nusabali

Mengkreasikan Busana Pertunjukan Kesenian Bali Dibolehkan Asalkan Sesuai Pakem

  • www.nusabali.com-mengkreasikan-busana-pertunjukan-kesenian-bali-dibolehkan-asalkan-sesuai-pakem

DENPASAR, NusaBali.com – Seni pertunjukan di Bali terus megalami perkembangan. Bahkan busana penampil atau seniman semakin dikreasikan agar tampil beda.

“Busana pertunjukan merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah pergelaran seni. Mau itu seni tari, tabuh, dan lainnya, sebuah busana atau kostumlah yang akan menampilkan karakter, mempertegas ciri khas tokoh, dan menunjukkan tema pertunjukan apa yang sedang dipentaskan,” kata Ni Nyoman Kasih dari ISI Denpasar.

Soal busana pertunjukan ini dijadikan bahasan dalam Lokakarya Busana Pertunjukan di ruang Cinema Art Center, Kota Denpasar pada Minggu (27/6/2021). Selain Ni Nyoman Kasih, narasumber dari ISI Denpasar lainnya adalah Anak Agung Ayu Mayun Artati dengan moderator I Wayan Sudiarsa, seniman asal Desa Peliatan, Ubud, Gianyar.

Lokakarya ini membahas mengenai mengkreasikan busana pertunjukan kesenian Bali yang sesuai dengan tokoh, tema, dan alur pementasan. “Apabila busana pertunjukan ini tidak diaplikasikan dengan bijaksana, dalam arti terlalu berlebihan atau bahkan terlalu sederhana akan menimbulkan dampak kepada kualitas pementasan tersebut,” pesan Ni Nyoman Kasih.

Sementara itu AA Ayu Mayun Artati mencontohkan pementasan tari pergaulan seperti joged. Sejatinya tarian joged tersebut untuk penari hanya memakai kebaya dan hiasan bunga sedikit pada sanggul dan kain sederhana dinsebut sudah cukup sebagai persembahan pertunjukan yang layak dikonsumsi untuk masyarakat luas,

Namun pada realitanya sering kali para penari joged melewati pakem-pakem yang ada seperti memakai kain yang pendek di atas lutut, dan kebaya yang cenderung terbuka. “Hal itu sejatinya tidak dianjurkan, apalagi pada saat ini teknologi seperti media sosial dapat dikonsumsi oleh semua kalangan masyarakat termasuk anak-anak, yang dikhawatirkan adalah apabila anak-anak sampai menonton pertunjukan yang kurang layak dikonsumsi untuk anak-anak, maka akan mempengaruhi daya pikir anak, bahkan merusak otak anak,” tegas AA Ayu Mayun Artati.

Selanjutnya moderator lokakarya pun memberi arahan kepada perwakilan masing-masing kabupaten/kota yang tampil di Pesta Kesenian Bali XLIII/2021 ini agar memperhatikan pakem-pakem berbusana pertunjukan sesuai fungsi dan tujuannya.

Pada pergelaran seni tabuh misalnya, sebenarnya penabuh itu tidak harus memakai aksesoris yang berlebih, seperti contohnya bros dan keris. “Yang ditonjolkan dalam seni tabuh adalah bagaimana kekompakan dan kelihaian dalam memainkan alat musik sehingga dapat menampilkan alunan harmoni yang enak didengar. Lain halnya sedang mengikuti kontes busana, pada kontes busana justru di sanalah harus menampilkan kreasi busana yang sekreatif mungkin,” sorot I Wayan Sudiarsa.

Adapun hal yang harus diperhatikan mengenai busana pertunjukan antara lain harus memahami penggunaan warna, lalu penyesuaian terhadap latar belakang panggung, dan lampu pertunjukan. “Jika ingin menampilkan suasana hutan, maka sebaiknya bermain dengan warna hijau, akan menimbulkan kesan sejuk dan alami pada busana yang ditampilkan,” sarannya.

Contoh lain, apabila memainkan peran sebagai Rahwana, maka warna yang digunakan yakni warna yang memiliki karakter yang agresif dan berani, yakni,  warna merah.

Ni Nyoman Kasih juga menyatakan tidak masalah mengkreasikan busana pertunjukan tari kreasi. “Tapi jangan memainkan lebih dari tiga warna karena akan menimbulkan kesan yang tidak bagus pada busana pertunjukan.”

Khusus untuk tari tradisi, diingatkan soal pakem yang harus dipenuhi. “Apabila ingin menampilkan tari tradisi seperti legong dan gambuh, mainkanlah pakem yang sudah ada, karena setiap busana tersebut telah memiliki filosofi dan maknanya tersendiri,” pesan Ni Nyoman Kasih.

Selanjutnya moderator kegiatan lokakarya Wayan Sudiarsa pun menyimpulkan hasil pembahasan dan diskusi di mana pakem-pakem busana pertunjukan yang sudah ada agar jangan dirombak sembarangan karena akan menimbulkan penyimpangan sehingga pertunjukan akan tidak tampil dengan maksimal.

“Kalau istilah Balinya aspek pangus, pantas dan bagus. Apabila busana pertunjukan sudah pangus digunakan oleh pemain pertunjukan, maka akan sedap dipandang oleh para penonton. Hal ini merupakan tugas bersama masyarakat Bali agar selalu mengamati dan memantau penerapan pakem busana pertunjukan kesenian Bali yang baik,” tutup Wayan Sudiarsa. *rma

Komentar