nusabali

14 Hari Terombang-ambing di Laut, Nelayan Ditemukan Selamat

Temuan Heboh di Rumpon Perairan Banjar Batu Dawa Kelod, Desa Tulamben

  • www.nusabali.com-14-hari-terombang-ambing-di-laut-nelayan-ditemukan-selamat

Korban Sumailah Daeng Siki awalnya berangkat dari Sulawesi Selatan 13 Juni 2021, sebelum ditemukan lunglai di rumpon perairan desa Tulamben, 28 Juni 2021. Selama 14 hari terombang-ambing di laut, korban hanya makan beras yang direndam air

AMLAPURA, NusaBali

Terombang-ambing di tengah laut selama 14 hari, seorang nelayan asal Kampung Barat Daya, RT 5, Desa Setanger, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangk¬ajane, Sulawesi Selatan, Sumailah Daeng Siki, 55, ditemukan dalam kondisi sela¬mat, Senin (28/6) siang pukul 14.00 Wita. Korban Sumailah Daeng Siki ditemukan lemas pada sebuah rumpon di perairan Banjar Batu Dawa Kelod, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem.

Adalah I Komang Sukarta, 38, nelayan asal Banjar Batudawa Kelod, Desa Tulam¬ben, Kecamatan Kubu yang menemukan korban Sumailah Daeng Siuki dalam kon¬disi lunglai di rumpon. Awalnya, Komang Sukarta berangkat melaut dari Pantai Ba¬njar Tukad Abu, Desa Tulamben, Senin pagi pukul 10.00 Wita. Setelah menem¬puh perjalanan sekitar 12 mil, Komang Sukarta tanpa sengaja menemukan korban Daeng Siki di salah satu rumpon, kemarin siang pukul 14.00 Wita.

Komang Sukarta sempat menanyakan alamat korban, namun jawabannya tidak je¬las. Agar korban Daeng Siki tetap dalam kondisi selamat, maka jukungnya diikat oleh Komang Sukarta di rumpon tersebut. Selanjutnya, Sukarta balik ke darat un¬tuk melaporkan temuan heboh ini kepada Kelian Banjar Tukad Abu, Desa Tulam¬ben, I Komang Wirata. Selanjutnya, Komang Wirata meneruskan laporan ke Pol¬sek Kubu dan Sat Polair Polres Karangasem.

Sukarta sendiri langsung balik ke rumpon di mana korban Daeng Siki ditemukan, usai melapor. Tak lama berselang, sejumlah nelayan bersama petugas Sat Polair Polres Karangasem, Aipda I Gede Nuada, datang ke tengah laut untuk mengevaku¬asi korban Daeng Siki. Korban dievakuasi ke Pantai Banjar Tukad Abu, Desa Tula¬m¬ben, Senin petang pukul 18.00 Wita.

Setelah kondisinya lebih fit, korban Daeng Siki kemudian menceritakan krono¬logis kejadian sampai akhirnya ditemukan lunglai di rumpan perairan Banjar Batu Dawa Kelod, Desa Tulamben. Menurut Daeng Siki, dirinya berlayar dari kampung ha¬laman¬nya di Desa Setanger, Kecamatan Liukang Tangaya, Kabupaten Pangk¬ajane, Sulawesi Selatan, Minggu (13/6) lalu. Setelah berlayar selama sehari, as mesin tempel merk Honda berkekuatan 5 PK jukungnya mendadak patah hingga baling-balingnya hanyut, Senin (14/6). Sejak itulah nelayan berusia 55 tahun ini terom¬bang-ambing di tengah laut, tidak tentu arah. Jukungnya yang tanpa mesin berge¬rak mengikuti arah gelombang.

Bisanya, Daeng Siki mengaku melaut selama seminggu, lalu balik pulang. Namun, kali ini dia teriombang-ambing di laut selama 14 hari, karena as mesinnya patah. Selama itu pula, korban bertahan hidup hanya dengan air minum satu jirigen berisi 30 liter dan beras. “Beras itulah yang direndam menggunakan air, lalu setelah ke¬mbang langsung dimakan mentah-mentah,” cerita Daeng Siki.

Setelah ditemukan oleh nelayan lokal yakni Komang Sukarta, Senin siang pukul 14.00 Wita, korban Daeng Siki kemudian diajak ke darat, lalu dikasi makan roti, na¬si, dan rokok. Karena sudah 14 hari tidak makan, maka setelah santap nasi ke¬marin siang, perutnya langsung terasa mules.

Daeng Siki mengatakan, selama 14 hari terombang-ambing di tengah laut, dirinya tetap optimistis selamat dari hantaman gelombang. Sebab, gelombang yang diha¬dapi di tengah laut tidak terlalu ganas, jukungnya pun tidak sampai bocor dan ter¬balik. "Saya merasa bersyukur diselamatkan saudara dari Bali, sehingga saya sela¬mat," tutur duda yang dikaruniai dua orang anak ini.

Menurut Daeng Siki, selama 30 tahun menjadi nelayan, baru kali ini kena musibah. Biasanya dia melaut selama seminggu, di mana setiap hari mendarat di pulau-pulau kecil di sekitar Kabupaten Pangkajane, Sulawesi Selatan. Setelah tiba di daratan, ba¬rulah memasak beras yang dibawanya dengan lauk ikan laut. Kemudian, dia me¬lanjutkan melaut dan setelah merasa lapar, mendarat lagi di pulau lain untuk me¬ma¬sak, begitu seterusnya.

Selama seminggu melaut, Daeng Siki biasanya rata-rata mampu menangkap ikan sebanyak 50 kilogram setelah dikeringkan. Ikan kering itu dijual di Sumbawa, NTB seharga Rp 25.000 per kilogram.

Hingga tadi malam, korban Daeng Siki masih menginap di rumah Bendesa Adat Batudawa, Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, I Ketut Winatayana. Dia akan pu¬lang setelah keluarganya dari Suloawesi Selatan datang menjemput.

Sementara itu, Bendesza Adat Batudawa, Ketut Winatayana, mengatakan berenca¬na memberikan sumbangan mesin tempel kepada korban Daeng Siki. "Jika Daeng Siki berniat kembali pulang dengan cara berlayar, maunya saya sumbang sebuah mesin jukung. Namun, yang bersangkutan menolak. Dia memilih pulang menung¬gu jemputan keluarga," terang Ketut Winatayana.

Di sisi lain, petugas Sat Polair Polres Karangasem, Aipda I Gede Nuada, telah ber-koordinasi dengan jajaran Polsek Kubu, lanjut mengomunikasikan perihal ditemu¬kannya korban Daeng Siki ke di Polsek Liukang Tangaya dan Polres Pangkajane (Sulawesi Selatan). "Saya sudah berkoordinasi kepolisian di daerah asal Daeng Siki agar memberitahukan kepada keluarganya," papar Aipda Gede Nada. *k16

Komentar