nusabali

Seniman Lintas Media Saling Respons Hidupkan Interaksi Berkesenian

Jatijagat Kehidupan Puisi Gelar Kolaborasi ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni

  • www.nusabali.com-seniman-lintas-media-saling-respons-hidupkan-interaksi-berkesenian

Penyair dr Dewa Putu Sahadewa mengatakan ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni’ merupakan kolaborasi seni lintas media: kata, rupa, dan suara, dengan hadirkan saling silang kreatif penyair, perupa, dan pe-musik dalam sebentuk happening art

DENPASAR, NusaBali

Rindu akan kolaborasi berkesenian, Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP) Bali bekerja sama dengan Bali Mangsi Foundation dan Dermaga Seni Buleleng (DSB) menggelar acara ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni’, Sabtu (26/6) sore. Dalam kolaborasi seni ini, para seniman lintas media hidupkan interaksi berkesenian dengan saling respons di panggung.

Kegiatan ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni’, Sabtu sore, dilaksanakan di Sekretariat Jatijagat Kehidupan Puisi, Jalan Tjokorda Agung Tresna Nomor 109 Niti Mandala Denpasar. Sebagai silaturahmi dan ajang berbagi ekspresi, paras paros seni ini didasari sinergi kreatif saling asah, asih, dan asuh guna meraih kebersamaan penciptaan yang guyub, hangat, dan berkelanjutan berikut pengharapan lahirnya karya-karya unggul penuh kemungkinan.

Sang penggagas acara, dr Dewa Putu Sahadewa, mengatakan kegiatan ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni’ ini merupakan kolaborasi seni lintas media: kata, rupa, dan suara, dengan menghadirkan saling silang kreatif penyair, perupa, dan pemusik dalam sebentuk happening art.

Dalam kegiatan tersebut, para seniman lintas media melakukan aksi saling respons. Penyair melontarkan kata-kata puisi, direspons oleh perupa menjadi lukisan. Kemudian, perupa melukis yang direspons penyair menjadi puisi. Begitu pula alunan musik atau suara, bisa bertransformasi menjadi karya rupa ketika direspons perupa atau menjadi puisi saat direspons penyair.

Ada pun seniman yang ikut terlibat dalam kegiatan tersebut, antara lain, penyair Wayan Jengki Sunarta, Warih Wisatsana, Mira MM Astra, Sujana Suklu, Made Gunawan, Made Kaek, Made Sumadiyasa, Bakti Wiyasa, Galung Wiratmaja, Putu Sudiana Bonuz, Kadek Dedy Sumantra Yasa, Bonk Ava, Ayu Chumani, Mediana Ayuning Putri, Heri Windi Anggara, Pandu Sukma, dan Dewa Putu Sahadewa sendiri.

Dewa Putu Sahadewa menjelaskan, kegiatan ini diadakan mengingat selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung 1 tahun 3 bulan, banyak aktivitas dibatasi, termasuk berkesenian. Karenanya, seniman pun berkarya sendiri-sendiri.

“Ide kolaborasi semacam ini tercetus kurang lebih sebulan lalu. Ada tiga jenis seniman di sini, yakni perupa (seniman lukis), penyair, dan pemusik. Ternyata respons mereka luar biasa. Kegiatan ini menyenangkan, saling merespons, saling berinteraksi dengan tetap menerapkan Prokes dan jaga jarak,” terang Sahadewa di sela kegiatan sore itu.

Menurut Sahadewa, performing art yang digelar bebas itu memungkinkan pengunjung untuk menikmati semua sajian dalam satu lokasi. Pengunjung tidak hanya menonton pertunjukan di atas panggung, namun juga bisa berkeliling menikmati seniman yang sedang melukis.

“Dalam performing art ini, pengunjung bisa menikmati proses melukis. Atau penyair bisa mendatangi seniman yang sedang melukis, sambil mengekspresikan jiwa sedang membaca puisi,” papar dokter-penyair yang kesehariannya bertugas di Kupang, NTT ini.

“Kami berharap seniman terus terjaga kreativitasnya dan menciptakan karya-karya baru. Meski ada pandemi seperti ini, kita masih bisa aktif berkarya. Ini pun kami siarkan melalui media sosial, sehingga semakin banyak yang bisa menikmati performing art ini,” lanjut alumnus Fakultas Kedokteran Unud ini.

Sementara itu, di akhir acara ‘SERUPA JKP 2021: Paras Paros Seni’, akademisi dari Fakultas Ilmu Budaya Unud, Prof Dr I Nyoman Darma Putra MLitt, memberikan respons memaknai presentasi kolaborasi seni semasa pandemi Covid-19 ini. Dalam pandangan Prof Dharma Putra, perayaan kolaborasi ini mengingatkan kembali pada esensi kesenian yang sifatnya pasatmian yang bermakna kesenian yang menjadi satu kesatuan.

“Ini sangat layak untuk dilanjutkan. Membuat kesenian tetap memiliki zat-zat yang disatukan atau yang bersatu di dalam satu wadah, sehingga menjadi berguna untuk kehidupan,” kata Prof Dharma Putra.

Sedangkan makna paras paros yang diambil dari nama kegiatan ini, kata Prof Dharma Putra, bermakna saling asah, asih, asuh untuk mendapatkan suatu hasil yang disepakati bersama. Ada saling memberi, saling menerima, dan saling mengalah demi kemenangan.

“Paras paros itu juga merupakan bentuk dari kolaborasi. Tidak mungkin ada kolaborasi, kalau hanya ada paras atau hanya ada paros. Tetapi, kalau sudah ada paras paros, di situlah ada kolaborasi yang hasilnya adalah pasatmian itu,” tandas Prof Dharma Putra yang ikut hadir dalam acara sore itu. *ind

Komentar