nusabali

GUPBI : Babi Masih Langka

  • www.nusabali.com-gupbi-babi-masih-langka

DENPASAR,NusaBali
African Swine Fever atau Flu Babi ternyata masih menyisakan dampak terhadap bisnis perternakan, yakni ternak babi di Bali.

Peternakan babi dirasa belum normal. Populasi atau jumlah ternak babi diperkirakan sekitar 200-an ribu ekor. Jauh dari populasi yang  dipandang normal sekitar 1 juta ekor.

Pemerintah diharap bisa memotivasi peternak, untuk bisa menggairahkan lagi peternakan babi di Bali.Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI)Bali I Ketut Hari Suyasa mengatakan Jumat(9/7).

“Sebenarnya peternak mau melakukan restocking secara mandiri,” ungkapnya. Namun usaha tersebut mengalami kendala. Yakni menyangkut pemahaman bagaimana beternak yang baik yang perlu lebih diperdalam lagi diberikan kepada peternak.

Menurut Hari Suyasa, belum optimalnya tata cara  dan pola beternak menjadi salah satu penyebab belum normalnya bisnis peternakan babi. Apalagi dalam kondisi pandemi Covid-19.

GUPBI berharap Pemprov  Bali  memahami kondisi ini. “Bila perlu lakukan penelitian,” ujarnya. Jika memang beternak babi menjadi salah satu ‘kekuatan’ penopang perekonomian masyarakat, berikan porsi perhatian yang lebih maksimal. Dia pun  langsung menyatakan, dari apa yang sudah ada sebelumnya peternakan babi merupakan salah satu kekuatan perekonomian Bali.

Karena itu, kata Hari Suyasa bila Pemerintah tidak bisa membantu dari sisi finansial atau permodalan, Pemprov diharap bisa memberikan bantuan dalam bentuk edukasi atau pelatihan tentang methode beternak yang baik. Dengan demikian peternakan sebagai kekuatan ekonomi Bali bisa bangkit kembali.

Menurut Hari Suyasa, selain di Bali kebutuhan babi dari luar daerah juga lumayan. “Harganya sampai Rp 70.000 perkilo,” ungkapnya.

Kata Hari Suyasa, jika  keadaan ini bisa, tentu  memberi dampak yang positif bagi peternak dan ekonomi daerah Bali. *k17

Komentar