Suwantana

Komentar