nusabali

Bersih-Bersih Hutan Mangrove Suwung Kauh, Dua Minggu Hasilkan 30 Ton Sampah

  • www.nusabali.com-bersih-bersih-hutan-mangrove-suwung-kauh-dua-minggu-hasilkan-30-ton-sampah

DENPASAR, NusaBali.com –  Aksi bersih-bersih yang dilakukan sejak dua pekan lalu di kawasan hutan mangrove Suwung Kauh, Denpasar Selatan, menghasilkan sampah yang jumlahnya bikin geleng-geleng kepala.

Ya, aksi yang digalang pecinta lingkungan Sungai Watch bersama elemen masyarakat lainnya, berhasil mengumpulkan berbagai sampah dengan berat total mencapai lebih 30 ton!


Bukan hanya botol-botol plastik yang berserakan, namun di kawasan yang harusnya terjaga kelestariannya ini malah ditemukan pembalut wanita, popok bayi hingga Kasur.

Sampah-sampah yang tidak bisa didaur ulang akan dikirim ke TPA Suwung, sementara yang dapat didaur ulang akan dikirim ke fasilitas daur ulang (recycle) di Head Quarter Sungai Watch di Desa Tumbak Bayuh, Mengwi, Badung. “Sebelumnya akan kami list (barcode) untuk nanti dibuatkan data perusahaan mana saja yang menyumbangkan sampah di Hutan Mangrove Suwung,” ujar Head of Patrol Sungai Watch, I Made Dwi Bagiasa saat ditemui  di kawasan Hutan Mangrove Suwung Kauh, Kamis (17/6/2021).

Menurut Bagi, demikian ia biasa dipanggil, dengan volume sampah seperti yang ia lihat di lapangan kemungkinan kegiatan bersih-bersih ini akan dilakukan sampai dua minggu ke depan.

Ia pun merinci jumlah timnya dalam membersihkan kegiatan bersih-bersih mangrove terdiri dari berbagai pihak yang peduli dengan kebersihan hutan mangrove. Selain dari internal Sungai Watch, ia menyebut ada dari pihak persatuan nelayan yang ada di sekitar hutan mangrove, seperti, Nelayan Simbar Segara, dan Segara Batu Lumbang. Selain itu para sukarelawan diakuinya datang silih berganti untuk membantu termasuk orang-orang asing yang peduli dengan lingkungan.

“Untuk sekarang ini ada lebih dari 55 orang yang bekerja,” terangnya. Mengenai cara kerja pengambilan sampah, ia menuturkan dilakukan secara manual saja. Petugas dilengkapi oleh sepatu boat dan sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit akibat kuman-kuman di sampah. Petugas, ujarnya, turun ke dalam hutan mangrove, mengambil sampah dan dimasukkan ke dalam karung. Ketika air pasang, tambahnya, timnya akan menggunakan perahu kecil untuk masuk ke dalam kawasan hutan mangrove.


Selain itu, Bagiasa menyebut kerjasama dengan pihak kawasan wisata hutan mangrove, Tahura Ngurah Rai, yang sebelumnya memang telah memiliki petugas kebersihan, juga ikut dalam program ini.

Ditemui pada saat yang sama, Koordinator Lapangan Bidang Kebersihan di kawasan wisata mangrove Suwung Kauh, Anak Agung Ngurah Soka Satriawan, mengucapkan terima kasih kepada komunitas Sungai Watch dan para relawan lainnya yang telah bekerja keras dalam membersihkan hutan mangrove dari sampah. Menurutnya sejauh ini hasilnya sangat memuaskan dengan jauh berkurangnya sampah-sampah yang ada di kawasan hutan mangrove.

Ia mengakui, sebagai Koordinator Lapangan Bidang Kebersihan di kawasan wisata mangrove Suwung Kauh, telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang melakukan pembersihan di hutan mangrove termasuk dengan tim Sungai Watch. Karena itu, pihaknya pun mengikutkan anggota timnya untuk ikut melakukan bersih-bersih di kawasan yang menjadi fokus kegiatan yaitu di bagian luar kawasan wisata mangrove.

“Dari tim saya dibagi dua, sebagian bekerja di dalam kawasan wisata, sebagian lagi ikut bekerja dengan tim Sungai Watch di luar kawasan wisata,” kata sosok yang akrab disapa Agung Mangrove ini.

Untuk diketahui tim yang dipimpin Agung yang pada awalnya berjumlah 13 orang, kini hanya tersisa tiga orang saja semenjak adanya pandemi Covid-19. Alhasil dirinya fokus untuk membersihkan kawasan dalam wisata mangrove.

Sementara itu Project Manager Sungai Watch, Nola Monica, menjelaskan bahwa kegiatan bersih-bersih hutan mangrove telah dilaksanakan sejak tanggal 4 Juni 2021, pada awalnya diniatkan untuk memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Juni 2021.

“Rencananya kami akan melakukan bersih-bersih selama dua hari, dari tanggal 4 Juni 2021, tapi kenyataan di lapangan sampahnya sangat luar biasa sekali. Jadi kami (tim Sungai Watch) memutuskan untuk melanjutkan kegiatan ini sampai sekarang,” ujar Nola.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini termasuk ke dalam program Emergency Clean Up Sungai Watch. Bersih-bersih dimulai dari depan kawasan Mangrove, begitu masuk dari Jalan By Pass Ngurah Rai, sampai ke arah selatan, terkecuali di dalam kawasan inti wisata mangrove yang memang sudah terlihat bersih.  

“Program utama kami (Sungai Watch) sebenarnya adalah pemasangan trash barrier di sungai-sungai yang berpotensi banyak sampahnya. Saat ini kami telah melakukan pemasangan trash barrier sebanyak 75 di seluruh Bali, lima di antaranya trash walker yang berukuran besar dan sisanya floating barrier yang berukuran lebih kecil. Target kami sampai akhir tahun ini adalah 100 barrier bahkan lebih tergantung situasi,” ujar Nola.

Ia menuturkan dalam program di Hutan Mangrove Suwung kali ini pihaknya juga telah melakukan pemasangan tiga buah floating barrier di sungai yang bermuara di Hutan Mangrove Suwung.

“Sampah di sini (hutan mangrove) sumbernya dari  sungai, jadi kami juga telah memasang tiga buah floating barrier untuk mengantisipasi hal itu. Kami juga sudah lakukan koordinasi dengan perangkat desa terkait,” pungkas Nola.

Sebelumnya saat diwawancarai NusaBali.com perihal membludaknya sampah di kawasan hutan mangrove Suwung Kauh, Jumat (21/5/2021), Agung Mangrove meminta  agar sampah kiriman dari hulu bisa disetop.  “Sulit membersihkan sampah di hilir jika dari hulunya tidak disetop,” ujarnya  *adi

Komentar