nusabali

Jasa Beli Emas di Pinggir Jalan, Tetap Bertahan Meski Pendapatan Tak Pasti

  • www.nusabali.com-jasa-beli-emas-di-pinggir-jalan-tetap-bertahan-meski-pendapatan-tak-pasti

DENPASAR, NusaBali.com - Ketika kita melintasi Jalan Diponegoro, Denpasar Barat akan tampak perempuan-perempuan yang duduk sambil melambai-lambaikan tangannya seperti sedang memanggil orang yang sedang melewati jalan tersebut.

Mereka memang sedang memanggil, memanggil siapapun yang mungkin bermaksud menjual perhiasan emas yang dimilikinya. Selain di Jalan Diponegoro, sejumlah perempuan pelaku jual beli juga biasa dijumpai di Jalan Hasanuddin yang memang menjadi kawasan toko-toko perhiasan di Denpasar.

Perhiasan emas yang mereka terima bisa berupa cincin, gelang, kalung, maupun anting-anting. Dari sanalah mereka mendapatkan keuntungan yang mereka akui tidaklah banyak jumlahnya.

“Setiap gramnya saya hanya mendapatkan Rp 5.000,” ujar Ni Wayan Sulasmi, 60, ketika ditemui Selasa (22/6/2021) di seputaran Jalan Diponegoro, Denpasar.

Perempuan asal Klungkung tersebut mengaku telah menekuni profesi tersebut selama lebih dari 20 tahun. Ia mengaku terpaksa berjualan dengan cara duduk di trotoar karena terbentur modal usaha. Menurutnya apabila mengontrak tempat usaha, maka ia harus mengeluarkan uang untuk membayar sewa kontrak sementara penghasilannya tidak seberapa. “Kalau mau kerja lain juga tidak tahu mau kerja apa,” ujarnya.

Ia pun menolak menyebutkan berapa rata-rata penghasilannya per bulan, yang jelas ia menyebut tidak jarang dirinya pulang dengan tidak satu pun transaksi ia lakukan pada hari itu. Sulasmi biasanya duduk di atas kursinya di seputaran Jalan Diponegoro, dekat dengan kantor PO Damri Denpasar, mulai pukul 10 pagi hingga 4 sore.

Sementara itu, ditemui masih di seputaran Jalan Diponegoro, Denpasar, tepatnya sebelah utara perempatan Jalan Diponegoro, salah seorang yang menjalankan usaha yang sama, Ni Nyoman Ratini, 58, mengaku telah menjalani profesi ini selama sekitar 10 tahun lamanya. Sebelumnya, ia menuturkan, dirinya bekerja sebagai buruh angkut pasir di kampung halamannya, Klungkung.

“Saya baru menjalani pekerjaan ini, sekitar 2010, sebelumnya saya bekerja angkut pasir,”ungkap Ratini.  Sama seperti yang diakui Ni Wayan Sulasmi, Ratini pun mengaku penghasilan yang didapat tidak seberapa. Ia mencontohkan dengan membeli perhiasan emas berupa cincin seharga Rp 2.500.000, berat 5 gram, dengan kadar 70 persen, ia kemungkinan hanya mendapat keuntungan sebesar Rp 25.000, atau kalau beruntung paling besar Rp 50.000.

Keuntungan yang didapat merupakan selisih jual beli yang didapat setelah menjual kepada pengepul. Pengepul, jelasnya, adalah orang yang memiliki profesi sama seperti mereka, hanya saja memiliki modal usaha yang lebih besar.

Sementara itu, untuk menghindar dari upaya penipuan oleh para penjual perhiasan emas, ia mengaku menggunakan alat tes kadar dan keaslian emas, serta alat  timbangan.

Disinggung mengenai tren masyarakat menjual emas selama masa pandemi Covid-19, ia mengaku tidak ada perubahan berarti. “Sama saja, tidak ada perubahan,” ujarnya singkat sembari melambai-lambaikan tangannya kepada orang-orang yang melintas di jalan.  *adi

Komentar