nusabali

Bagi Paket Sembako, Sentuh Penyandang Disabilitas dan Anak Yatim

Weekend Berbagi Polsek Payangan di Masa Pandemi Covid-19

  • www.nusabali.com-bagi-paket-sembako-sentuh-penyandang-disabilitas-dan-anak-yatim

GIANYAR, NusaBali
Program terobosan kreatif 'Weekend Berbagi' Kapolsek Payangan, AKP I Putu Agus Ady Wijaya menyentuh penyandang disabilitas permanen dan anak yatim di Banjar Peliatan, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Sabtu (24/7).

Kedatangan Kapolsek AKP Putu Agus Ady Wijaya beserta jajaran disambut Kadus Peliatan, I Nyoman Sukanta.  Paket sembako pertama diserahkan kepada anak yatim I Putu Edwin Candranata Septiawan, 4. Bocah laki-laki ini hidup sebatang kara di rumahnya setelah ayahnya I Kadek Sugiantara meninggal dunia saat Edwin baru berusia 1,5 tahun sekitar tahun 2019. Sementara ibu kandungnya, pilih menikah lagi. Selama beberapa tahun terakhir, bocah Edwin diasuh oleh bibinya Ni Wayan Emi, 30.

Kepada Kapolsek, Ni Wayan Emi mengisahkan masa kecil Edwin yang sangat kurang perhatian orangtua. "Awalnya, Edwin tinggal bersama kedua orangtua dan kakeknya. Tapi saat Edwin usia 1,5 tahun, bapaknya sakit lever kemudian meninggal dunia. Hanya berselang 3 bulan, ibunya malah pergi untuk menikah lagi," kenang Wayan Emi.

Setelah ditinggal kedua orangtua, Edwin saat usia 2 tahun 3 bulan kembali kehilangan kakeknya. "Jadi sejak usia 2 tahun itu Edwin sudah sendirian. Sejak itu, Edwin lebih sering main di rumah kami," jelasnya. Emi yang sudah dikaruniai anak usia 4 tahun inipun, bertambah tugasnya mengasuh Edwin. Kondisi bocah malang ini, kata Emi sempat membuat salah satu panti asuhan bermaksud mengasuhnya. Namun secara adat tidak memungkinkan karena bocah kelahiran 5 September 2017 ini masih memiliki hak waris dan kewajiban yang melekat. "Beberapa waktu lalu, setelah kakeknya meninggal ada peturunan, Edwin yang sudah tercatat namanya di adat kena urunan. Hanya karena dia masih kecil, tidak tedun secara fisik," jelasnya.

Dalam keseharian, Emi yang hanya ibu rumah tangga ini mengasuh layaknya ibu kandung. Emi pun hanya mengandalkan upah serabutan suaminya yang kerja sebagai buruh bangunan dan buruh kupas kelapa. Masih menurut Emi, ibu kandung bocah ini jarang menengok Edwin. Sehingga tak heran, ketika ibunya datang bocah ini agak menutup diri. "Tidak pernah dia menanyakan ibunya. Kalau pun ke sini Edwin agak takut dikira orang asing," ungkap Emi yang berharap bocah ini bisa tumbuh kembang dengan layak.

Setelah mengunjungi bocah Edwin, Kapolsek Payangan AKP Putu Agus Ady Wijaya lanjut mengunjungi dan menyerahkan sembako pada penyandang disabilitas cacat permanen I Gusti Ngurah Tiles, 51. Warga Banjar Peliatan, Desa Kelusa, Kecamatan Payangan ini tinggal mengontrak di sebuah pondok berjarak sekitar 1 kilometer ke utara dari rumah Edwin.

Menurut istrinya Jero Wayan Sadriani, suaminya tidak bisa bekerja pasca jatuh memanjat kelapa Maret 2007 lalu. Hingga kini terhitung sudah 14 tahun beraktivitas hanya dari atas kursi roda.

"Setelah jatuh itu, tulang ekornya katanya patah. Jadi lumpuh sampai sekarang," jelas ibu dua anak ini. Kondisi Gusti Ngurah Tiles sudah diupayakan pengobatannya di RSUP Sanglah Denpasar termasuk upaya penyembuhan lain. "Saat berobat kami dibantu donatur. Tapi karena di rumah asal sempit, kami dikontrakkan tempat untuk memudahkan akses pengobatan," jelasnya.

Namun ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Semenjak tinggal di pondok, Ngurah Tiles tidak diizinkan kembali ke rumah asal. "Ini masalahnya sudah berlarut-larut, sudah dibahas sampai rapat banjar tidak ada solusi. Jadi kami pasrah saja, sementara tinggal di pondok," ujarnya.

Gusti Ngurah Tiles seolah 'diusir' dari rumah asalnya karena dianggap tidak punya hak waris. "Ayah saya dulu menikah nyentana. Lahir saya dan adik perempuan. Tapi usia 15 tahun, ibu meninggal, ayah saya kawin keluar. Jadi dianggap saya ndak punya hak lagi. Adik perempuan saya sudah juga menikah," jelas Gusti Ngurah Tiles.

Kini Gusti Ngurah Tiles hanya bisa bertahan menjaga kesehatan. "Syukur tidak harus bolak balik berobat lagi. Hanya saja tidak bisa ngapa-ngapain. Jangankan bekerja, duduk dan tidur pun susah," ujarnya. Untuk biaya hidup sehari-hari, Jero Wayan Sadriani mengandalkan dengan berjualan jejaitan. Namun semenjak pandemi, permintaan jejaitan dikatakan menurun. "Dari yayasan rutin diberikan donasi tiap bulan. Itu saya pakai untuk beli pampers dan harus dicukupkan untuk makan sehari-hari," imbuhnya. Dalam pondok tersebut, Jro Wayan hanya tinggal bersama Gusti Ngurah Tiles. Sedangkan dua anaknya yang sudah remaja, berusaha mencari pekerjaan sambil melanjutkan sekolah.

Kepala Dusun Peliatan, Desa Kelusa, Payangan I Nyoman Sukanta membenarkan kondisi dua warganya ini. Pihaknya mengaku sudah mengupayakan dua warga ini mendapatkan bantuan pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH). "Edwin semasih bapaknya sudah dapat PKH. Kami sudah koordinasi dengan Dinsos minta tolong agar dibantu. Sementara masih jalan. Gusti Ngurah Tiles juga sudah dapat PKH," jelasnya. Terkait masalah yang dihadapi Gusti Ngurah Tiles, kata Nyoman Sukanta sudah dibahas dalam rapat umum. "Sejak saya masih kecil sudah ada masalah itu. Sampai sekarang, bahkan 3 kali ganti bendesa belum ada solusi. Masih terkatung-katung," jelasnya.

Kapolsek Payangan AKP I Putu Agus Ady Wijaya mengatakan pembagian sembako ini diharapkan dapat meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19. Agar tepat sasaran, Polsek Payangan mencari secara door to door warga yang benar-benar kesulitan. "Babinkamtibmas kita turunkan agar mengecek warganya. Supaya bantuan ini tepat sasaran," ujarnya. AKP Putu Agus berharap gerakan ini bisa menggugah kepedulian masyarakat untuk berbagi di masa pandemic ini. *nvi

Komentar