nusabali

Ditinggal Ayah Ibu Meninggal, Bocah Kelas 3 SD Hidup Sebatang Kara

  • www.nusabali.com-ditinggal-ayah-ibu-meninggal-bocah-kelas-3-sd-hidup-sebatang-kara

TABANAN, NusaBali
Malang dialami bocah kelas 3, I Putu Martin Suputra, warga yang tinggal di wilayah Subak Babakan, Banjar Lebah, Desa/Kecamatan Marga.

Diusianya yang masih belia, 9 tahun, dia harus hidup sebatang kara pasca ditinggal orangtua meninggal karena sakit.  Keseharian Putu Martin diurus paman, saudara kandung ayahnya. Sesekali, sejumlah keluargannya juga memberikan motivasi dan bantuan agar Putu Martin bisa hidup seperti anak lain. Selain itu, Babinkamtibmas Desa Marga Aiptu I Ketut Sudilaksana kerap menjenguk dan membantunya.

Ditemui di rumahnya, Kamis (24/6), keadaan rumah Putu Martin kondisinya layak huni. Ini berkat awal tahun 2020, ayahnya Putu Martin, I Made Sumertana mendapat bantuan bedah rumah dari Pemkab Tabanan. Namun begitu rumah ini rampung, tiga bulan setelahnya Putu Martin ditinggal sang ayah. Sebelumnya Putu Martin bersama ayahnya tinggal bersama keluarga besar.

Aiptu Sudilaksana menceritakan, Putu Martin ini merupakan seorang anak dari pasangan Made Sumertana - Ni Kadek Murniati, keduanya sudah meninggal. Ibunya Ni Kadek Murniati meninggal sekitar dua tahun lalu, dan Made Sumartana meninggal lebih dari 6 bulan lalu.

Sebelum meninggal dunia, ayah Putu Martin mendapat program bantuan bedah rumah dan mulai tinggal di rumah bantuan tersebut. Sebab, sebelumnya dia tinggal dalam areal satu lingkungan dengan keluarga lainnya. Ketika mendapat bantuan bedah rumah, kemudian dia tinggal di atas tanah warisannya, tak jauh dari rumah tinggal awal. "Kalau gak salah ayahnya ini dapat bantuan bedah rumah dan selesai sekitar awal 2020 lalu," tuturnya.

Tak lama tinggal di rumah bantuan tersebut, ayah Putu

Martin meninggal karena sakit. Sehingga, dia menjadi anak yatim piatu, lanjut diurus oleh paman yang kakak dari ayahnya. "Jadi kesehariannya ini, saudara kandung ayahnya yang mengurus Putu Martin untuk sekadar makan saja," imbuhnya.

Menurut Aiptu Sudilaksana, paman Putu Martin ini bekerja serabutan. Apalagi dia harus menghidupi dua anaknya yang kini sering menjadi teman bermain Putu Martin. "Keluarga yang lain memang ada yang ikut membantu memberikan support Putu ini, kasihan dia," akunya.

Terkait kondisi pandemi Covid-19 kini yang mengharuskan para siswa belajar daring, Putu Martin terpaksa nebeng dengan sepupunya. Sebab, dia tak memiliki sebuah handphone untuk mengikuti pembelajaran daring. Bahkan saat ini Putu Martin belum lancar membaca. "Huruf sudah tahu, namun perlu diasah lagi," harapnya.

Dengan kondisi tersebut, keluarga Putu Martin diminta terus memberikan semangat. Apalagi cita-cita Putu Martin menjadi seorang polisi. "Saya dan keluarga dekat atau pun sepupunya terus memberikan semangat, agar Putu Martin dapat tumbuh dan berkembang baik," harap Aiptu Sudilaksana.

Sementara itu, Putu Martin dengan wajah tersenyum dia ingin bercita-cita menjadi polisi. Meskipun cita-cita ini belum disebutkan alasanya jelas, namun saat menyebutkan polisi, dia begitu bersemangat. "Cita-cita saya ingin menjadi polisi," imbuhnya. *des

Komentar