nusabali

Ekspor Porang Bali Macet

  • www.nusabali.com-ekspor-porang-bali-macet

Akibat pandemi, harga porang juga anjlok menjadi Rp 6.500 per kilogram.

DENPASAR,NusaBali  

Dampak pandemi Covid-19 berimbas buruk kepada seluruh lini ekonomi maupun sub-subnya. Salah satunya ekspor porang. Ekspor komoditas produk tanaman umbi-umbian inipun seret, karena permintaan turun drastis. Karena ekspor ‘ macet’,  eksportir memilih membuat stok. Hal itu disampaikan I Nyoman Sumendra, seorang eksportir dari PT Siligita,
Singaraja.

“ Semua karena imbas pandemi,” ujarnya Minggu (11/7). Papar Sumendra, permintaan porang sebenarnya lumayan banyak yakni 7.000 ton porang basah per tahun. Atau setara dengan 1.500 ton porang kering. Untuk sementara pasar utama adalah China. “Rencananya ke Eropa, namun akibat pademi jadi tertunda,” lanjut Sumendra.

Untuk pemasaran di dalam negeri, untuk sementara belum memungkinkan. Memang ada pabrik pengolahan di Surabaya. Namun pabrik di Surabaya  juga sudah punya pemasok dari petani di Jawa.

Karena tak bisa ekspor, pengusaha atau esportir hanya bisa membuat stok saja, dengan harapan pandemi berakhir agar eskpor bisa dilakukan kembali.

“Kami juga minta petani menunda panen,” lanjutnya Menurut Sumendra, untuk porang memang memungkinkan untuk tunda. Karena setelah masa aep (mati), pada musim hujan nanti akan tumbuh lagi. Kondisi ini menyebabkan 1.500 lebih petani porang ikut terdampak.

Jika kondisi normal, petani bisa menikmati pendapatan dari panen porang. Namun kali ini tidak bisa. Dampak lain adalah harga porang juga menurun tajam. Jika pada kondisi normal harganya bisa mencapai Rp 10.000 sampai Rp. 11.000 perkilogram, kini anjlok menjadi Rp 6.500 per kilogram.  “Semua karena karena pandemi, yang menyebabkan permintaan turun,” kata Sumendra. Budidaya porang ada di sejumlah kabupaten di Bali. “Kecuali di Denpasar,” ujarnya.

Porang yang diekspor dari Bali adalah porang dalam bentuk setengah jadi, yakni dalam bentuk serial atau semacam gaplek dengan ukuran yang lebih kecil. Eskpor dilakukan dengan shipping atau lewat laut.

”Pandemi menjadikan transportasi juga sulit,” ucap Sumendra. Walau demikian dalam sebulan dia berusaha untuk bisa melakukan ekspor, meskipun tidak dalam jumlah yang banyak.“Tetap kami berusaha,” ujarnya.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian  dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bali Wayan Sunarta, luas budidaya porang di Bali 942 hektare. Budidaya terluas di Kabupaten Tabanan yakni 600 hektare.

“ Sisanya baru tersebar di kabupaten lainnya,” ujar Sunarta. Diantaranya Jembrana, Bangli dan Buleleng. Porang dibudidayakan gencar belakangan ini, menyusul antusias permintaan dari pasar dunia sebelumnya. *K17

Komentar