nusabali

Pandemi, Madu Kela-kela Masih Diminati

  • www.nusabali.com-pandemi-madu-kela-kela-masih-diminati

GIANYAR, NusaBali
Madu Kela-kela asli produksi Agrowisata Royal Honey Sakah di Banjar Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Gianyar, masih diminati warga, di saat pandemi Covid-19.

Pembeli madu tidak hanya tenaga kesehatan, juga pasien Covid-19 hingga masyarakat umum.  Owner Royal Honey Sakah I Wayan Wahyudi, Minggu (11/7), mengatakan agrowisata ini terbuka untuk edukasi terkait proses beternak lebah hingga menghasilkan madu. "Jadi setiap pelanggan atau pembeli yang datang, biasanya saya ajak berkeliling. Agar mereka paham apa yang dikonsumsi maupun yang dijual ke konsumen," jelas dosen mata kuliah Taksonomi Hewan Jurusan Biologi UNHI Denpasar ini.

Doktor asal Banjar Batuaji, Desa Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar ini mengatakan,  hampir 1,5 tahun masa pandemi, permintaan madu semakin tinggi. Dia mengaku kewalahan memproduksi. Terbatasnya stok madu, karena madu bisa dipanen secara musiman. Dalam sebulan rata-rata memproduksi sekitar 500 Kilogram madu. Dari jumlah tersebut, madu yang dihasilkan bervariasi. "Tergantung kadar air dan masa jenis madu. Misalnya madu lebah seberat 1 Kilogram bisa jadi mendapatkan 800 liter sampai 850 liter levis," jelas lulusan S3 Ilmu Peternakan Unud ini.

Untuk menyiasati, Wahyudi menyediakan pakan lebah berupa tanaman berbunga yang mencukupi. Selain itu, Wahyudi juga terus melakukan penambahan koloni-koloni baru dari kotak pembudidayaan ke kotak siap panen. Wahyudi tidak sendiri, suami dari Ni Wayan Purwati ini memiliki cukup banyak reseller di seluruh Bali.

Melihat tingginya permintaan, pria kelahiran 10 Agustus 1986 ini, memperkirakan omzet per bulan Agrowisata ini pada kisaran angka puluhan juta rupiah. "Ya lumayan lah, kisaran puluhan juta," ujarnya. Yang tak kalah penting, Wahyudi memastikan produk madunya sudah mengantongi perizinan lengkap termasuk sudah lolos uji lab. "Untuk konsumen aman, saya garansi," ujarnya.

Ada dua kemasan madu yang dijual ke pasaran. Ukuran 500 ml seharga Rp 400.000 dan ukuran 250 ml seharga Rp 200.000.

Dia mengawali bisnis madu sejak 2017. "Dulu saya ngebolang, keliling cari madu di Karangasem. Tahun 2018 masih merintis. Baru Februari 2020 lalu buka lahan disini. Luasnya sekitar 10 are. Dulunya semak belukar, saya tata," jelasnya. Sebelum beternak lebah, Wahyudi terlebih dahulu mempelajari jenis hama yang berkeliaran di lokasi. Setelah itu, Wahyudi membuat vegetasi yakni tanaman bunga sebagai pakan lebah. "Kela-kela perlu makan setiap hari, maka ketersediaan pakan harus tersedia setiap hari. Jenis tanaman bunganya seperti xanthos, batavia, porana. Kalau mau banyak madu, banyak tanam bunga yang mengandung nektar. Jadi harus selektif juga," imbuhnya.

Adapun beberapa jenis lebah yang dibudidayakan antara lain : Heterotrigona itama, Lebah Apis cerana (nyawan Bali), Lebah Trigona (Kela-kela), Tetragonula biroi dan Genio trigona thoracica. "Kendalanya cuma satu, harus sabar. Sabar menunggu tanaman berbunga, bagaimana mengatasi hama. Karena serangan semut jenis "semaluh" dan cicak tidak bisa dianggap sepele. Koloni yang lemah akan cepat diserang semaluh. Begitu juga cicak, karena Kela-kela itu memang makanan dari cicak. Dia stanbya di pintu masuk, hinggap mangsa. Koloni jadinya tidak bisa berkembang," jelasnya.*nvi

Komentar